BAB I
I. PENDAHULUAN
Hampir lima belas tahun yang lampau, segera setelah menyelesaikan pelajaran disekolah menegah tingkat atas, kami dipesani oleh orang tua-tua bahwasanya walaupun kami senang membaca buku-buku tentang alam pemikiran modern, jangan sampai lupa membaca-baca bhagavadita. Bila perlu, diulang dan diulang lagi, setiap minggu dari -bab-ke-bab sebagai pedoman untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Pesan itu selanjutnya menyatakan bahwasanya tiap orang tanpa melihat perbedaan keturunan, kebangsaan, kelamin, umur, kedudukannya, sebaliknya membaca Bhagavadgita. Sebab membaca Bhagavadgita dengan respek, orang akan menemui prinsip-prinsip keyakinan dan kepercayaan yang dianut yang ada padanya.
Bhagavadgita merupakan sebuah 'Nyanyian suci' seperti dikatakan oleh Sir Edwin Araold dalam terjemahannya kedalam bahasa inggris 'The Song Celestial' (nyanyian sorga) atau oleh Edward J. Thomas 'The Song of the Lord' (nyanyian Tuhan). Nyanyian suci ini digubah dalam bentuk syair dalam bvahasa sangsekerta yang sederhana tetapi indah, melukiskan suatu dialog tentang ilmu-pengetahuan budipekerti dengan unsur-unsur dramatis antara seorang siswa dengan Guru-nya, antara seorang penganut dengan Avatara (rasul), yaitu antara Arjuna dan Sri Krisna.
Lebih jauh para cendikiawan barat menyatakan bhawasanya Bhagavangita, dilihat dari segi ajaranya tidak ubahnya dengan 'New Testament'. Memang benarlahanggapan ini, sebab bagi umat yang beragama hindu Bhagavadgita adalah sebuah kitab suci yang mendukung dalam dirinya ajaran-ajaran kebenaran yang hakiki.
Kitab suci Bhagavadgita terdiri dari 700 sloka dalam 18 bab, yang dalam garis besarnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama bab I-VI melukiskan disiplin kerja tanpa mengharapkan buah hasilnya dan sifat jiwa yang ada dalam badan kita ini, bagian kedua bab VII-XII mengutarakan disiplin ilmu-pengetahuan dan kebaktian kepada Brahman Yang Maha Esa dan bagian ketiga bab XIII-XVIII menguraikan kesimpulan daripada kedua bagian yang terdahulu dengan disertai disiplin pengabdian seluruh jiwaraga dan kegiatan kerja untuk dipersembahkan kepada Brahman Yang Kekal Abadi.
Keseluruhan isi kitab suci Bhagavadgita ini adalah merupakan bagian daripada Bhismaparva (yaitu buku ke-VI epos besar Mahabharata, yang merupakan kitab suci weda yng ke-V setelah Rigveda, Samaveda, Yajurveda, Yajurveda dan Atharvaveda), yakni bab-bab XXIII-XL bhismaparva tersebut. Dilihat dari segi konstruksi bahasanya dan referensi yang dipergunakan dalam dialog antara Arjuna dan Sri Krisna dalam kitab suci ini, para cendikiawan berpendapat bahwa kitab suci Bhagavadgita disusun jauh sebelum tahun masehi. Lebih-lebih karena ia merupakan bagian dari epos besar mahabharat tahun 450-400 sebelum masehi, maka orisinil Bhagavadgita sudah barang tentu lahir pada tahun-tahun itu juga. (lihat Ch. Lassen : INDISCHE ALTERTHUMSKUNDE). Disimpulkan dari pendapat-pendapat para sarjana dan cendikiawan baik dari barat maupun timur, bentuk dan isi kitab suci suci Bhagavangita yang merupakan yang merupakan bagian daripada epos besar mahabharata,yang sekarang
Ini, adalah hasil pemikiran dan visi religi hindu antara tahun 400 sebelum masehi dan tahun 400 sesudah masehi, dan tidak mungkin sebelumdan sesudah jangka waktu tersebut (1.M Winternitz HISTORY OF INDIAN LITERATURE, english translation published by The Calcutta University. 2. E.W.Hepkins THE PRINCES AND PEOPLES OF THE EPIC POEMS, dalam The Cambridge History of India. Vol.I Ancient India, Ed. By E.J.Rapson. 3. Dr. K.M. Munshi VEDA VYASA, THE AUTHOR, DALAM Indian Inheritance Literatur, Philosophy and Religion, Vol. I Gen. Ed. K.M. Munshi & N. Chandrasekhara Aiyer. 4. Dr. A.D. Pusalker STUDIES IN EPICS AND PURANAS OF INDIA, Bharatiya Vidya Bhavan, Bombay).
Seperti halnya epos besar Mahabharata, para ahli sejarah dan agama bersama-sama menyimpulkan bahasannya Kitab Suci Bhagavadgita adalah ciptaan Bagawan Vyasa, yang dengan mata kepala sendiri ikut menyaksikan peperangan hebat di medan kurusetra antara bala tentara kaurawa dan pandawa dan juga menyaksikan dialog antara Arjuna dan Pandawa yang menjadi intisari pemikiran dalam kitab suci ini. Bagavan vyasa yang nama lengkapnya adalah Krishna Dvaipayana Vyasa adalah seorang resi, seorang muni, pengarang, penyair, penyusun dan pencipta ajaran-ajaran suci dan keagamaan. Brahma yang absolut, juga adalah buah ciptaan Bagawan Vyasa.
Sejak Sankaracharya hingga diabad ke-VIII tahunmasehi (788-826) sampai pada jaman kita sekarang ini, banyak sudak ahli falsafah dan agama memberikan tafsir mereka terhadap kitab suci bhagavadgita, antara lain : Anandajnana, Ramananda, Yamunacharya, Ramanuja, (1017-1137), Madliva (1199-1276), Nimbarka dan Anandagiri serta sampai kepada abad ke-XX sekarang ini yaitu Yogi Sri Aurobindo (penganjur kesatuan dunia dan kemanusiaan) dan Mahatma Gandhi (pelopor perjuangan kemerdekaan dengan tanpa kekerasan (ahimsa).
Dari para ahli tafsir yang klasik. Yang terkenal dan paling penting adalah Sankaracharya, Ramanuja dan Madhva masing-masing sebagai pemimpin ajaran Advaita non-dualisme), Vishishtadvaita (non-dualisme yang lebih spesifik) dan Dvaita (dualisme). Dilihat dari segi methodologi dan epistemologi penafsiran Bhagavadgita oleh Sankaracharya lebih condong kepada falsafah, sedangkan Ramanuja dan Madhva menafsirkan Bhagavadgita dengan memberikan tekanan kepada soal-soal ketuhanan yang religius. Hal ini dapat dimaklumi, sebab dijamannya Sankaracharya masih hidup, kehidupan keagamaan terancam oleh adanya kekacauan pengertian tentang kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan persembahyangan rituil kepada Dewata dikayangan.
Dari segi falsafah, penafsiran Bhagavadgita oleh Sankaracharya adalah bermutu sangat tinggi, tetapi Bhagavadgita bukanlah semata-mata suatu naskah falsafah, melainkansebuah kitab suci yang merupakan dharma sastra (buku petunjuk untuk berbuat yang benar) dan amriti (ilmu pengetahuan yang harus selalu diingat untuk dipergunakan sebagai petunjuk berbuat berbuat yang benar). Inilah yang ditafsirkan oleh Ramanuja dan Madhva.
Ditinjau dari keseluruhannya, tidaklah banyak adegan-adegan yang terlukiskan secara dramatis dalam kitab suci Bhagawadgita ini, melainkan yang terutama adalah adegan dialog antara Sri kresna dan Arjuna, dimana krisna bertindak sebagai guru sprituil yang suci dan arjuna sebagai penganut ajarannya setia : "Engkau adalah bapa dari yang bergerak dan yang tiada, tujuan memuja Guru yang mulia, tak ada samanya" (XL.43). dan lagi : "hatiku lemah, pikirankukacau balau tentang tugas kewajiban, dan bertanya pada-Mu aku berlindung, tunjukkan padaku!" (II.7). dan sebaliknya Sri Krisna menyatakan dirinya sebagai avatara yang telah bersatu dengan Brahman. Jiwa yng kekal abadi : "Terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci, bersatu dan berlindung pada-Ku, dibersihkan oleh kesucian budi pekerti, banyak yang telah mencapai diri-Ku (IV.10).
Bhagavadgita adalah mutiara dari semua bentuk dan aliran falsafah agama yang terdapat dalam kepercayaan hindu, mengandung kebenaran metaphisika dalam berbagai aspeknya serta mengemban tiap bentuk pemikiran, pelaksanaan dan disiplin agama. Ia merupakan synthese dan toleransi terbesar dari berbagai aliran pemikiran. Tuhan adalah tidak terbatas, demikian pula tidak terbatas aspek-Nya. Oleh karenanya tidak pula terbatas jalan untuk mencapai-Nya. Seperti apa yang telah dinyatakan oleh Sri Krisna kepada Arjuna : "Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, op Parta". (IV.11)
Justru karena ia merupakan syathese dan toleransi yang terbesarkah maka bagi pemikiran barat Bhagawadgita kelihatannya agak ganjil, sebab cara pelaksanaannya diserahkan kepada pilihan seseorang. Lebih ganjil lagi bagi pandangan barat, dimana dalam masyarakat hindu yang begitu tertuntun rapi, namun setiap orang mencari jalannya sendiri untuk memberi arti kepada hidupnya dan untuk melepaskan dirinya dari belenggu karmapala didunia mayapada ini dengan jalan kerohanian yang dimilikinya. Namun demikian, Bhagawadgita menekankan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan tujuan terakhir dari hidup ini. Sebab semua agama, semua ajaran kebajikan dan semua etika moral bersumber kepada jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa itu. Tidak ada suatu agama yang mengatasinya dan tidak ada suatu agamapun akan mempunyai arti kalau tidak bisa menolong kemanusiaan untuk mengangkat kesadarannya didalam suatu konflik bathin kalau Tuhan Yang Maha Easa tidak menyinari jiwanya. Maka itu sebagai pesan terakhir Sri Krisna berkata kepadsa Arjuna : "Pusatkan pikiranmu kepada-Ku, berbakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah aku, engkau akan tiba pada-Ku, aku berjanji setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi,setelah meninggalkan tugas kewajiban semua datanglah kepada-Ku untuk perlindungan, janganlah berduka, sebab Aku akan bebaskan engkau dari segala dosa." (XVIII.65 dan 66). Karena itu pulalah Bhagavadgita disebut Upanishad yaitu ilmu pengetahuan tentang Brahman Yang Maha Esa. Tetapi membaca dan mempelajari Bhagavadgita haruslah disertai oleh sembahyang meditasi dan pengalaman spirituil. Salah satu dilupakan daripadanya untuk meresapkan Bhagawadgita tidaklah ada artinya disiplin budi adalah merupakan keharusan, simgua non,berkatalah Sri Kresna kepada Arjuna : "Pusatkan pikiranmu hanya kepada-Ku, hanya didalamku engkau hidup nanti, dan ini tidak bisa disangsikan " (XII.8).
Mereka yang mendalami Bhagavadgita dengan seluruh jiwanya, memandang sama terhadap sesama mahkluk, seperti apa yang telah dikatakan oleh Sri Kresna kepada Arjuna : "Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik Brahmana budiman dan rendah hati, maupun seekor sapi, gajah dan anjing ataupun orang hina-papa tanpa kasta" (V.18). dari pandangan yang suci inilah terlahir rasa persaudaraan diantara sesama manusia , rasa kasih sayang diantara mahkluk semua, karena sadar bahwa Tuhan bersemayam dalam badan jasmni tiap manusia : "Tuhan yang diam dihati setiap insan menyebabkan mereka semua berputar, oh Arjuna, beredar dengan prinsip kekuatan masya-Nya seolah-olah beredar diatas mesin semata". (XVIII.61).
Sesungguhnya Bhagawadgita mengajarkan kita agar mempunyai pandangan dalam hidup ini, yaitu bahwasanya nilai kehidupan seseorang hendaknya dilihat dari segi betapa Svahdarma yang ada padanya dilaksanakannya selama ia masih ditengah-tengah masyararakatnya. Svahdarma atau tugas kewajiban hidup untuk mencapai kebenaran seseorang membedakan ia dari oarang lainnya, dan perbedaan ini tidak terletak pada kekayaan harta bendanya, kelahirannya atau tingkatan pangkat jabatannya yang ia pangku selama ini. Perbedaan ini, kata Bhagavadgita, terletak pada : kebaktiannya terhadap Tuhan-Nya, nusa bangsanya dan masyarakat linkungannya.
Bhagavadgita memberi jalan kepada kita untuk berbakti, yang boleh dipilih menurut kemampuan dan kesadaran ita masing-masing, yaitu dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu pengetahuan, dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu pengetahuan, dengan jalan meditasi, dengan jalan tindakan (kerja) tanpa mengharapkan hasil keuntungan dengan jalan keadamaian hati. Tetapi jalan manapun yang akan ditempuh " kerja harus tidak dilaksanakan sebagai suatu dosa" dan "melakukan upacara, sedekah dan tapa brata jangan diabaikan". (XVIII.3). tindakan (kerja) apapun yang kita laksanakan haruslah ditujukan kepada kebaktian kita kepada Tuhan sebagai alat pen-suci karmapala kita dimasa-masa yang lampau : "Dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa, tidak terjamah oleh dosa papa, bagaikan air meluncur didalam teratai". (V.10)
Dengan perasaan yang lapang, terbebas dari dosa papa, hawa nafsu, kemarahan dan kelobaan, tiada lagi memiliki perasaan "Aku" dan "pujaanku" kita bisa mencapai kedamaian alam jiwa kita, seperti kata Sri Krisna kepada Arjuna : "orang yang mengenyahkan semua nafsunya dan melangkah bebas tanpa keinginan enyah dari perasaan 'aku' dan 'pujaanku' mencapai kedamaian dalam jiwanya'. (II.71).
Dalam hidup yang serba sulit, penuh dengan tragedi dan dilema yang mematahkan semangat juang hidup seseorang, tidak jarang tempat berkonsultasi dan mohon perlindungan dibutuhkan secara mutlak, seperti halnya arjuna takala menghadapi konflik jiwa, dimana ia diharuskan membunuh sanak keluarganya, dimana hatinya merasa lemas, pikirannya kacau balau, ngeri dan sedih memikirkan akibat kemusnahan perang yang sedang dihadapinya. Berkatalah Sri Krisna menenangkan pikiran Arjuna : "Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi, namun engkau bicara tentang budi pekerti, orang budiman tidak akan bersedih baik bagi yang hidup maupun yang mati.
Setelah memakai badan ini dari masa kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah kebadan lain. Ia yang budiman tidak akan tergoyahkan". (II. 11 dan 13). Itulah sebabnya kitab suci bhagavadgita ini dimulai dengan suatu adegan yang meluliskan dua pasukkan besar bersenjata lengkap siap untuk bertempur dimedan kuruksetra, dimana arjuna yang disertai oleh krisna sebagai pengemudi kereta dan guru spirituilnya sedang mengadakan inspeksi kesiapsiagaan pasukannya. Kekejaman perang dan teror kematian terbayang dalam pikiran Arjuna, yang menyebabkan ia mengigil bukan karena takut tetapi disebabkan oleh rasa duka dan dosa yang mendalam. Mengetahui perasaan Arjuna yang demikian, Sri Krisna berkata : "Darimana datangnya duka dan lemah hati?. Pada saat-saat kritis seperti ini, semangat bukan orang ksatria, tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna". (II.2.). kesan yang pertama yang ditimbulkan oleh ucapan Krisna buat pertama kalinya kepada Arjuna adalah suatu tandanya, bagaimana seorang Guru sprituil Agung menganjurkan kekerasan perang ?. tetapi setelah kita lanjutkan membaca, kita ketemui intisari kebenaran suci yang diajarkan Krisna kepada Arjuna, bahwasanya untuk mencapai hidup yang kekal dan abadi dan kedamaian yang langgeng orang harus menempuh jalan menuju pemusatan pikiran kesucian, bertindak tanpa mengaharapkan pahala keuntungan kerja dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Tahu. "Inilah tingkat kesucian, oh parta, dia yang telah sampai ditingkat ini walau maut tiba, tiada bingung dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman". (II.72).
Bila direnungkan dalam-dalam adegan yang melukiskan dua pasukkan yang berhadap-hadapan siap untuk bertempur, yaitu kaurawa dibawahpimpinan Duryodana dan sekutunya disatu pihak dan Pandawa dibawah pimpinan Arjuna dan sekutu-kutunya dilain pihak, maka kita dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Krisna dengan "Badan ini dinamakan Kshetra", yaitu suatu medan lapangan dimana segala peristiwa berlangsung. Bukankah medan kurusetra diatas lapangan mana kedua belah pasukkan siap tempur, juga merupakan suatu simili (perbandingan) yang luar biasa dalam artinya ?. medan kurusetra yang dilukiskan oleh Bhagawan Vyasa dalam kitab suci Bhagavadgita ini tidak tidak dapat disangsikan lagi arti kiasnya selain daripada badan jasmani kita ini, dimana naluri dan watak manusia yang lebih rendah serta naluri dan watak manusia yang lebih luhur selalu berjuang mengatasi satu sama lain, yang tidak ubahnya dengan peperangnan yang lazim kita kenal dalam dunia ini. Kedua pihak yang dilukiskan dalam medan pertempuran ini tiada lain daripada kekuatan-kekuatan jahat yang diwakili oleh hawanafsu, amarah, loba dan sebagainya. Melawan kekuatan-kekuatan mulia seperti takgentar, suci hati, tanpa egoisme dan sebagainya, yang harus kita sadari. Simili yang besar ini tiada lain melukiskan bahwasanya Duryodana adalah merupakan kekuatan-kekuatan jahat yang ada didalam badan kita ini, dan Arjuna merupakan kekuatan-kekuatan mulia, sedangkan Krisna merupakan jiwa yang bersemayam dalam hati tiap manusia. Maka itu Krisna menganjurkan agar Arjuna melawan kekuatan-kekuatan jahat ini : "Bila karena memuaskan ras ke-aku-anmu engkau berpikir aku tidak mau bertempur", ini adalah keputusan yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa dirimu". (XVIII. 59), sebab Krisna tahu bahwa Arjuna sendiri adalah perwujudan daripada naruli dan watak yang mulia, yaitu prakirti yang dikuasai oleh sattvika.
Untuk menaklukkan kekuatan-kekuatan jahat yang ada dalam diri kita ini Bhagavadgita mengajarkan kita supaya melaksanakan yoga. Yoga dalam arti kata yang sederhana adalah 'bersatu dengan Tuhan dengan jalan mendisiplin diri untuk mencapai-Nya'. Dan Bhagavadgita sendiri adalah merupakan buku petunjuk yang praktis untuk melaksanakan yoga ini. Terpisahnya jiwa kita dengan jiwa atman yang langgeng dan terbatasnya jiwa kita ini oleh badan jasmani yang memisahkan diri kita dengan Tuhan (Brahman) adalah disebabkan oleh ketidaktahuan kita yang dibungkus rapat-rapat oleh ke-aku-an kita sendiri. Hal ini harus kita sadari, dan satu-satunya jalan untuk kesadaran tersebut adalah yoga. Ya, sebenarnya kata yoga berarti jalan dan agama Hindu mengakui segala jalan yang hendak ditempuh untuk bersatu dengan Tuhan. Tetapi namun demikian, jalan utama untuk mencapainya dalah yoga, yaitu yang disebut : Jnana yoga )jalan ilmu pengetahuan), karmayoga (jalan tindakan kerja), bhakti yoga (jalan kebahtian dan kasih sayang) dan raja yoga (jalan meditasi). Kulminasi atau puncak tertinggi dari jalan yoga ini tiba pada suatu titik dimana seperti dikatakan oleh Krisna : "Dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran dan mencapai kedamain kekal abadi, ketahuilah wahai kuntiputra dengan pasti penganut -penganut-Ku tidak akan termusnahkan". (IX. 31), yang mengantar orang ketujuan yang tertingi bersatu dengan Tuhan.
Dengan jalan melaksanakan yoga orang kan menemui mutiara-mutiara kebajikan dn etika moral yang dengan indahnya dilukiskan oleh Bhagavadgita dalam bab percakapan kedua dengan judul 'Samkhya Yoga'. Bagi penganut ajran Bhagavadgita, kepada mereka yang hendak menempuh kehidupan baru untuk berumahtangga beberapa hari sebelum menghadapi upacara perkawinan diharuskan membaca dan meresapkan benar-benar akan arti bab 'Samkhya Yoga' ini untuk dipetik nilai-nilai yang mulia. Betapa tidak sebab Bhagavadgita mengajarkan kepada kita bahwasanya etika moral dan kerohanian adalah merupakan hal yang bersifat universal, sama dengan alam kosmos ini, yang bukan suatu khayalan atau ilusi (maya) belaka melainkan suatu kenyataan hidup yang mengalir dan tumbuh dari alam semesta itu sendiri, yang dinamakan prakirti yang berpangkal dari Brahman. Hidup membesar dan kemudian menemui keakhirannya. "Dahannya tumbuh kebawah dan keatas dibesarkan oleh guna, objek indria sebagai kuncupnya dan akarnya menyebar kebawah menumbuhkan kegiatan kerja dalam dunia manusia, bentuknya tidak dapat dibayangkan disini, pucuk, batang dan pangkalnya juga tiada., setelah menumbangkan Astawa yang berakar kuat ini dengan memakai kapak ketidakterikatan kerja". (XV. 2 dan 3), demikian etika moral dan kerohanian dilukiskan oleh Bhagavadgita sebagai sebatang pohon spirituil Astawa secara alegoris menggambarkan prganisme kehidupan yang berakar diatas dan berdahan ranting dan daun dibawah.
Bagi Bhagavadgita manusia ideal dalam dunia ini adalah ia yang berbudipekerti harmonis, yang aktif bekerja bagi kemanusiaan, yang berusaha keras bagi emansipasi jiwanya memiliki pengetahuan tentang Atman (jiwa) dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tahu.
Dia yang begini inilah akan mencapai tujuan tertinggi, yaitu kelepasan atau moksa terbebas dari siklus kelahiran dan kematian, yang berarti berakhirnya segala kepahitan dan kedukaan hidup, itulah yang disebut nirwana! Kata krisna kepada arjuna : "Dia yang menemui kebahagian pada dirinya, tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya, yogi yang begini menjadi suci, memasuki nirwana bersatu dengan Illahi". (V. 24)
BAB 2
I. PERCAKAPAN PERTAMA
ARJUNA VISHADA YOGA
Suatu persiapan perang yang gemuruh dimedan kurusetra terlukiskan dalam bab ini dimana kaurawa dan pandawa dua pihak bersaudara sepupu tetapi berlawan siap untuk bertempur, kedua belah pihak memiliki pahlawan-pahlawan yang perkasa dan perlengkapan senjata yang hebat.
Arjuna mengadakan inspeksi pasukan balatentaranya bersama-sama Krisna, pengemudi keretanya yang juga menjadi Guru spiritualnya. Tiba-tiba arjuna merasa dikejutkan oleh bayangan akan kemusnahan bangsa barata, bangsanya dan nenek moyangnya sendiri.
Badannya terasa gemetar, pikirannya kacau balau dan ngeri membayangkan kehancuran materi, moral dan kehidupan sprituil yang diakibatkan oleh peperangan ini. Arjuna tidak hendak bertempur membunuh sanak keluarganya yang ada dipihak keluarganya, bukan karena merasa takut melainkan karena rasa duka dan berdosa. Ia dihadapkan pada suatu dilema, antara kesedihan dan kebimbangan
I. Percakapan Pertama
Dhritarashtra uvacha :
(1) Dharmakshetre kurukshetre
Samaveta yuyutsavah
Mamakah paadavasah chai va
Kim akurvata samjaya
Dritarastra berkata:
Di medan bakti dipadang kuruksetra
Siap bertempur, putra-putraku dan putra-putra pandu
Apakah yang akan mereka lakukan
Wahai sanjaya, ceritakanlah padaku
Kurusetra adalah daerah yang luas, pada jaman dahulu kala menjadi tanah tumpah suatu bangsa yang disebut kuru, dengan ibukotanya yang bernama hastinapura. Bangsa kuru ini adalah nenek moyang kaurawa dan pandawa. Sesungguhnya arti perkataan kshetra adalah sebuah medan pertempuran dan juga tempat suci, tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karenanya ia ia disebut dharma khestra.
Sebenarnya perkataan kaurawa berarti putera-putera keturunan kuru, sedangkan pandawa berarti putera-putera keturunan pandu. Kuru adalah nenek moyang kaurawa maupun pandawa. Tetapi namun demikian, dengan perkataan "kaurawa" adalah dimaksudkan anak-naka dritarastra, sedangkan pandawa adalah anak-anak pandu. Dritarastra adalah dua orang bersaudara kakak-beradik. Dritarastra yang lebih tua dan pandu adalah yang lebih muda. Mereka putera-putera Maharaja Wicitrawirya dan cucu-cucu Baginda Maharaja Santanu.
Dritarastra mempunyai anak sebanyak seratus orang. Yang tersulung adalah Duryodana. Keseratus orang anak ini disebut kaurawa. Pandu hanya mempunyai lima orang anak, dan kelimanya ini disebut pandawa (mereka ini adalah : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa). Dari lima orang anak pandu ini Arjunalah yang merupakan putera yang paling istimewa dan karena ia dipanggil pula dengan nama-nama julukan seperti kurunandana (yang berarti untuk keturan bangsa kuru), Kuntipura (berarti anak kunti dewi), Mahabahu (berarti yang bersenjata perkasa) dan sebagainya.
Padang kurustra ini juga diibaratkan sebagai tubuh manusia, atau lebih dalam lagi : hidup manusia, dimana sifat-sifat buruk dan baik selalu mengadakan konflik atau pertempuran. Memang hidup adalah pertempuran, pertempuran antara kebaikkan dan kebajikkan melawan keburukkan dan kejaliman. Dalam hubungan ini kaurawa dikedepankan sebagai pihak yang buruk dan yang salah, sedangkan pandawa dipandang sebagai pihak yang baik dan yang benar. Itulah sebabnya kurukshetra disebut pula Dharmakshetra yaitu suatu tempat dimana kebenaran dan kebajikkan atau darma yang langgeng itu harus dipertaruhkan sebagai suatu perjuangan mental dan spiritual yang suci.
Sanjaya adalah pengemudi kereta kencana Drritarastra yang buta. Disamping sebagai pengemudi kereta. Sanjaya juga berfungsi sebagai mentri penasehat pribadi Dritarastra dan juga juru bicara serta reporter pandangan mata dari pertempuran-pertempuran dalam peperengan besar mahabharata. Ia juga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa kenegaraan untuk mendampingi Maharaja.
Dritarastra.
Samjaya uvacha :
(2) drishtva tu pandavanikam, vyudham duryodhanas tada
acharyam upasamgamya
raja vachanaum abravit
Sanjaya menjawab :
Setelah melihat pasukkan Pandawa
Siap bertempur dimedan laga
Raja Duryoddana mendekati gurunya
Guru besar Drona seraya berkata
Maharaja Dritarastra yang buta yang digambarkan sebagai orang buta dengan kebenaran. Berhubung ia ada dalam keadaan tidak bisa melihat sama sekali, maka ia tidak bisa memerintah sebagai raja. Sebab itu kerajaan diperintahkan oleh Duryodana selam kelima putera-putera pandu berada dalam pengasingan, yang kemudian kembali setelah tiga belas tahun dalam pembuangan untuk memenuhi panggilan ketetapan perjanjian yang telah dimufakati. Tetapi raja Duryodana menolak untuk membagi kerajaan menyerahkan kekuasaannya kepada putera-putera pandu sesuai dengan perjanjian tersebut diatas. Dan penolakan Duryodana inilah yang menimbulkan peperangan besar Mahabharata.
Duryodhana :
(3) pasyai tam panduputranam,acharya maha mahatim chamum
vyudham drupadaputrena
tava sishena dhimata
Duryodana :
Saksikanlah guruku
Betapa kuat pasukkan putra-putra pandu
Dipimpin putra maharaja Drupada
Murid guruku sendiri yang bijaksana
Sesungguhnya Duryodana juga dilukiskan sebagai orang yang mempuyai watak kaku, keras kepala, angkuh dan licik. Namun demikian ia juga berwatak berani, pandai dan murah hati.
Gurubesar Drona adalah seorang Brahmana, selain menjadi pendeta juga memiliki keahlian dalam ilmu peperangan dan lat persenjataan berbagai jenis. Ia adalah guru bagi kedua belah pihak, baik kaurawa maupun pandawa, dan juga putera-putera mahkota raja negeri lainnya. Ia telah mendidik dan mengajarkan mereka ilmu peperangan. Lebih-lebih siasat pertempuran frontal. Selain Guru Besar Drona, ada dua orang lagi yang dianggap/dipandang guru dalam soal-soal kenegaraan dan spiritual dipihak kaurawa yaitu Bisama dan Kripa, sedangkan dipihak pandawa ada seorang yaitu Krisna.
Perkataan acharya sebetulnya berarti guru yang mengetahui dan faham benar-benar akan arti ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab suci.Demikianlah Drona,Bisma dan Kripa disebut pula acharya.Putera maharaja drupada adalah Dristadiumna. Ia merupakan musuh yang terpandai akan pertempuran panah-memanah melawan balatentara kaurawa. Ia adalah bekas murid Gurubesar Drona yang memihak kaurawa. Dristadiumma menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Perang Pandawa, dan oleh karenanya menjadi musuh bekas Gurunya. Guru Besar Drona. Ia juga adalah ipar pandawa, sebab adiknya Drupadi menjadi istri mereka.
(3) atra sura maheshvasa
bhimaarjunasama yudhi
yuyudhano viratas cha
drupadas cha maharathah
artinya :
disana pula pahlawan panah jaya
sebanding dengan Bima dan Arjuna
yuyudana, Wirata dan Drupada
semuanya perwira perkasa
Wirata adalah seorang raja dari negeri Matsia yang pernah memberi perlindungan kepada pandawa sewaktu mereka hidup secara incognito dinegeri tersebut selama satu tahun. Kemudian ia menjadi sekutu terpercaya dari pandawa. Yuydana adalah pahlawan berasal dari bangsa Yadawa yang bertempur dipihak pandawa. Ia juga dikenal dengan nama satiaki.
Perkataan maharatha sebetulnya berarti ahli kereta besar. Kemudian perkataan ini dipergunakan sebagai suatu titel.Yang tinggi untuk menghormati seseorang militer perkasa yang sanggup menundukkan beribu-ribu orang musuh.
(4) srishtaketus chekitanah
kasirajas cha viryavan
purujit kuntibhojas cha
saibyas cha narapunigavah
artinya :
juga Dristaketu, Cekitana
dan raja negeri kasi yang perkasa
purujit serta kuntiboja
dan Saibia banteng jantan dari manusia.
Selain dari mereka yang disebut namanya diatas, pahlawab-pahlawan perkasa yang berada dipihak pandawa adalah antara lain Dristaketu raja dari negeri cedi, cekita perwira tinggi dalam balatentara pandawa, Purujit dan kuntiboja adalah dua bersaudara yang pernah membesarkan Kunti Devi, ibu dari Pandawa, saibia adalah raja dari negeri sibi.
(6) yudhamayus cha virkranta, uttamaujas cha viryavan
saubhadro draupadeyas cha
sarva eva maharathah
artinya :
juga yudamaniu yang kekar
Uttamauja yang gagah berani
Putra-putra Subadradevi dan Draupadi
Semua pahlawan besar
Yudamaniu dan uttamauja adalah orang-orang ksatria yang menggabungkan diri dengan Pandawa. Yang dimaksudkan dengan putra Subadradevi adalah abimaniu dari perkawinannya dengan arjuna, sedangkan putera-putera draupadi adalah lima orang yaitu: Pratiwindia, Srutasoma, Srutakirti, Santika dan Srutakarma, masing-masing dari Yudistira, Bima, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa.
(7) asmakam tu visihta ye, tan nibodha dvijottama
nayaka mama sainyasya
samjnartham tan bravimi te
artinya :
selanjutnya ketahuilah, wahai gurunda,
pendita paling bijaksana,
perwira-perwira tinggi dalam pasukkan kita
demi untukmu kusebutkan nama mereka :
Setelah Duryodana menyebutkan nama-nama pahlawan yang ada dipihak Pandawa, ia lalu menyebutkan nama-nama mereka yang berpihak kepada kaurawa kepada Drona untuk dapat diingat dan dikenal. Agaknya dalam ucapan ini Duryodana bermaksud agar Drona sebagai seorang Brahmana yang sesungguhnya hanya cinta perdamaian, yakin akan kekuatan balatentara Kaurawa, tidak takut kepada Pandawa dan iklas bertempur kepada mereka.
Perkataan dvijottama berarti lahir dua kali, dan yang dimaksudkan ini adalah kasta Brahmana atau kasta pendita. Sebab, golongan Brahmana dipandang sebagai orang yang dilahirkan dua kali pertama kali, kedalam dunia materil. dan kedua kalinya, kedalam dunia spirituil.
(8) Bhavan bhishmas cha karnas cha. Kripas cha samitimjayah
Asvatthama vikarnas cha
Saumadattis tathai va cha
artinya :
Pertama engkau guruku, kemudian bisma,
Karna dan kripa, semuanya telah jaya
Dan Aswattama dan Wikarna
Dan Somadattaputra juga
Bisma adalah pandita pahlawan tua, yang membesarkan Dritarastra dan Pandu ketika mereka masih bocah-bocah. Ia seorang brahmacarin (tidak kawin seluruh hidupnya). Akhir tafsir kitab-kitab suci dan disegani oleh kedua belah pihak, baik Kaurawa maupun Pandawa. Karna adalah putera Batara Surya (Dewa Matahari) dengan Kuntidevi ketika ia masih gadis, sebelum menjadi istri Pandu. Karna dilukiskan sebagai seorang pahlawan yang tidak mudah ditundukkan, ahli perang dan memiliki senjata sakti hadiah dari ayahnya, Barata Surya, Kripa adalah iapar Drona yang kawin dengan saudaranya, Kripidewi. Aswattama adalah putera Drona dan Wikarna adalah seorang dari 99 orang saudaranya Duryodana yang berbudi pekerti baik, jujur dan gagah berani. Somadattaputra adalah putera Raja Somadatta dari negeri bahika.
(9) anye caha bahavah sura, madarthe praharanah
nanasastra praharanah
sarve yuddhavisaradah
artinya :
banyak lagi pahlawan perwira
bagiku, mempertaruhkan jiwa mereka
bersenjata lengkap aneka warna
semua, ahli tempur dimedan laga
perkataan tyaktajivitah berarti bersedia mengorbankan jiwaraga. Dengan perkataan ini Doryodana berusaha menanamkan keyakinan akan kekuatan balatentara kaurawa kepada Drona.
(10) aparyaptam tad asmakam, balam bhi shmabhirakhi tam
paryaptam tv idam etesham
balam bhimabhikshitam
artinya :
sungguh tak terkira banyaknya pasukan kita dipimpin oleh Bhisma
sedangkan besar pasukan mereka dapat diduga dibawah komando Bima
perkataan aparyaptam ternyata menimbulkan tafsiran yang berbeda-besar. Yang terpenting adalah tafsiran dari Anandagiri dan Sridhara. Anandagiri menterjemahkan perkataan ini dengan "tak terhitung" (tak terbatas) sedangkan Sridhara dengan "tak cukup" (dapat dihitung). Rupa-rupanya Anandagiri yang benar, sebab dalam pertempuran dimedan kurusetra balatentara kaurawa terdiri dari sebelas divisi dan Pandawa tujuh divisi (akshauhini). Satu divisi terdiri dari 216000 orang lebih kurang.
(11) ayaneshu cha sarveshu, yathabhagam avasthitah
bhismam evabhirakshantu
bhavantah sarva eva hi
berdiri tegak dalam barisan
kalian, masing-masing dalam divisi
membela Bisma ini
sesuai dengan kedudukan kalian
perkataan abhirakshantu berarti menjaga dan membela Duryodana meminta kepada setiap orang dalam pasukkan Kaurawa untuk menjaga dan membela Bisma sebagai Panglima Tertinggi mereka. Adalah menjadi tugas-kewajiban setiap orang dalam barisan menjaga dan membela pimpinannya disampung bertempur melawan musuh.
Samjaya :
(12) tasya samjanayanharsham, kuruvddhah pitamahah
simhanadam vinadyochchaih
sankham dadhmau pratapavan
sanjaya :
demi untuk membangkitkan semangatnya,
pahlawan Kuru, Kakek Bima,
meniup kuat-kuat trompet kerangnya
mendera bagaikan raung singa
setelah Duryodana berseu kepada semua perwira-perwira tinggi dalam kalangan balatentara kaurawa untuk menjaga dan membela Bisma dalam pertempuran-pertempuran yang akan mendatang, seperti tercantumdalam sloka 3 sampai denagn 11, maka Sanjaya meneruskan ceritanya kepada Maharaja Dritasastra. Sankham adalah terompet yang diperbuat daripada kulit kerang. Ia ditiup oleh Bisma dengan maksud untuk membangkitkan semangat Duryodana, dan sebagai suatu tanda bahwa pasukan telah siap untuk mengahadapi pertempuran.
(13) tatah-sankhas cha bheryas cha, panavanaka gomukhah
sahasai va 'bhyahanantra
sa sabdas tumulo 'bhavat
artinya :
trompet, genderang dan tifa
gong serta suling-tanduk
dibunyikan dengan serentak
gemuruh, gegap-gempita
berbagai alat bunyi-bunyian dipergunakan, khusus dalam lingkungan pasukan sendiri untuk membangkitkan semangat tempur para prajurit dan bagi pihak musuh bunyi gemuruh dari pada terompet, genderang, gong, tambur, suling-tanduk dan sebagainya ini berarti suatu tantangan untuk segera dimulainya peperangan. Tiap pahlawan perwira tertinggi mempunyai alat bunyi-bunyian ini yang spesifik baginya sendiri, mempunyai nama yang spesifik pula.
(14) tatah svetair hayair yukte, mahati syandane sthitau
madhavah paandavas chai 'va
divyau sankhau pradadhmatuh
artinya :
setelah berdiri diatas kereta
megah ditarik kuda putih dua
Krisna dan Arjuna juga
Meniup trompet sakti mereka
Dalam kitab-kitab suci agama Hindu dan agama Buddha kereta diibaratkan sebagai kendaraan budi pekerti manusia, sedangkan kuda diumpamakan sebagai pancaindria tersebut dan pengemudi adalah penuntun jiwa manusia. Disini Krisna bertindak sebagai penuntun jiwa Arjuna. Perkataan madhava berarti keturan suku Madhu dari bangsa Yadaawa dan yang dimaksudkan dengan perkataan tersebut adalah Krisna, sedangkan dengan perkataan Pandava dimaksudkan Arjuna dalam sloka ini
(15) Panchajayam hrikeso. Devadattam dhanamjayah
Paundram dadhmau mahasankham
Bhimakarma vrikodarah
Artinya :
Trompet Pancajania ditiup Krisna
Trompet Dewadatta ditiup Arjuna
Dan Bima sena yang galak bagaikan srigala
Meniup tromprtnya, bernama Paundra
Trompet Krisna bernama Pancajania yang berarti "pengekangan pancaindria" (diperbuat daripada tulang raksasa laut yang telah dibunuh oleh Krisna sendiri), trompet Arjuna bernama Dewadatta yang berarti "anugerah dewata" (diperbuat daripada kerang laut) dan terompet Bimasena bernama paundra yang berarti "rokh Batara Siwa". Kata-kata hrishikesa, dhanamjaya dan vrikodara dalam sloka ini dimaksudkan sebagai nama lain Krisna, Arjuna dan Bhimasena. Dalam sloka ini dilukiskan bahwa pihak Pandawa-puntelah siap bertempur.
(16) anantavujayam raja, kuntiputro yudhishthirah
nakulah sahadevas cha
sughosha manispushpakau
artinya :
raja yudistira, putera Kuntidewi,
meniup terompetnya bernama Anantawijaya
Nakula dan Sahadewa mereka
Masing-masing Sugosa dan Manipuspaka
Kuntidewi adalah istri pertama raja Pandu yang melahirkan Yudistira, Bimasena, dan Arjuna, dan Madridewi adalah istri raja pandu yang kedua yang melahirkan Nakula dan Sahadewa. Baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama, kelima mereka itu disebut Pandawa sungguh sangat menarik nama-nama trompet mereka, seperti Anantawijaya yang berarti "kemenangan abadi". Sugosa berarti suara merdu dan manipuspaka berarti kembangmutumanikam.
(17) kasyas cha parameshvasah
sikhandi cha maharathah,dristadyumno vuratas cha,satyakis cha parajitah
artinya :
Kasiraja pemimpin pasukan panah
Juga Sikandi maha pahlawan
Dristadiumna dan wirata
Dan Setiaki yang tak tertaklukan
Dipihak kaurawa, hanya Bismalah yang meniup trompet, sedangkan dipihak pandawa kelima putera-putera pandu beserta Krisna dan pahlawan-pahlawan lainnya meniup trompet mereka masing-masing. Hal ini dapat diartikan bahwa pihak Pandawa tiupan trompet tersebut mempunyai nilai tingkatan daripada kepemimpinan mereka, yang berurut dari atas kebawah.
(18) drupado draupadeyas cha, sarvasah prithivipate
saubhadras cha mahabahuh
sankhan dadhmuh prithak-prithak
artinya :
Drupada dan putera-putera Draupadi
Dan putera Subadra, bersenjata perkasa
Oh, Tuanku Penguasa Bumi ini
Dari segala penjuru meniup trompet semua
(19) sa ghosho dhartarashtaanam, hridayani vyadarayat
nabhas cha prithivim chai 'va
tumulo vyanunadayan
artinya :
suara gegap gempita
memenuhi ankas dan bumi
mengetarkan hati
putra-putra Dristarastra
sloka 14 sampai dengan 19 mengandung ungkapan bahwa Pandawa, walaupun memiliki balatentara lebih kecil jumlahnya, kelihatan lebih perkasa. Lebih-lebih dalam sloka 19, jelas dinyatakan betapa gagap-gempitanya bunyi terompet memenuhi angkasa dan bumi yang menyababkan hati Kaurawa menjadi takut dan ngeri. Hal ini dapat kiranya dimengerti kenapa Sanjaya menceritakan kehebatan Pandawa kepada maharaja Dritarastra; sebab ia sendiri ingin memberitahukan kepada raja tua itu bahwa kemenangan pasti akan berada dipihak Pandawa, sebab Pandawa berada dipihak yang benar.
(20) atha vyavasthitan drishtva
dhartarasbtan kapidhvajah
pravritte sastrassampate
dhanur udyamya pandavah
artinya :
Arjuna melihat putra-putra Dritarastra,
Dengan senjata siap dalam barisan,
Dan dengan janjinya berlambangkan Hanuman
Kemudian mengangkat busur panahnya.
Panji Arjuna yang dikibarkan diatas kereta berisikan lukisan hanuman, kera putih, yang dimaksudkan sebagai pelambang : pengabdian, kesucian dan keberanian.
(21) hrishikesam tada vakyam
idam aha mahipate
senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me 'chyuta
artinya :
dan oh, Tuanku Hamengku Bumi
ia berkata kepada Krisna
Arjuna berkata :
Tariklah keretaku sampai ditengah
Diantara kedua pasukan, krisna!
Nama-nama julukan dan kehormatan diberikan kepada Krisna dan Arjuna seperti tercantum dalam sloka-sloka yang terdahulu dan berikut ini. Untuk Krisna nama julukan dan kehormatan itu antara lain : Aciuta (dia yang tidak bergerak), Madusudana (pembunuh raksasa bernama madu, Arisudana (penakluk musuh-musuh), Gowinda (pengembara atau pemberi ilham, Wasudewa (putera wasudewa), Yaddawa (keturunan bangsa yadu), Kesawa (memiliki rambut indah), Madawa (Suami laksmi dewi), Hrikesa (yang menguasai pancaindria) dan janardana (juruselamat umat manusia). Untuk Arjuna nama-nama julukan dan kehormatan itu antara lain : (selain daripada kurunandana, kurusattama dan kuruprawira) Barata (keturunan Barata), Dananjaya (pemengan harta benda), Gudakesa (berambut gempel), Parta (putera prita dewi) dan Parantapa (penakluk musuh-musuh).
(22) yavad etan nirikshe 'ham
yuddhukaman avasthitan
kair maya saha yoddavyam
asmin ranasamudyame
artinya :
supaya aku dapat mengetahui
mereka yang siap, ingin bertempur
yang aku harus hadapi nanti
dalam peperangan mendatang ini
sebelum mulai bertindak akan berbuat sesuatu Arjuna ingin sekali mengetahui siapa-siapa sebenarnya yang akan dihadapinya dalam pertempuran-pertempuran nanti. Waspada dan hati-hati adalah memang menjadi sifat Arjuna.
(23) yotsyamanan avekshe 'ham
ya ete 'tra samagatah
dhartarashtrasya durbuddher
yuddhe priyachikirshavah
artinya :
dan dapat menyaksikan sendiri
mereka yang berkumpul, berbaris disini
rela berkorban demi kepuasan hati
putra Dristarastra yang busuk budi
sesungguhnya persiapan perang telah rampung pada kedua pihak. Dipagi hari pertama Yudistira menyaksikan formasi balatentara Kaurawa yang tidak mungkin ditembus dibawah pimpinan Bisma. Dengan gemetar ia menyatakan kecemasannya kepada Arjuna, bahwa tidak mungkin untuk menaklukan pasukan yang begitu perkasa dibawah pimpina Bisma, Arjuana memberi semangat kepada saudaranya dengan jalan mengutip ajaran-ajaran suci : "mereka yang mengidam-idamkan kemenangan tidak dapat banyak menaklukan dengan kekuatan dan kekuasaan jika dibandingkan dengan kebenaran, persaudaraan, kasih sayang dan budi luhur. Kemenangan adalah pasti dimana Krisna Berada ………………'
dan dengan hadirnya Krisna, Guru spiritualnya, disisinya, Arjuna dapat menyadari dengan keyakinan suci bahwa musuh-musuh yang ia harus hadapi adalah juga kesayangan dari kesucian baginya.
(24) samjaya uvacha
evam ukto hrihikeso
gudakesena bharata
senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam
Sanjaya berkata :
Oh, Paduka Tuanku Raja
Mendengar permintaan Arjuna demikian
Krisna menempatkan kereta indahnya
Ditengah diantara dua pasukan
Dalam sloka ini Bhatara dimaksudkan Maharaja Dritrastra, dan untuk menghoirmati Sanjaya berkata padanya "Paduka Tuanku Raja". Dalam sloka-sloka berikutnya sambada atau dialog antara Arjuna dan Krisna dimulai.
(25) bhismadrona pramukhatah
sarvesham cha mahikshitarm
uvacha partha pasyah 'tan
samavetan kurun iti
artinya :
dihadapan Bisma dan Drona
dan pemimpin-pemimpin terkemuka
Krisna berkata : "saksikanlah Arjuna!
Keturunan kur berkumpul disana"
Dalam sloka ini kelihatan bahwa Krisna berhati-hati benar untuk tidak mempengaruhi pikiran dan perasaannya
.
(26) tatra 'pasyat shitan parthah
pitrin atha pitamahan
acharyan matulan bhrabtrin
putran pautran sakhims tatha
artinya :
disana Arjuna melihat berdiri
para bapa, kakek dan guru
paman, saudara dan sepupu
anak, cucu dan sekutu
arjuna mulai melihat satu-persatu sanak saudara, disamping guru-gurunya pula, berdiri tegak dan siap dipihak musuhnya. Rasa bimbang dan ragu mulai terasa olehnya.
(27) svasuran suhridas chai 'va
senayor ubhayor api
tan samikshya sa kauteyah
sarvan bandhun avashitan
artinya :
dan kuntiputra juga melihat
para mertua, kawan sejawat
semuanya sanak kadang berdiri tegak
dalam barisan kedua belah pihak
perkataan kuntiputra diambil dari arti, kata kaunteya, yaitu putera kunti dewi, dan yang dimaksudkan adalah Arjuna. Perasaan bimbang ragu Arjuna bertambah mendalam, sebab bukan saja dipihak musuhnya sanak saudara itu berdiri, melainkan dikedua belah pihak.
(28) kripaya paraya 'vishto
vishidann idam abravit
drishtve 'mam svajanam krishna
yuyutsum samupashitam
artinya :
dengan penuh diliputi nestapa
disampaikan rasa duka
Arjuna berkata :
Menyaksikan sanak kadang, oh Krisna
Berbaris siap untuk berlaga
Perkataan kripaya paraya berarti duka-nestapa yang sngat mendalam dari perkataan svajanam berarti keluarga dan bangsanya sendiri, baik pihak Kaurawa maupun pihak Pandawa.
(29) sidanti mama gatrani
mukham cha parisushyati
vepathus cha sarire me
romaharshas cha javate
artinya :
anggota badanku terasa lemas
mulutku terasa kering
sekujur badanku gemetar
dan buluromaku terasa berdiri
arjuna tidak kuasa lagi membendung perasaannya. Duka nestapa dan bimbang ragu kini menguasai jiwa dan raganya.
(30) gandivamsramsate hastat
tvak chai 'va paridahyate
na cha saknomy avasthatum
brahmati 'va cha me manah
artinya :
gandiwa terlepas dari tanganku
dan kulitku terasa panas membara
aku tidak kuasa lagi berdiri
dan pikiranku kacau tidak menentu.
Gandiwa adalah nama busur panah Arjuna, anugerah dari Batara Indra. Kata-kata Arjuna dalam sloka 29-30 ini menyebabkan kita berpikir dan merenungkan, betapa seorang yang sedang dicekam oleh perasaan bimbang, ragu was-was cemas, duka nestapa dan hampa kesepian tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam situasi semacam inilah orang dapat menemui visi Dia Yang MahaKuasa
.
(31) nimittani cha pasyami
viparitani kesava
na cha sreyo 'nupasyami
hatva svajanam ahave
artinya :
aku melihat firasat biruk
oh, Krisna, tidak ada baiknya
aku membuntuti sanak kandang
dalam pertempuran yang mendatang
kesawa adalah Krisna. Arjuna tidak dapat melihat disini kebaikkan moral dan nilai spirituil daripada perbuatan membunuh sanak kandang sendiri.
(32) na kankshe vijayam krishna
na cha rajyam sukhani cha
kim no rajyena govinda
kim bhogair jivitena va
artinya :
aku tidak inginkan kemenangan
dan juga kerajaan dan kesenangan, Krisna
apa gunanya kerajaan dan kesenangan
dan hidup ini sekalipun, oh Gowinda?
Gowinda adalah Krisna juga. Dalam sloka ini terlukiskan betapa Arjuna ingin melepaskan diri dari kekayaan dan kesenangan duniawi ini.
(33) yesham arthe kaashitam no
rajyam bhogah sukhani cha
ta ime 'vasthita yuddhe
pranams tyaktva dhanani cha
artinya :
mereka untuk siapa kita perebutkan
kerajaan, kebahagian dan kesenangan
ada disini siap untuk berlaga
mengobarkan jiwa dan harta mereka
(34) acharyah pitarah putras
tathai 'va cha pitamahah
matulah svasurah pautrah
syalah sambandhinas tatha
artinya :
guru, bapa, anak-anak
dan kakek, paman juga
dan ipar, cucu, mertua
dan sanak kandang lainnya
(35) etan na hantum ichchhami
ghanato 'pi madhusudana
api trailokyarajyasya
hetoh kim nu mahikrite
artinya :
aku tidak hendak bunuh mereka
sekalipun mereka bunuh aku, oh Krisna
kendatipun untuk ketiga-tiga dunia
apalagi hanya untuk dunia fana ini
dalam sloka ini madhusudana adalah dimaksudkan Krisna sendiri. Perkataan triloka adalah pembagian alam semesta ini menjadi tiga.pada umunya ketiga pembagian itu dimaksudkan : sorga, dunia kita ini dan neraka. Tetapi ada juga iterpretasi yang menyatakan bahwa ketiga pembagian ini dimaksudkan : dunia manusia, dalam semi devata dan dunia rokh kudus. Yang lain lagi menafsirkan dunia kita ini, antariksa dan sorga.
(36) nihatya dhartasashtran
ka pritih syaj janardana
papam eva 'srayed asman
hatvai 'tan atinah
artinya :
setelah membunuhi putra Dritasastra
kebahagaian apakah kita nikmati?
Oh janardana hanya dosalah kiranya
Bila membunuh sidurhaka ini
Janardana adalah Krisna. Perkataan atatayinah berarti :penjahat, perampok, orang durhaka, pembunuh, penipu, hidung-belang dan sebagainya. Dan Kaurawa disini dipandang sebagai atatayinah, sebab Duryodana melakukan semua kategori kejahatan ini. Arjuna menganggap bahwa mwmbunuh adalah tetap dosa dan menolak untuk membunuh sekalipun yang akan dibunuh adalah orang durhaka.
(37) tasmaan na 'rha vayam hantum
dhartashtram svabandhavan
svajanam hi katham hatva
sukhina syaama madhaca
artinya :
kiranya tidaklah patut bagi kita
membunuh saudara, putra Dritarastra
benarlah, bagaimana kita 'kan bahagia
setelah membasmi keluarga sendiri, oh Madawa?
(38) yadi apy ate na pasyanti
lobhopahatachetasah
kulaksahayakritam dosham
mitradrohe cha patakam
artinya :
sekalipun bagi mereka
yang jiwanya dikuasai oleh kelobaan
tidak melihat dosa membunuhi keluarga
tidak melihat khianat membasmi kawan
(39) katham na jneyam asmabhib
papad asman nivartitum
kulakshayakritam dosham
prapasyadbhir janardana
artinya :
kenapa kita tidak sadari
dosa semacam itu, oh Krisna
kesadaran akan kekhilafan
membasmi sanak-keluarga sendiri
madawa adalah Krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh Arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwamadawa adalah Krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh Arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwa mereka telah dibutakan oleh nafsu loba-tamak dan ketidakmengertian, sehingga mereka tidak mampu melihat apa yang salah. Sekalipun kita menyatakan bahwa mereka itu salah karena loba dan nafsu memetingkan diri sendiri, namun membunuh adalah tetap dosa, sebab mereka yang mata-hatinya buta dibunuh oleh kita yang bermata hati terbuka. Disinilah letak dosa menurut arjuna. Lagipula membunuh keluarga, bukan saja berarti membunuh orang-orang belaka, melainkan membunuh keluarga itu sebagai lembaga yang merupakan evolusi kekuatan generasi dan satu-satunya tempat penyimpangan baginya untuk dapat melanjutkan kemajuan sosial dan moral manusia. Keluargalah yang menghasilkan orang yang berjiwa besar dan orang yang suci.
(40) kulakshaye pranasyanti
kuladharmah sanatanah
dharme nashte kulam kritsnam
adharmo bhibhavaty uta
artinya :
bila keluarga sudah hancur
dan hukum tradisi sudah lebur
kewajiban dan undang-undang keluarga
dikuasai tirani rajalela
perkataan dharma sesungguhnya berarti wujud dan hakekat sesuatu. Dalam hubungan ini perkataan tersebut diartikan : kewajiban, yang meliputi kewajiban bermasyarakat, memenuhi panggilan adat-itiadat, kewajiban beragama dan kewajiban menjunjung tinggi kebenaran.
(41) adharmabhibhavat krishna
pradushyanti kulastriyah
strishu dushtasu varshneya
jayate varnasamkarah
artinya :
bila tirani telah berkecamuk
oh Krisna, pertempuran jadi jalang
dan bila perempuan sudah jalang
dikuasai tirani merajalela
perkataan varna berarti kasta, dimana terdapat empat kategori, yaitu kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta waisia dan kasta Sudra (yang masing-masing berarti golongan pendita, golongan bangsawan, golongan pedagang atau pengusaha dan golongan rakyat biasa), sebagai pencerminan pembagian sosial dalam masyarakat penganut agama hindu. Warsneja adalah krisna sendiri.
(42) samkaro narakayai 'va
kulaghnanam kulsya cha
patanti pitaro hy esham
luptapindodakakkriyah
artinya :
keruntuhan moral ini membawa
keluarga dan para pembunuhnya keneraka,
arwah nenek moyang jatuh cedera
semua sesajen, air dan nasi tiada baginya
dalam sloka ini dinyatakan bahwa kalau keluarga sudah hancur, maka kewajiban keluarga terhadap tradisi dan agama tidah terurus lagi, seperti upacara sraddha dimana dilakukan upacara mengenang jasa-jasa nenek moyang di piraloka (tempat arwah mereka segerasetelah meninggal dunia sebelum mencapai sorga) dengan jalan mempersembahkan sesajen yang terdiri dari makanan dan buah-buahan yang serba lezat.
(43) doshair etaih kulaghnanam
varnasamkarakarakaih
ustadyante jatidharmah
kuladharmas cha saavatah
artinya :
dosa dan kehancuran keluarga ini
membawa keruntuhan masyarakat bangsa
kebiasaan keluarga dan hukum kasta
hancur lebur dilimat tirani
(44) utsanna kuladharmanam
manushyanam janardana
narake niyatam vaso
bharvati 'ty anususruma
artinya :
kita semua sudah dengar ini
oh janardana, tempat bagi manusia
yang kebudayaan dan hukumnya ditirani
adalah pasti itu neraka
(45) aho bata mahat papam
kartum vyavasita vayam
yad rajjyasukhalobhena
hantum svajanam udyatah
artinya :
ah, betapa besar dosa kita
merencanakan pembunuhan sanak keluarga
hanya karena perasaan loba
ingin memiliki kerajaan dan kenikmatan
(46) yadi mam apratikaram
asastram sastrapanayah
dhartarashtra rane hanyus
tan me kshemataram bhavet
artinya :
bagiku lebih baik apabila
kaurawa dengan senjata ditangan
menyerang aku dalam pertempuran
tanpa senjata, tanpa perlawanan.
Tirani yang terbayang dalam pikiran Arjuna, andaikata ia bertindak segera dalam pertempuran membunuhi sanak keluarganya, menyebabkan ia berdiri diantara dua dunia dengan prasaan yang penuh diliputi dengan agoni dan kecintaan. Kata-katanya membayangkan betapa keragu-bimbangannya menekan jiwanya, sehingga ia tidak dapat melihat diantara berdiri tegak menghadapi tirani dan menyerah menghadapi mati tanpa perlawanan. Ia masih mengharapkan petunjuk-petunjuk dari Gurunya bagaimana menghadapi hidup ini untuk berbuat sesuatu tanpa mengharapkan hasilnya yang disebut nishkama karma
.
(47) Samjaya uvacha:
Evam uktva 'rjuna samkhye
Rathopastha upavisat
Visrijya sasaram chapam
Sokasamvignamanasah
Artinya :
Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian dimedan laga
Arjuna terheyak diatas keretanya
Menjatuhkan busur dan anak panahnya
Dengan perasaan penuh diliputi duka.
Dalam Bab ii keragu-bimbangan Arjuna (arjuna-vishadayoga) sikap arjuna dapat diikuti dari sloka-sloka 20, 21, 26-27, 29-30 dan 47, yamg berturut-turut melukiskan bagaimana ia mengangkat senjata dan memacu keretanya maju, kemudian setelah melihat sanak kadang dalam pasukkan kedua belah pihak, hatinya jadi bimbang-ragu dan duka-nestapa serta badanya jadi lemas, senjata terlepas dari tangannya, dan terakhir memilih rela dibunuh dan melemparkan senjatanya.
Arjuna dihadapkan kepada dilema antara kesedihan dan kjebimbangan. Kebimbangan Arjuna ini disebabkan oleh perasaan priotik dan kesadaran akan dosa. Ini adalah suatu hakekat gambaran suatu perjuangan jiwa manusia, yang sedang berada diambang pintu menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
Sebelum ia sadar untuk memasuki dunia spiritual dan menerima kewajiban-kewajiban yang diletakkan baginya untuk memasuki dunia spirituil tersebut, ia harus bertempur terlebih dahulu melawan keakuan, kedunguan dan kegelapan bhatinya, yang memisahkan dia daripada jiwanya sendiri, yang merupakan bagian daripada Atman yang Universil. Ini adalah evolusi jiwa manusia yang tidak mengenal ruang dan waktu, yang tiap saat berlangsung dalam dirinya.
Maka berakhirlah bab pertama Upanishad Bhagavadgita menegenai ilmu pengetahuan tentang Tuhan Yang Maha Esa, kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Kresna dan Arjuna yang berjudul ARJUNA VISHADAYOGA.
II. PERCAKAPAN KEDUA :
SAMKHYA YOGA
Arjuna menolak untuk bertemput, tetapi Krisna menghiburnya dan tidak membenarkan ia bersedih dan bimbang hati demikian. Dalam Bab ketiga ini Krisna menjelaskan bahwa orang yang mengerti tidak akan bersedih pada kematian maupun kehidupan, sebab orang mesti mati. Dalam peperangan hanya badan jasmani yang mati dan jiwa tidak pernah mati. Yang mengerti itu sebenarnya tidak membunuh siapa-siapa. Kewajiban seorang ksatria adalah berperang menegakkan kebenaran,, memperoleh kemenangan didunia sini dan kebahagian didunia sana, dan bertempur dalam peperangan bukan melakukan dosa. Kehilangan kehormatan lebih buruk daropada kematian.
Kematian berarti pengantian badan jasmani, dan jiwa sebagai penghuni badan jasmani ini berpindah-pindah kebadan jasmani lain, bagaikan menganti baju lama dengan baju baru.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan pahala kerja, serahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Tahu.
Teguhkan iman untuk samadi, hilangkan nafsu, takut dan amarah, hadapi senang dan duka bersatu dengan Brahman.
II. Percakapan kedua
(1) samjaya uvacha:
tam tatha kripaya vishtam
asrupurnakulekshanam
uvacha madhusuudanah
artinya :
Samjaya berkata:
Kepadanya, yang diliputi rasa belas kasihan
Dengan pelupuk mata digenangi airmata
Dan rasa remuk redam dalam hati
Madusudana berkata begini
Madusudana adalah Krisna sendiri. Disini Arjuna mesara belas kasihan kepada sanak keluarganya, yaitu Kaurawa, yang ia akan perangi. Tetapi rasa belas kasihan Arjuna ini tidaklah sesuai dengan sifat-sifat orang Arya; sebab walaupun sebagi sanak keluarganya, Kaurawa sesungguhnya merupakan musuh-musuhnya yang jahat dan sngat berbahaya.
(2) sribhagavan uvacha:
kutas tva kasmalan idam
vishame samupasthitam
anaryajustam asvargyam
akirtikaram arjuna
artinya :
Sri Bhagawan berkata:
Darimana datangnya duka dan lemah hati?
Pada saat krisis seperti ini,
Semangat bukan orang ksatria,
Tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna
Sri Bagawan adalah Krisna sendiri. Dalam bab III inilah krisna, sebagai guru-nya mulai mengungkapkan kepada Arjuna siapa sebenarnya Dia. Dengan maksud agar Arjuna dapat melepaskan dirinya dari keragu-bimbangannya seperti ternyata dalam bab ii. Krisna mengungkapkan doktrin tentang jiwa yang tidak termusnahkan, mendorong kebangkitan semangat ksatrianya, menunjukan jalan Tuhan kepadanya dan merintis tindakan-tindakan kerja serta kewajiban hidup dalam dunia.
Perkataan anaryajustam berarti tidak sesuai dengan sifat-sifat Arya yang mempunyai ciri-ciri berani, tegas, agung dan luhur budi pekerti.
(3) klaibyam ma sma gamah partha
nai 'tat tvayy upapadyate
kshudram hridayadaubalyam
tyaktvo 'ttishtha paramtapa
artinya :
jangan biarkan kelemahan itu, oh parta
sebab itu tidak sesuai bagimu
enyahkan rasa lemah dan kecut itu
banhkitkanlah! Oh pahlawan jaya
parta adalah Arjuna sendiri, dan perkataan paramtapa sebenarnya berarti pebakluk musuh-musuhnya. Disini penakluk musuh-musuh adalah tiada lain Arjuna sendiri, sebagai pahlawan yang selalu jaya, selalu menang dan menaklukan musuh-musuhnya. Ketia menyebut diademikian. Dengan maksud agar Arjuna benar-benar bertindak sebagai Ksatria yang berani menaklukan musuh-musuhnya.
(4) arjuna uvacha:
katham bhisman aham samkhye
dronam cha madhusudana
tshubbih pratiyotsyami
pujarhav arisudana
artinya :
Arjuna berkata:
Tetapi bagaimana ku, 'oh Madusudana
Bisa menyerang Bisma dan Drona
Mereka yang patut kuhormati,
Dengan panah dalam pertempuran ini, Arisudana?
Madusudana dan Arisudana, kedua-duanya adalah nama lain dari Krisna.
(5) Gurun ahatva hi mahanudhavan
Sreyo bhoktum bhaikshyam api 'hi loko
Hatva 'rthakamams tu gurun ihai 'va
Bhunjiya bhogan rudhirapradigdhan
Artinya :
Didunia ini lebih baik jadi peminta-minta
Daripada membunuh Guru-guru yang mulia
Walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku
Dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.
Perkataan arthakaman sebenarnya berarti kekayaan atau harta benda, dan perkataan rudhirapradigdhan berlumuran darah. Arjuna yang dalam sejarah kemanusian berarti penderitaan, kesengsaraan, penindasan dan ketidakadilan.
(6) Na chai 'tad vidmah kataran no gariyo
Yad va jayena yadi va no jayeyuh
Yan eva hatva na jijivishamas
Te 'vasthitah pramukhe dhartarastrah
artinya :
aku tidak tahu mana pasti lebih penting
apakah kita tumpas mereka atau mereka taklukan kita
putra-putra Dritarastra yang kita bunuh
dan tiddak harapkan hidup, berdiri siap didepan kita
(7) karpanyadoshopahatas vabhavah
prichchhami tvam dharmasammudhachetah
yach chhreyah syan nischitam bruhi tan me
sishyas te'ham sadhi mam tvam prapannam
artinya :
hati lemah, pikiranku kacau balau
tentang tugas kewajiban, aku bertanya pada-Mu
terangkanlah kepadaku dengan pasti mana lebih baik
aku murid-Mu, pada-Mu kuberlindung, tunjukkan padaku!
Arjuna kini tidak saja merasa putus asa, kecemasan, bimbang ragu tetapi juga mengharap sepenuhnya kepada petunjuk dari Guru-nya. Kepada Krisna diharapkan cahaya terang. Kebenaran yang dapat menyebkan ia bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Perkataan nischitam berarti: untuk jelasnya atau untuk pastinya.
(8) na hi prapasyami mama panudyad
yach chhokam uchchhosanam indriyaanam
avapya bhumav asapatnam riddham
rajyam suranam api cha 'dhipatyam
artinya :
sebab, aku tidak melihat yang dapat
mengenyahkan duka ini mematikan pancaindriaku
walaupun seandainya aku mendapat kekayaan dan kekuasaan
tiada taranya dibumi dan kedaulatan atas kayangan
arjuna tidak menginginkan apa-apa selain melepaskan jiwanya dari agoni yang sangat menyiksanya. Konflik jiwanya harus disembahkan dan harus mencapai kesadaran baru yang menyeluruh
(9) sanjava uvacha:
evam uktva hrishikesam
gudakesah paramtapam
na totsya iti govindam
uktva tushnim babhuva ha
artinya :
sanjaya berkata: setelah menerangkan kepada Krisna
Gudakesa berkata kepada Gowinda:
"aku tidak hendak bertempur"
dan kemudian diam tertegun
dengan berkata "aku tidak hendak bertempur". Arjuna telah memutuskan dalam hatinya tanpa menunggu penadapat dan nasehat Gurunya. Tetapi dengan keadaannya terdiam (tushnim babhuva) suara kebenaran akan dapat didengar. Disinilah Sri Bagawan (Krisna) mendapat kesempatan untuk menyampaikan ajaran-ajaranya kepada Arjuna yang ada dalam keadaan menderita tekanan jiwa dari agoni yang sangat berat. Gudakesa = Arjuna dan Gowinda = Krisna.
(10) tam uvacha hrishikesah
prahasann iva bharata
senayor ubhayor madhye
vishidantam idam vachah
artinya :
dalam keadaan duka nestapanya
ditengah-tengah kedua pasukkan, oh Barata
dengan agak tersenyum Hrisikesa
berkata kepadanya seperti ini:
barat disini adalah maharaja Dristarastra. Dalam sloka ini, Hrisikesa (Krisna) dinyatakan tersenyum, bagaikan cahaya kilat yang menerangi gumpalan awan gelap yang terbayang pada wajah Arjuna. Senyuman Krisna ini adalah sebagai kunci pembuka hati Arjuna untuk menerima ajaran-ajaran suci daripadanya supaya membedakan antara jiwa atau rokh dan badan jasmani ini.
(11) sribhagavan uvacha
asochyan anvasochas tvam
prajnavadams cha bhahase
gatasun agatasums cha
na nusochanti panditah
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi
Namun engkau bicara tentang budi pekerti
Orang budiman tidak akan bersedih
Baik bagi yang hidup maupun yang mati
Dalam versi Kashmir baris kedua dari sloka ini berbunyi pra jnavat na abhibhashase yang berarti: engkau berbicara tidak sebagai seorang cendikiawan.
(12) na tv eva 'ham jatu na 'sam
na tvam ne 'me janadhipah
na chai 'va na bhavishyamah
sarve vayam atah param
artinya :
tidak pernah ada saat dimana
aku, engkau dan para raja ini tidak ada
dan tidak akan ada saat dimana
kita berhenti ada, sekalipun sesudah ini
sudah barang tentu yang dimaksudkan Krisna dalam sloka ini "aku, engkau dan para raja" bukanlah badan jasmani, melaikan jiwa yang ada didalam badan jasmani masing-masing, yamng merupakan bagian terkecil daripada jiwa Alam Semesta. Karena ketidaktahuanlah jiwa individu-individu terbungkus oleh badan jasmani yang terbatas ini merupakan multi ego, seolah-olah terpisah dari kosmos ego. Jiwa yang telah mencapai kelepasan, bersatu dengan jiwa kosms, atau kosmos ego, sedangkan jiwa yang tidak menemui kelepasan mengembara dari satu kelahiran ke-kelahiran lain, selalu terkungkung oleh badan jasmani, dalam bentuk multi ego.
(13) dehino 'smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantarapaptir
dhiras tatra na muhyati
artinya :
setelah memakai badan ini dari masa
kecil hingga muda dan tua
demikian jiwa berpindah kebadan lain
ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.
Manusia memang ditakdirkan untuk hidup melaui masa kecil, masa muda dan masa tua, serta melalui kelahiran dan kematian dan tidak langgeng. Tetapi jiwa yang ada didalamnya tidak mengalami perubahan. Hanya jasmaninyalah yang tidak kekal.
(14) matrasparsas tu kauntenya
sitoshnaskhaduhkhadah
agamapayino 'nityas
tams titikshasva bharata
artinya :
hubungan dengan benda jasmaniah, oh Arjuna
menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka
dan semua ini datang dan pergi, tidak abadi
karena pikullah, wahai Kuntipura.
Sesungguhnyalah sikap senang dan duka ini ditentukan oleh kekuatan dan badan jasmaniah kita. Tidaklahg benar bahwa seseorang pasti akan bersenang kalau ia mengalami sukses dan bersedih kalau ia menemui kegagalan. Orang dapat mempunyai sikap yang sama sempurna terhadap keduanya; sebab keakuan-lah yang sebenarnya menikmati atau menderita akibat kebiasaan tersebut. Keakuan ini akan terus berbuat demikian selama jiwa dikungkung oleh badan-jasmani ini, dan tergantung kepada pengetahuan dan tindakkan jiwa itu sendiri, tetapi apabila jiwa ini mencapai kelepasan, maka kesadaran menjadi terang, dan ia akan menerima segala sesuatunya (panas dan dingin suka dan duka) dengan tenang dan sempurna, karena ia tahu bahwa semua itu akan datang dan pergi.
(15) yam hi na vyathayanty ete
purusham purusharshabha
samaduhkhasukham dhiram
so 'mritatvaya kalpate
artinya :
orang yang tidak tergoyahkan ini
oh Arjuna, yang tetap dalam duka
dan senang, yang teguh iman
patut hidup kekal abadi
hidup kekal abadi adalah berbeda dengan yang dialami oleh semua mahkluk hidup didunia ini, ia melebihi hidup dan mati, tidak dihinggapi senang dan duka, panas dan dingin, tidak diganggu oleh segala macam kejadian. Hidup kekal abadi ini adalah kesempurnaan kesadaran akan satunya jiwa dengan Jiwa Alam Semesta yang langgeng.
(16) na 'sato vidyate bhavo
na bhavo vidyate satah
ubhayor api drishto 'ntas tv
anayos tattvadarsibhih
artinya :
apa yang tiada, tak akan pernah ada
apa yang ada tak akan pernah berhenti
keduanya hanya dapat dimengerti
oleh orang yang melihat kebenaran
perkataan sat berarti ada atau nyata dan saat berarti tiada atau tak nyata. Dalam sloka ini sat dimaksudkan jiwa dan asat adalah badan jasmani. Jadi yang nyata adalah jiwa dan yang tak nyata adalah badan jasmani, sebab dalam jangka waktu tertentu badan jasmani tidak tinggal sama, dan sebaliknya yang nyata akan tetap tinggal sama. Seluruh gejala phenomena didunia ini adalah tidak pernah kekal, tiada tinggal sama, sebab itu adalah tak nyata. Jiwa itulah nyata!
(17) avinasi tu tad viddhi
yena sarvam idam tatam
vinasam avyayasya 'sya
na kashcid kartum arhati
artinya :
ketahuilah yang melingkupi semua ini
tidak dapat dihancurkan
tidak seorangpun dapat dimusnahkan
Dia, yang tidak mengenal kemusnahan
Perkataan tatam berarti melingkupi, mencakupi. Dia yang melingkupi semua ini adalah Jiwa atau Atman.
(18) antavanta ime deha
nityasyo 'ktah saririnah
anasino 'prameyasya
tasmad yudhyasva bharata
artinya :
badan jasmani yang membungkus Dia
yang langgeng, tiada terhancurkan
dan tiada terbatas akan habis
sebab itu bertempurlah, wahai Barata
disini Barata dimaksudkan Arjuna sendiri. Perkataan aprameya berarti tidak terbatas, tidak dapat diukur, dan perkataan sariri berarti jiwa yang sejati dari tiap individu yang tidak dapat dipikirkan sebab tidak dapat dikenal dengan ilmu pengetahuan yang biasa.
(19) ya enam vetti hantaram
yas chai 'nam manyate batam
ubhau tau na vijanito
na 'yam hanti na hanyate
artinya :
ia yang mengira Dia sebagai pembunuh
dan Dia yang percaya Dia dapat dibunuh
adalah kedua-duanya dungu,sebab
Dia tidak pernah membunuh dan dibunuh
(20) na jayante mriyate va kadachin
na 'yam bhutva bhavita va na bhuyah
ajo nityah sasvato 'yam purano
na hanyante hanyamane sarire
artinya :
Dia tidak pernah lahir dan mati
Juga setelah ada tak'kan berenti ada
Da tidak terlahirkan, kekal, abadi dan selamanya
Dia tidak mati dikala badan jasmani mati
Krisna mencoba mengungkapkan kepada Arjuna perbedaan antara jiwa dan bukan jiwa (badan jasmani), yang dalam istilah Samkhya disebut purusha dan prakriti, dimana jiwaitu tidak mengenal lahir, hadir, tumbuh, berubah, rusak dan mati seperti benda-benda dan mahkluk hidup biasa.
(21) veda 'viasinam nityam
ya enam ajam avyayam
katham sa purusha partha
kam ghatayati hanti kam
artinya :
yang mengetahui Dia yang tak termusnahkan
langgeng, tanpa lahir, tidak berubah
bagaimana ia bisa, oh Parta
membunuh dan menyuruh membunuhnya?
(22) vasamsi jirnani yatha vihaya
navani grihnati naro 'parani
tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi
artinya :
ibarat orang menanggalkan pakaian lama
dan mengantikannya dengan yang baru
demikian jiwa meninggalkan badan tua
dan memasuki jasmani yang baru
jiwa yang langgeng tidak berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain, tetapi jiwa yang terbelenggu bergerak dari satu badan kebadan yang lain. Tiap kelahiran membawa badan (anna), hidup (prana) dan pikiran (manah) yang terbentuk daripada materia lam menurut evolusinya dimasa yang kan datang. Apabila badan jasmani menjadi tua dan hancur, maka manah sebagai pembalut jiwa itu merupakankesadaran baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan kebadan lainnya, yang disebut inkarnasi atau numitis. Inkarnasi atau numitis ini adalah hukum alam, dan hubungan ini adalah objektif dalam evolusi alam semesta.
(23) nai 'nam chhindati sastani
nai 'nam dahati pavakah
na chai 'nam kledayanty apo
na soshayati marutah
artinya :
senjata tidak dapat melukai Dia
dan api tidak dapat membakar-Nya
angin tidak dapat mengeringkan Dia
dan air tidak dapat membasahi-Nya
perkataan Dia dan Nya dalam sloka ini sama dengan jiwa.
(24) achchhedyo 'yam adahyo 'yam
akledyo 'soshya eva cha
nithyah sarvagatah sthanur
achalo 'yam sanatanah
artinya :
dia tidak dapat dilukai, dibakar
juga tidak dapat dikeringkan dan dibasahi
Dia adalah abadi, tiada berubah
Tidak bergerak, tetap selama-lamanya
(25) avyakto 'yam achintyo 'yam
avikaryo 'yam uchayate
tasmad evam viditvai 'nam
na 'nusochitum arhasi
artinya :
Dia dikatakan tidak termanisfestasikan
Tidak dapat dipikirkan, tidak berubah-ubah
Dan mengetahui halnya demikian
Engkau hendaknya jangan berduka
Jadi jiwa itu dikatakan mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh karenanya jiwa tidak dapat menjadi subjek maupun objek daripada tindakan atau pekerjaan. Dengan lain perkataan, jiwa itu tidak terkena akibat daripada perobahan-perobahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan badan jasmani. Semua bentuk ini bisa berubah, datang dan pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk selamanya.
(26) atha chai 'nam nityajatam
nityam va manyase mritam
tatha 'pi tvam mahahaho
nai 'nam schitum arhasi
artinya :
seandainya engkau berpikir bahwa
dia terus-menerus lahir dan mati
namun, oh Pahlawan Bersenjata Sakti
engkau hendaknya jangan berduka.
Perkataan mahabaho berasal dari mahantam babu yasya (tvam) dan berarti "yang bersenjata sakti (perkasa)". Yang dimaksudkan dengan perkataan ini ialah Arjuna sendiri. Dalam sloka ini, demi untuk argumentasi agar jelas bagi Arjuna, Krisna mempergunakan perumpamaan dari segi jasmaniah, yaitu : seandainya jiwa ini memang dapat lahir dan mati namun arjuna tidak patut bersedih. Sebab, kalau kedudukan itu sudah dilenyapkan, maka dosa, neraka dan sorga tidak akan ada lagi kelak sesudah hidup ini.
(27) Jatasya hi dhruvo mrityur
Dhruvam janma mritasya cha
Tasmad aparriharye 'rthe
Na tvam sochitum arhasi
Artinya :
Bagi yang lahir kematian sudahlah tentu
Bagi yang mati kelahiran adalah pasti
Dan ini tiada terelakan
Karenanya engkau tak patut bersedih
Walaupun kematian itu tidak dapat dielakkan, namun tidakla berarti kita harus membenarkan pembenuhan, bunuh diri dan peperangan. Kita tidak bisa dengan sengaja mengharapkan kematian orang lain dengan alasan bahwa semua orang akan mati. Benarlah hidup ini diakhiri kematian, semua kemajuan akan lenyap, dan tidak sesuatupun yang tetap kekal dilihat dari segi kesementaraannya, namun kesadaran jiwa yang sempurna dapat menjadi kenyataan, dan perkembangan menuju inti tujuan hanya tergantung pada soal waktu dan kejadian-kejadian kosmos dalam dunia ini.
(28) avyaktadini bhutani
vyaktamadhyani bharata
avyaktanidhananany eva
tatra ka paridevana
artinya :
makluk pada mulanya tidak kelihatan
hanya kelihatan pada waktu pertengahan
dan menghilang pada akhirnya
kenapa mesti bersedih, oh Batara?
Maksud Krisna dalam sloka ini adalah untuk menjelaskan bahwa apa yang dikatakan mahkluk itu, yang pada mulanya dan pada akhirnya tidak ada, hanyalah merupakan ilusi pada pertengahannya, yamh oleh karenanya tidak boleh dibiarkan mempengaruhi jiwa kita.
(29) ascharyavat pasyati kaschid enam
ascharyavad vadati tathai 'va cha 'nyah
ascharyavach chai 'nam anyah srinoti
srutva 'py enam veda na chai 'va kascihit
artinya :
ada orang telah melihat kebesan-Nya
yang lain bicara tentang keagungan-Nya
juga ada yang mendengar tentang kemuliaan-Nya
tetapi tak seorang, setelah mendengar, mengerti-Nya
hanya sedikit sekali yang telah melihat, mendengar dan berbicara tentang dia, karena hanya sedikitlah orang yang merelakan dirinya untuk menjalani disiplin diri, keyakinan membaja dan merelakan diri berbuat kebajikkan tanpa menharapkan buahnya. Walaupun banyak orang yang mempunyai keinginan untuk memiliki kebenaran abadi ini, namun mereka menderita kebimbangan dan kelemahan. Biarpun seandainnya mereka tiada merasa bimbang, namun kebanyakkan daripada mereka tidak sanggup menderitanya dalam mencari kebenaran tersebut.
(30) dehi nityam avadhyo 'yam
dehe sarvasya bharata
tasmat sarvani bhutani
na tvam sochitum arhasi
artinya :
penghuni badan setiap orang semua
tidak akan dapat dibunuh
karenanya, oh Barata, jangan duka
atau kematian mahkluk apapun
dalam sloka ini Karisna kembali menyatakan betapa jiwa atau Atman itu sebagai penghuni badan jasmani ini tidak bisa dibunuh. Yang hanya dapat dibunuh adalah badan jasmani, sebab itu krisna menganjurkan kepada Arjuna supaya bertempur sebagai Ksatria
(31) svadharmam api chaa 'vekshya
na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhach chhreyo 'nyat
kshatriyasya na vidyate
artinya :
apalagi sadar akan kewajibanmu
engkau tidak boleh gentar
bagi ksatria tiada kebahagian lebih besar
daripada bertempur menegakkan kebenaran
perkataan swadharma berarti: budi-pekerti pribadi seseorang yang tepat menurut kawajiban hidupnya sendiri swadharma.Arjuna adalah sebagai kesatria, yang mempunyai tugas kewajiban unytuk bertempur demi kebenaran, yaitu membela tanah air, bangsa dan agama.
(31) yadrichchhaya cho 'papannam
svargadvaram apavritam
sukhinah kshatriyah partha
labhante yuddham irisam
aretinya :
berbaringlah para ksatria, oh Parta
dapat kesempatan untuk beretempur
tanpa dicari-cari baginya
pintu sorga telah terbuka
(32) atha chet tvam imam dharmyam
samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :
tetapi jika engkau tiada melakukan
perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
maka dosa papalah bagimu
(33) atha chet tvam imam dharmyam
samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :
tetapi jika engkau tiada melakukan
perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
mana dosa-papalah bagimu
sesunguhnya yang dimaksudkan dengan perkataan perang dan ksatria dalam sloka-sloka ini adalah mengandung pengertian yang lebih mendalam dan bersifat spirituil. Perang menegakkan kebenaran disini dimaksudkan lebih dari membela tanah air, bangsa dan agama.yaitu pergulatan bathin antara yang benar dan yang salah. Mereka yang menghindarinya karena perasaan palsu, lemah dan takut akan dosa. Demikian pula yang dimaksud dengan ksatria disini bukanlah asal kelahiran atau keturunan ethnologi melainkan psikophisik seseorang yang memiliki sifat-sifat dan pengertian akan svadharma.
(34) akirtim cha 'pi bhutani
kathayishyanti te 'vyayam
sambhavitasya cha 'kirtir
maranad atirihyate
artinya :
orangkan terus membicarakan nama burukmu
dan bagi orang yang terhormat
kehilangan kehormatan sungguh itu
lebih buruk daripada kematian
(35) bhayad ranad uparatam
mamsyante tvam maharathah
yesham cha tvam bahumato
bhutva yasyasi laghavam
artinya :
para pahlawan besar akan mengira
engkau, pengecut lari dari pertempuran
dan mereka yang pernah memuja
engkau, merendahkan dengan penghinaan
(36) avachyavadams cha bahun
vadishyanti tava 'hitah
nindatas tava samarthyam
tato dunkhataram nu kim
artinya :
banyak caci maki dilontarkan kepadamu
oleh mereka musuh-musuhmu
menjelekkan dan menghina kekuatanmu,
adakah yang lebih sedih dari itu?
(37) hato va prapsyasi svargam
jitva va bhokshyase mahim
tasmad uttishtha kaunteya
yuddhaya kritanischayah
artinya :
andaikata tewas, engkau 'kan pergi kesorga
atau kalau menang , engkau 'kan nikmati dunia
maka itu bangkitlah, kunti putra
bulatkan tekad, bertempur maju
setelah mengungkapkan kebenaran yang tertinggi, yaitu Jiwa atau Atman, dan ketidak-kekalan badan jasmani,Krisna selanjutnya dalam sloka-sloka diatas menerangkan tugas kewajiban seorang ksatria, baik dilihat dari segi kebenaran metaphisika ataupun kewajiban sosial pada umunya. Jelaslah kepada kita, bahwa adalah mungkin untuk mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi dengan jalan melakukan tugas-kewajiban kita atas dasar kebenaran.
(38) sukhaduhkhe same kritva
labhalabhau jayajayau
tato yuddhaya yujyasva
nai 'vam papam avapsyasi
artinya :
dengan menganggap suka dan duka
laba rugi, menang dan kalah, sama
kemudian terus maju bertempur
engkau tiada melakukan dosa
walaupun Arjuna telah menyatakan bahwa ia tidak menginginkan kemenangan, kesenangan duniawi dan kekuasaan yang tidak terbatas (seperti dalam sloka I.32 dan II.8), namun Krisna disini bermaksud untuk menjelaskan suatu methode dan bukan mengharapkan agar dia menginginkankan sorga dan kebahagian duniawi, dan bhwasannya hanya dengan semangat dan keyakinan yang menyatakan suka dan duka, menang dan kala itu sama, maka Dia dapat melakukan tugas kewajibannya dalam situasi dimana ia berada dengan tanpa ikatan pada keinginan memperoleh hasilnya. Dengan jalan demikian Karma dapat dilaksanakan dengan tanpa menambah bebanya, dan jalan menuju kelepasan dapat ditempuh.
(39) esha te 'bhihita samkhye
buddhir yoge tv imam srinu
buddhya yukto yaya paartha
karmabandham prahasyasi
artinya :
itulah bagimu ajaran Sankhya
dan kini dengarkanlah ajaran yoga
bila engkau bersedia menerimanya, oh Parta
engkau akan terlepas dari ikatan Karma
dalam Bab ini ada dua bagian yang terpisahkan walaupun sesungguhnya kedua bagian tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bagian pertama mengandung ajaran-ajaran Sankhya dan bagian kedua berisikan ajaran-ajaran yoga. Dalam ajaran Sankhya. Krisna mengungkapkan kepada Arjuna pengertian tentang jiwa, atau purusha, atau Atman, yang mengatasi segala element materiil, kekal-abadi dan yang berbedah dengan badan jasmaniah yang tidak kekal atau selalu berubah-ubah;ajaran yoga, atau lebih jelasnya Karmayoga, menguraikan pengetahuan tentang Atman yang tidak dapat dimusnahkan dan kekal abadi yang harus diterapkan kepada sikap, tindakkan dan kerja yang nyata untuk membebaskan-Nya dari ikatan kelahiran dan kematian. Sikap, tindakkan dan kerja yang bagaimana?. Yaitu sikap, tindakkan dan kerja yang tidak mempunyai motif kepentingan diri pribadi dan tidak mengharapkan hasilnya.
Karmayoga adalah ajaran-ajaran yang mengungkapkan agar Atman dibebaskan dari ikatan karmabandham (ikatan hasil kerja)
Dalam bagian kedua bab ini (slika-sloka berikutnya). Krisna menguraikan kepada Arjuna bagaimana Yoga itu harus dilaksanakan dalam prakteknya.
(40) ne 'ha 'bhikramanaso 'sti
pratyavayo na vidyate
svalpam apy asya dharmasya
trayate mahato bhayat
artinya :
dalam hal ini tiada hal sia-sia
tiada rintangan tidak teratasi
walau sedikit dari dharma ini
akan membebaskan cengraman ngeri
dalam Karmayoga setiap sikap, tindakkan dan kerja tidak ada yang hilang dan sia-sia, dan semua usaha akan meninggalkan nilai kebersihan dan kesucian jiwa setiap individu yang melaksanakan sikap, tindakan dan kerjanya benar-benar tanpa motif kepentingan diri pribadi dan harapan akan buah hasilnya. Tetapi sebaliknya, apabila sikap, tindakkan dan kerja semata-mata penuh didasarkan atas motif kepentingan diri sendiri dan mengharapkan akan buah dan hasilnya, maka skumulasi karma akan terus bertambah dan ikatan kelahiran dan kematian akan bertambah kuat. Inilah yang dimaksudkan dengan cengkraman ngeri (mahato bhayat).,
(41) vyasayatmika buddhir
eke 'ha kurunandana
bahusakha by anantas cha
boddhayo 'vyavasayinam
artinya :
yang pikirannya bulat, kurunandana
menjurus kearah satu tujuan
tetapi yang masih ragu-ragu, pikirannya
bercabang dan tiada habis-habisnya
pikiran bulat, diarahkan menuju suatu tujuan membutuhkan latihan dan konsentrasi yang harus dipertumbuhkan.
(42) yam imam pushpitam vacham
pravadanty avipaschitah
vedavadaratah partha
na 'nyad asti 'ti vadinah
artinya :
kata-kata muluk dan menarik
diucapkan oleh orang-orang munafik
menikmati apa yang tersurat dalam Veda
dan berkata "tiada lain hanya ini!", oh Parta
(43) kamatmanah svargapara
janma karma phala pradam
kriya visesha bahulam
bhogaisvaryagatim prati
artinya :
nafsu pribadi dan sorga jadi tujuan
memberikan inkarnasi sebagai pahal
dan mereka mengajarkan aneka warna upacara
untuk memperoleh kenikmatan dan kekuasaan
dalam kedua sloka tersebut diatas. Krisna menunjukkan kepada Arjuna kekeliruan orang-orang yang mengatakan dirinya guru dengan mengajarkan pengikut-pengikut memperoleh pahala, kesenangan+kekayaan+kekuasaan, dengan jalan upacara-upacara beraneka warna seperti tercantum dalam kitab-kitab suci Weda. Ini bukanlah dimaksudkan oleh Krisna.
(44) bhogaisvarya prasaktanam
taya 'pahritachetasam
vyavasayatmika buddhih
samadhau na vidhiyate
artinya :
mereka yang pikirannya terpengaruhi
keinginan akan kenikmatan dan kekuasaan
terjebak oleh ajaran-ajaran demikian
tak terpusatkan, tidak patut untuk samadi
dengan perkataan samadhi dimaksudkan pemusatan pikiran kepada kesadaran akan adanya Brahman (Yang Langgeng dan Maha Tahu) yang diperoleh dengan jalan meditasi terus-menerus dan mendalam. Orang yang pikirannya selalu diburu oleh kekayaan, kenikmatan dan kekuasaan tidak mungkin dapat dipusatkan. Oleh karenanya tidak mungkin dapat bersamadhi.
(45) traigunya vishaya veda
nistraigunyo bhava 'rjuna
nirdvandvo nitya sattvastho
niryogakshema atmavan
artinya :
Veda menguraikan tentang triguna, Arjuna
Bebaskan dirimu daripadanya, juga dari dualisme
Pusatkan pikiranmu kepada kesucian
Lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan Atman
Yang dimaksudkan dengan triguna adalah sattva, rajas dan tamas,sedangkan guna berarti sifat, atribut dan karakter daripada prakriti atau alam atau badan jasmaniah. Dalam hal ini Krisna hendak menjelaskan kepada Arjuna bahwa prakriti atau benda jasmaniah memiliki tiga sifat, antribut dan karakter, yaitu sattva, rajas dan tamas. Sattva berarti sifat, antribut dan karakter yang cerdas, terang bersih, bahagia, tenang. Rajas berarti sifat, atribut dan karakter yang lincah, campur baur, bernafsu, susah, gelisah. Tamas berarti sifat, atribut dan karakter yang tolol, gelap, kotor, pulas dan mati. Jadi benda atau badan jasmaniah ini memiliki salah satu daripada guna tersebut.
Krisna mengharapkan agar Arjuna membebaskan diri daripada ketiga (tri) macam guna tersebut diatas, atau dengan perkataan lain, membebaskan dirinya daripada ikatan sifat, atribut dan karakter badan jasmaniah ini. Juga ikatan dari dualisme, yaitu baik dan buruk, senang dan suka, panas dan dingin dan sebagainya.
(46) yavan artha udapane
sarvatah samplutodake
tavan sarveshu
brahmanasya vijanatah
artinya :
seperti sebuah kolam didaerah banjir
digenang air dimana-mana
demikian kitab suci Veda
bagi brahmana yang arif-bijaksana
dalam sloka ini Krisna memberikan suatu perbandingan bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang atman pada dirinya, maka tiada perlu lagi baginya melakukan persembahyangan dan upacara-upacara seperti tercantum dalam kitab-kitab suci Weda, seperti halnya kalau sudah ada air dimana-mana maka tidak dibutuhkan lagi untuk membuat kolam.
(47) karmany eva dhikaras te
ma phaleshu kadachana
ma karmaphala hetur bhur
ma te sango 'stv akarmani
artinya :
kewajiban kini hanya bertindak
bekerja tiada mengaharapkan hasil
jangan sekali phala menjadi motifmu
jangan pula bediam diri jadi tujuaanmu
dalam sloka ini bukanlah dimaksudkan bahwa "bekerja tanpa mengharapkan hasil", orang lalu bersikap ingkar dari segala tujuan bekerja, seperti digambarkan dalam contoh berikut ini : seorang petani yang dengan rajin mengerjakan sawahnya, ketika padinya telah menguning dan masak dituai, karena mengharapkan hasilnya, ia sendiri lalu membakar habis padinya. Bukan ini yang dimaksudkan! Tujuan yang tertinggi dari seseorang adalah bekerja dan bertindak untuk melepaskan jiwanya menuju pembebasab abadi, bersatu dengan Atman.
Berdiam-diam atau masa bodo terhadap kewajiban dan tanpa bertindak atau bekerja adalah juga bukan dimaksudkan. Sebab, baik bekerja dengan mengharapkan pahalanya maupun masa bodo terhadap kewajiban kedua-duanya berarti membiarkan yang tidak habis-habisnya.
(48) yogasthah kuru karmani
sangam tyaktva dhanamjaya
siddhyasiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga uchyate
artinya :
pusatkan pikiranmu pada kesucian
bekerjalah tanpa menghiraukan pahala, Dananjaya
tegaklah pada kesuksesan maupun kegagalan
sebab, keseimbangan jiwa adalah yoga
perkataan samatvam berarti penguasaan diri, keseimbangan jiwa. Dia yangdsapat menguasai dirinya, memiliki keseimbangan jiwa, menundukkan rasa peka, amarah, ambisi dan keangkuhan.
(49) durena hy avaram karma
buddhi yogad dhanamjaya
buddhau saranam anvichchha
kripana phala hetevah
artinya :
rendahlah derajat kalau hanya kerja
tanpa disiplin budi, oh Dananjaya
serahkanlah dirimu pada Yang Maha Tahu
Kasihan yang mengharap pahala dari kerja.
(50) buddhi yukto jahati 'ha
ubhe sukrita dushkrite
tasmad yogaya yujyasva
yogah karmasu kausalam
artinya :
orang yang bersatu dengan budi suci
bersikap bebas terhadap baik dan keji
oleh karenanya, laksanakanlah yoga
sebab yoga-lah mahatahu dalam kerja
orang yang mengerti karmayoga mencapai status yang lebih tinggi dimana ia terbebas dari dualisme, baik dan buruk. Ia tiada lagi mempunyai motif pribadi atas segala kerja yang dilakukan, dan oleh karennya ia terbebas dari sgala keburukkan dan kejahatan. Pikirannya seimbang, bening, tiada lagi diwarnai oleh sifat, atribut dan karakter yang dimiliki badan jasmaniahnya.
(51) karmaja buddhiyukta hi
phalam tyaktva manishinah
jamabandha vinirmuktah
padam gachchanty anamayam
artinya :
orang yang jiwanya bersatu dengan Yang Maha Tahu
tiada lagi mengharapkan pahala dari kerjannya
membebaskan diri dari ikatan kelahiran
mencapai tempat dimana duka nestapa tiada
orang yang terlepas dari ikatan kelahiran dan mencapai tempat yang tenang dimana tidak terasa lagi duka-nestapa disebut moksha. Moksha tidak pula dicapai walaupun seseorang masih hidup didunia kita ini, Moksha ini adalah kelepasan.
(52) yada te mohakalilam
buddhir vyatitarishati
tada gantasi nirvedam
srotavyasya srutasya cha
artinya :
apabila pikiranmu telah terbebakan
dari bayangan ilusi duniawi
engkau akan bersikap netral pada
apa yang engkau telah dengar da akan dengar nanti
(53) srutivi pratipanna te
yada sthasyati nischala
samadhav achala buddhis
tada yogam avapsyasi
artinya :
bila pikiranmu, yang dikacaukan sruti
tenang tidak tergoyahkan lagi
tetap seimbang dalam samadhi
itu berarti engkau mencapai yoga
kata-kata srotavya sruta dan sruti dalam kedua sloka diatas ini berarti : apa yang telah didengar, apa yang harus didengarkan dan apa yang telah didengarkan. aDapun yang dimaksud dengan sruti (apa yang sedang didengarkan) dalam sloka diatas adalah kitab-kitab suci Weda. Bagi orang yang telah mencapai kesadaranjiwa dan telah menyerahkan dirinya kepada Atman, maka ia tiada lagi membutuhkan kitab-kitab suci. Ia telah berada ditingkat yang lebih diatas daripada itu.
(54) arjuna uvacha:
sthitaprajnasya ka bhasha
samadhisthasyta kesava
shitadhih kim prabhasheta
kim asita vrajeta kim
artinya :
Arjuna bertanya:
Apakah tandanya orang arif-bijaksanadan
Dan teguh iman untuk samadi, Oh kesawa
Betapa pula caranya berbicara
Cara duduk, atau berjalan?
Dalam sloka ini ada dua hal yang ditanyakan oleh Arjuna kepada Arjuna. Pertama, Arjuna ingin menegetahui bagaimana ciri-cirinya seseorang yang telah meyerahkan dirinya kepada Atman dikala ia bersamadi. Kedua, Arjuna ingin mengetahui betapa pula pengaruh kesadaran jiwanya terhadap tindak tanduk dan sikap hidupnya sehari-hari. Kesawa = Krisna.
(55) sribhagavan uvacha:
prajahati yeda kaman
sarvan partha manogatan
atmany eva 'tmana tushtah
sthitaprajnas tado 'chyate
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Jika seseorang dapat melenyapkan, oh Parta
Segala nafsu yang timbul dalam hatinya
Dan puas hanya dengan baktinya kepada Atman
Maka ia disebut orang teguh beriman
Perkataan kamah berarti segala macam nafsu yang dapat memuaskan pancaindria manusia. Orang yang selalu ingin memuaskan nafsunya, selalu berusaha memburu sasarannya, objeknya. Sesungguhnya orang yang dalam keadaan demikian, bukannya nafsunya yang terkejar, melainkan hatinya tertangkap oleh objek nafsunya, tidak ubahnya sebagai ular yang dibungkus kulitnya sendiri. Jadi, orang yang dapat melepaskan dirinya dari hawa nafsu, dikatakan sebagai ular yang mengelupas kulitnya.
(56) duhkheshv anudvignamanah
sukheshu vigatasprhah
vita raga bhaya krodha
sthitadhir munir uchyate
artinya :
yang tidak sedih dikala duka
tidak melonjak kegirangan dikala bahagai
bebas dari nafsu, takut dan amarah
ia disebut orang suci teguh beriman
perkataan muni berarti orang yang sedang bersamadi. Nafsu, takut dan amarah adalah godaan yang jahat terhadap jiwa seseorang, sedangkan suka dan duka merupakan komponen daripada nafsu. Orang yang telah memutuskan dalam hatinya untuk melakukan meditasi dan berusaha melepaskan diri dari nafsu, takut dan amarah, lambat laun tiada lagi merasakan akibat daripada suka dan duka. Dan pada suatu saat ia merasakan duka dan duka itu adalah sama. Pada waktu itulah ia telah dapat menguasai dirinya, menguasai godaan nafsu, takut dan amarah yang mulanya telah mengepung dia.
(57) yah sarvatra 'nabhisnehas
tat-tat prarya subhasubham
na 'bhinandati na dveshti
tasya prajna pratishthita
artinya :
yang tidak keinginan apapun jua
tiada lagi hiraukan senang atau duka
walau kebahagian atau kesedihan dihadi
dinamakan memiliki kesimbangan jiwa
apabila kebahagian yang dihadapi, hendaknya jangan berlaku dipuji-puji, demikian pula sebaliknya kalau kesedihan yang dihadapi, hendaknya jangan dimaki-maki setengah mati. Ibarat bunga mekar dan kemudian layu, hendaknya diterima seadanya, jangan hanya diwaktu mekar disanjung-sanjung, tetapi dikala layu dibuang, ditendang jauh-jauh. Demikianlah orang memiliki keseimbangan jiwa menghadapi suka dan duka itu dengan sikap yang sama.
(58) yada samharate cha 'yam
kurmo 'ngani 'va sarvasah
indriyani 'ndriyarthebhyas
tasya prajna pratishthita
artinya :
ibarat penyu menarik kaki kedalam tubuhnya
ia menarik semua pancaindrianya
dari segenap objek keinginannya,
demikian jiwanya mencapai keseimbangan
(59) vishaya vinivartante
niraharasya dehinah
rasavarjam raso 'py asya
param drishtva nirvartate
artinya :
orang dapat mengekang hawa nafsunya
dan seleranya lenyap, tapi kerinduaanya tetap
dan kerinduan ini pun akan lenyap
bila Yang Maha Tahu menampakkan dirinya
hawa nafsu memang mungkin dapat dikekang dan objek keinginan akan dilenyapkan, dibuang jauh-jauh. Tetapi orang yang dapat mengekang hawa-nafsunya, belum tentu menyapu kerinduaan terhadap objek keinginannya dari dalam hatinya. Maka itu, pengekangan tidak saja terhadap pancaindria, tetapi juga terhadap jiwa, sehingga jiwa itu bersatu dengan Atman. Dan bila jiwa berdatu dengan Atman, maka Yang Maha Tahu akan menampakkan diri-Nya.
(60) yatato hy api kaunteaya
purushasya vipaschitah
indriyani pramasabham manah
artinya :
walaupun ia adalah seorang budiman
telah berusaha sekuat tenaga, Kuntiputra
namun pancaindrianya yang liar
akan menyeret jiwanya dengan paksa
(61) tani sarvani samyamyam
yukta asita matparah
vase hi yasye 'ndriyani
tasya prajna pratishtthita
artinya :
setelah dapat menguasai semua itu
ia harus duduk memusatkan pikiran pada-Ku
sebab, yang dapat mengendalikan pancaindrianya
dinamakan memiliki keseimbangan jiwa
ku dalan sloka ini adalah sama dengan Yang Maha Tahu dalam sloka 59. Disini Krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwa tanpa pemusatan pikiran dan pengabdian jiwa terhadap Brahman (Yang Maha Esa), segala usaha seseorang akan sia-sia. Disiplin jiwa, bukan hanya pemusatan pikiran dan pengekangan hawa nafsu tetapi juga harus disertai dengan kemauan keras dan pengabdian yang terus-menerus.
(62) dhyayato vishayan pumsah
sangas teshu pajayate
sangat samjayate kamah
kamat krodho 'bhijayate
artinya :
bila orang memikirkan duniawi selalu
maka keinginan daripadanya lahir
dan keinginan ini timbulah nafsu
dan dari nafsu itu bangkitlah amarah
nafsu adalah kekuatan lahiriah yang tidak ada bandingannya. Orang bisa mencapai kemegahan dan kemewahan setinggi langit justru karena nafsu tiu. Demikian pula orang bisa terpelanting dan terjerumus kedalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Dan nafsu yang tidak mencapai sasarannya menimbulkan marah yang berkobar-kobar. Nafsu pasti menimbulkan ketenangan dan keseimbangan jiwa.
(63) krodhad bhavati sammohah
sammohat smritivibrahramah
smritibrahmsad biddhonaso
buddhinasat pranasyati
artinya :
dari amarah timbulah kebingungan
dari kebingungan hilang ingatan
hilang ingatan menghancurkan pikiran
kehancuran pikiran membawa kemusnahan
seperti dijelaskan dalam sloka terdahulu, hawa nafsu membangkitkan amarah. Dalam sloka ini dijelaskan oleh Krisna bahwa amarah adalah pangkal kemerosotan psiko seseorang. Emosi kemarahan ini menyeret jiwa seseorang kedalam kebingungan ini membungkus inteleknya. Sehingga kekuataan pikiran yang dipancarkan oleh intelek ini tertutup. Secara psikologis, orang itu dikatakan hilang ingatan. Hal ini dikuti oleh kekusutan (kehancuran) pikiran. Pikiran yang kusut tidak lagi mempunyai kekuatan membedakan dan tidak pula rasional. Pikiran yang tidak rasional inilah meluruskan jalan keruntuhan moral. Inilah yang dimaksudkan kemusnahan seseorang bukanlah ia lalu mati dalam artian jasmani, sebab kenyataan lahiriah biasa menunjukkan bahwa orang yang hidup penuh diliputi hawa nafsu sehari-hari kelihatan segar bugar.
Demikianlah Krisna menguraikan degradasi atau kemerosotan moral itu yang pankal mulanya berasal dari pikiran, yang secara halus dan tidak sadar menyusup kedalam jiwa.
(64) raga dvesha viyuktais tu
vishayan indriyais charan
atmavasyair vidheyatma
prasadam adhigachchati
artinya :
tetapi orang yang teguh beriman
walau hidup ditengah-tengah benda duniawi
tetap menguasai nafsunya, bebas dari suka & benci
mencapai kedamaian dalam jiwanya
(65) prasade sara duhkhanam
hanir asyo 'pajayate
prasanna chetaso hy asu
buddhih paryavatishthate
artinya :
dalam jiw ayang bersih hening
segala derita-kesengsaraan jadi sirna
pikiran orang berjiwa bersih demikian
bersemayam teguh dalam ketenangan
demikian orang yang membebaskan dirinya dari macam gangguan emosi lambat-laun mencapai keseimbangan yang cocok benar untuk samadi.
(66) na 'sti buddhir ayuktasya
na 'cha 'yuktasya bhavana
na 'cha 'bhavayatah santir
asantasya kutah sukhan
artinya :
yang melepas hawa-nafsu, tak punya kekuatan jiwa
jiwa lemah tidak dapat memusatkan pikiran
tanpa pemusatan pikiran tak mungkin ada ketenangan
dan tanpa ketenangan , dimanakah ada kebahagian?
(67) indriyanam hi charatam
yan mano 'nuvidhiyate
tad asya harati prajnam
vayur navam iva 'mbhasi
artinya :
bila pikiran hanyut dalam pancaindria
penegertian baik juga terbawa olehnya
ibarat angin topan melanda
perahu hanyut dalam samudera
kontras dengan sloka 64. Dalam sloka ini dijelaskan betapa posisi seorang yang berpikiran dan pengertian baiknya terbawa hanyut oleh nilai-nilai keinginan pancaindrianya. Keinginan atau hawa-nafsu yang selalu bergerak dengan kuatnya (bila orang tiada teguh iman) dapat mnegombang-ambingkan jiwa, seperti diibaratkan sebuah perahu dalam sloka ini.
(68) tasmad yasya mahabaho
ningrihitani sarvasah
indriyani 'ndriyarthebhyas
tasya prajna pratishthita
artinya :
karenanya orang yang dapat mengendalikan
pancaindriannya dari segala nafsunya
objek keinginannya, oh Mahabahu
ialah jiwanya, mencapai keseimbangan
ini bukanlah berarti bahwa pancaindria itu dapat diputuskan dari nafsu dan objek keinginan seseorang. Ia hanya dapat dikendalikan dan ditaklukan oleh kemauan jiwa yang kuat. Mahabahu berarti: yang bersenjata perkasa (sakti) dan yang dimaksudkan adalah Arjuna (lihat sloka 26). Disini dimaksudkan : arjuna yang bersenjatakan memtal yang perkasa.
(69) ya nisa sarvabhutanam
tasyam jagarti samyami
yasyam jagrati bhutuni
sa nisa pasyato munch
artinya :
apa yang gelap bagi mahkluk sekalian
adalah terang bagi m yang mengetahui Atman
apa yang siang bagi mahkluk sekalian
adalah malam bagi yang mengetahui Atman
bagi orang dan mahkluk lainnya kebenaran abadi adalah gelap, tetapi bagi Munu (yaitu orang yang mengetahui Atman), kebenaran abadi adalah terang benderang. Ia dapat melihat apa yang masih gelap bagi orang biasa. Demikianlah perbedaan pandangan orang biasa dengan orang yang mengetahui Atman terhadap kebenaran abadi dalam hidup ini.
Selanjutnya, bagi orang biasa siang hari adalah waktu untuk melakukan segala macam aktivitas untuk mencapai kesenangan hidup dalam dunia ini : tetapi bagi Muni kebahagian ini hanya dapat diperoleh diwaktu malam sepi, dimana hiruk-pikuk dan sktivitas manusia sudah tidak ada lagi, hal mana yang sangat cocok untuk melakukan samadi. Jiwanya terjaga dikala orang biasa membangunkan panca indrianya bagi segala objek hawa-nafsu dalam hidup ini.
(70) apuryamanam achala pratishtham
samudram apah pravisanti yadvad
tadvad kama yam pravisanti sarve
sa santim apnoti na kamakami
artinya :
ibarat sungai mengaliri samudera
walau tetap diisi air namun tetap tenang
demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian
tetapi bukan orang yang melepas hawa-nafsu
samudera yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh aliran air dari beribu-ribu sungai yang bermuara ditepinya. Demikianlah halnya orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya tidak terpengaruh oleh reaksi-reaksi jahar dari nafsu yang dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi yang silih berganti melintas depanya selama hidupnya didunia ini.
(71) vihaya kaman yah sarvan
pumams charatinihhsprihah
nirmamo nirahamkarah
sa santim adhigachchati
artinya :
orang yang mengenyahkan semua nafsunya
dan melangkah bebas tanpa keinginan
enyah dari perasaan "aku" dan "punyaku"
mencapai kedamaian dalam jiwanya
(72) esha brahmi sthitih partha
nai 'nam prapya vimuhyati
sthitva 'syam antakale ;pi
brahmanirvanam richchhati
artinya :
inilah tingkat kesucian, oh Parta
dia yang telah sampai ditingkat ini
walau maut tiba, tiada bingung lagi
dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman
orang yang telah melemparkan jauh-jauh hawa nafsu, tiada lagi mempunyai keinginan dan perhitunagn akan sesuatu untuk kebesaran atau keagungan dirinya sendiri. Ia tiada lagi mempunyai rasa ke-aku-an dan tiada memiliki benda jasmaniah sebagai kepunyaannya.
Dalam keadaan demikianlah ia disebut mencapai samtim, kedamaian, yaitu lenyapnya semua suka dan duka dalam kehidupan didunia kita ini.
Didalam evolusinya, ia lalu mencapai nirvana, kesempurnaan. Dalam kitab suci Dhammapada, Gautama Budhha menjelaskan seperti berikut : "kesehatan adalah keberuntungan yang terbesar, kepuasan (dalam kesederhanaan) adalah kekayaan yang paling melimpah-limpah, keyakinan adalah kawan sejati dan nirwana adalah kebahagian yang tertinggi". Inilah artinya nirwana.
Oranng yang mencapai nirwanaadalah mencapai tempat Brahman Yang Maha Tunggal, Yang Absolut, Jiwa Yang Maha Agung, dan tinggal selam-lamanya distu bersama-Nya.
Tempat ini disebut Brahmanirwana.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjuna samvade
Samkhyayogo nama dvitiyo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kedua Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu penegtahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna yng berjudul SMKHYAYOGA
III. PERCAKAPAN KETIGA
KARMAYOGA
Arjuna bertanya bhwasanya kalau memang benar ilmu pengetahuam lebih mulia daripada tindakkan (kerja), mengepa harus melakukan tindakan-tindakan kejam membunuhi sanak keluarga?. Dalam bab ketiga ini Krisna memberi jawaban : tindakan (kerja) adalah merupakan hukum alam.
Bekerja seperti telah diwajibkan dengan kebaktian dan pengabdian kepada Brahman, tanpa megharapkan keuntungan pribadi demi kesejahteraan dan kebahagian sesama umat manusia. Dan melakukan kewajiban sendiri walaupun dengan tidak sempurna lebih baik daripada kewajiban orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Inilah disiplin hidup.
Tindakkan digerakkan oleh hukum-alam ini dan bukan oleh jiwa yang ada dalam badan jasmaniah ini. Sifat alam menimbulkan amarah dan nafsu yang dapat menyebabkan orang terikat oleh keinginan akan pahala kerja.
Maka itu, janganlah sampai tertipu oleh sifat alam ini, tetapi berhenti bekerja berarti melawan hukum alam dan dunia kan hancur.
Tunjukkanlah segala tindakkan kepada Brahman, bebas dari keinginan nafsu dann ke-aku-an, enyahkan rasa gentas dan bertempur, beri contoh kepada yang lebih bodoh!
IV. Percakapan Ketiga
(1) arjuna uvacha:
iyayasi chet karmanas te
mata buddhir janardana
tat kim karmani ghore mam
niyojayasi kesava
artinya :
Arjuna bertanya:
Wahai Janardana, kalau Engkau berpikir
Bahwa ilmu pengetahuan lebih mulia dari tindakkan
Melakukan tindakkan kejam ini, oh kesava?
(2) vyamsrene 'va vakyena
buddhim mohayasi 'va me
tad ekam vada nischita
yana sreyo 'ham apnuyam
artinya :
uraian-Mu agak kacau membingungkan pikiranku
dari itu, katakanlah kepadaku dengan pasti
satu-satunya jalan yang dapat kutempuh
untuk mencapai kebahagian abadi
arjuna berpendapat bahwa berperang, bertempur saling bunuh-membunuh adalah ghore, kejam, buas dan kasar. Walaupun bagi seorang ksatria membunuh dalam peperangan itu adalah suatu kewajiban, namun Arjuna menolak untuk berbuat demikian sebab hatinya tiada tega melakukan kekejaman tersebut, apalagi untuk membunuh anak kandangnya sendiri.
Uraian Krisnadalam Bab II tiada mudah ditangkap oleh Arjuna, yang menyebabkan ia salah mengerti. Ia bertambah bingung menangkap ajaran krisna seolah-olah Sri Bagawan menyatakan bahwa bekerja untuk memperoleh penghargaan adalah lebih rendah derajatnya daripada bekerja tanpa keinginan dan kepentingan pribadi, dan ilmu pengetahuan tanpa tindakkan adalah lebih baik daripada tindakkan atau kerja.
Kalau memang cara ilmu pengetahuan lebih baik untuk mencapai kebahagian abadi daripada kerja? Lebih-lebih tindakan untuk membunuh dalam peperangan. Demikian pertanyaan Arjuna, dan ia mengharapkan benar-benar petunjuk yang pasti dari Guru-nya.
(3) sribhagavan uvacha:
loke 'smin dvividha nishtha
pura prokta maya 'nagha
jnanayogena samkhyanam
karmayogena yoginam
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Telah kukatakan sejak dahulu, oh Anagha
Ada dua disiplin dalan hidup ini
Jalan ilmu penegtahuan bagi cendikiawan
Jalan tindakkan, kerja bagi karyawan
Seperti dalam ilmu-psikologi dewasa ini, Krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwa memang pada umumnya ada dua macam pencari kebenaran abadi ini, yaitu mereka yang mencari kebenaran abadi dengan jalan ilmu pengetahuan dan kerohanian, dan mereka yang mencari kebenaran dengan jalan pengabdia dan kerja sehari-hari tanpa menghitung-hitung pahala yang akan diperoleh. (anagha seperti orang yang tidak bersalah; disini dimaksudkan Arjuna, sebab ia belum mengerti). Baik orang menempuh jalan tersebut memberi effek yang sama terhadap usaha mencapai kebahagian abadi itu. Kedua jalan tersebut tidaklah ekslusif sama sekali, melainkan pada suatu tingkatan usaha, kedua-duanya isi-mengisi.
Kedua-dua jalan itu sama nilainya. Jalan kerja ditempuh oleh orang biasa dalam kehidupannya sehari-hari, sedangkan jalan ilmu pengetahuan ditempuh oleh mereka yang jiwanya telah diterangi dengan ajaran-ajaran kerohanian.
(4) na karmanam anarambhan
naishkarmyam purusho 'snute
na cha samnyasanad eva
siddhim samadhigachchhati
artinya :
orang tidak akan mencapai kebebasan
karena diam tiada bekerja,
juga ia tak-kan mencapai kesempurnaan
karena menghindari kegiatan kerja
memang ada anggapan bahwa untuk mencapai kebebasan, orang harus menghentikan segala kerja dan kegiatan lainnya, agar bebas sama sekali dari hasil kerja tersebut. Demikian pula untuk mencapai kesempurnaan, orang hasrus menghindari segala kegiatan kerja, agar pahala tidak mendatangkan, seperti halnya aksioma yang mengatakan ada saksi pasti ada reaksi. Jadi ada kerja pasti ada hasilnya, baik atau buruk.
Bukankah itu yang dimaksudkan Krisna! Kebebasan yabg dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja, melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.
(5) na hi kaschit kshanam api
jatu tishthaty akarmakrit
karyate hy avasah karma
sarvah parkkitijair gunaih
artinya :
tidak seorang pun tidak bekerja
walaupun untuk sesaat jua
karena dengan tiada berdaya manusia
dibuat bertindak oleh hukum alam
selama manusia hidup didunia ini, ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakkan atau kerja. Berfikir adalah suatu tindakkan kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan sebagainya adalah suatu tindakkan atau kerja. Orang tidak akan dapat menghindarinya, ia tidak bisa lari dari tindakkan ini, dari sifat atau hukum prakriti (alam, benda jasmaniah).
Hanya dia yang mengetahui atman bisa terbebas dari belenggu nafsunya, tidak mengetahui Atman dan akan selalu dibelenggu oleh hukum alam ini.
(6) karmendriyani samyamya
ya aste manasa smaran
indriyarthan vimudhatma
nithyadharah sa uchyate
artinya :
yang duduk, mengontrol pancaindrianya
tetapi pikirannya terus mengenang kenikmatan,
sebenarnya bingung, menipu dirinya
dan dinamakan seorang hipokrat
orang munkin menutup matanya supaya tidak melihat yang indah-indah atau cantik-cantik, orang mungkin menutup mulutnya supaya tidak makan yang enak-enak atau nikmat-nikmat, tetapi kalau membiarkan pikirannya dan keinginannya tidak terkontrol, maka ia gagal dalammeresapkan arti disiplin hidup ini. Demikian pula, orang mungkin dapat menahan pikiran dab keinginannya, tetapi kalau membiarkan alam pancaindrianya (mata, mulut, telinga dan sebagainya) berkeliaran, maka ia tidak mengerti sesungguhnya apa arti disiplin hidup ini.
Pengekangan alat pancaindria adalah sebagai pendahuluan daripada kontrol pikiran dan keinginan, atau dengan perkataan lain, kontrol jasmaniah adalah pendahuluan daripada kontrol rokhaniah.
(7) yas tv indriyani manasa
niyamya 'rabhate 'rjuna
karmendriyaih karmayogam
asaktah sa visihyate
artinya :
tetapi orang yang dapat mengendalikan
pancaindrianya dengan pikiran, oh Arjuna
dan bekerja tanpa mementingkan diri
ia itu adalah orang utama
pengendalian pancaindria oleh pikiran perlu sekali untuk membersihkan jiwa dari hawa-nafsu dan keinginan. Pengontrolan alat pancaindria bukanlah berarti menghentikan kegiatan atau tindakkan dan kerja. Pengendalian atau pengontrolan ini penting sekali bagi pemusatan pikiran untuk menjuruskan segala kegiatan dan pancaindria kearah tindakkan dan kerja yang baik dan benar.
Dengan tindakkan dan kerja yang baik dan benar selanjutnya pikiran dapat dipusatkan untuk pekerjaan dan pengabdian yang lebih sempurna tanpa kepentingan diri sendiri. Tindakkan dan kerja yang demikian inilah dapat membebaskan jiwa dari belenggu prakriti (alam, benda jasmaniah).
(8) niyatam kuru karma tvam
karma iyayo hy akarmanah
sarirayatra 'pi cha te
na prasidhyed akarmanah
artinya :
bekerjalah seperti yang telah ditentukan
sebab bekerja lebih baik dari tak kerja
kalau engkau tidak bekerja
kalau sehari-haripun tidak mungkin
perkataan niyatam berarti: pekerjaan yang telah ditentukan. Maksud sloka ini adalah, bahwa tiap-tiap orang dalam hidup mempunyai tugas pekerjaan yang telahditentukan sesuai dengan bakat dan pilihannya sejak ia masih kecil. Sebagai seorang Guru, Krisna mengharapkan agar Arjuna bekerja dan bertindak seperti apa yang telah ditentukan baginya sebagai seorang ksatria.
(9) yajnarhat karmano 'nyatra
loko 'yam karma bandhanah
tadartham karma kauteya
mukta sngah samachara
artinya :
kecuali untuk tujuan berbakti
dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja
karenalah bekerjalah demi bakti
tanpa kepentingan pribadi, oh Kuntipura
perkataan yajna berarti : bakti pengabdian, persembahaan dan yajnartha berarti : semua pekrjaan, nasehat Krisna kepada Arjuna, harus dilaksankan dengan semangat pengabdian, berbakti kepada Yang Maha Esa. Walaupun dunia ini (termasuk juga manusia) dibelenggu oleh hukum kerja, namun kalau kerja itu dilaksanakan dengan motif kepentingan diri sendiri, melainkan demi berbakti dan mengabdi, mak belenggu itu tidak lagi mempunyai kekuatan mengekang.
(10) sahayajnah prajah srishtva
puro 'vacha prajapatih
anena prasavishya dhvam
esha vo 'stv ishta kamadhuk
artinya :
dahulukala Prajapati menciptakan manusia
bersama bakti persembahannya dan berkata:
dengan ini engkau akan berkembang biak
dan biarlah ini jadi sapi perahmu
perkataan prajah berarti : manusia, rakyat, dan perkataan prajapati berarti : pencipta atau Brahman. Perkataan kamadhuk berarti : sapi kepunyaan indra yang dapat memenuhi keinginan manusia. Jadi kisahnya, pada waktu Brahman, Yang Maha Esa menciptakan manusia, ia diberi kekal oleh-Nya seekor sapi kepunyaan Indra untuk diperas susunya. Berbarengan dengan lahirnya manusia itu, lahir pula tugas pekerjaannya untuk berbakti kepada-Nya. Tetapi oleh karena sapi indra itu dapat dipenuhi sehingga ia lupa kepada bakti persembahannya. Demikianlah kisahnya.
(11) devan bhavayata 'nena
te deva bhavayantuvah
parasparan bhavayantah
sreyah param avapsyatha
artinya :
dengan ini, pujalah Dewata
semoga Dewata memberkahi engkau
dengan saling menghormati begini
engkau mencapai kebajikan tertinggi.
Perkataan devan berarti : Devata yaitu kekuatan-kekuatan yang bercahaya yang mengatur fungsi kosmos (alam semesta) ini dalam evolusinya. Untuk mudahnya, ia digambarkan sebagai mahkluk yang lebih tinggi daripada manusia.
Krisna mengajarkan kepada Arjuna dokrim yang menyatakan bhwa manusia harus memuja atau menghormati Dewata, yaitu yang tiada lain daripada kekuata-kekuatan yang mengatur fungsi kosmoskita ini,, sebagai pernyataan terima kasih manusia yang menghormati kekuatan-kekuatan tersebut, berarti mngerti akan tugas dan kewajiban hidupnya. Dan barang siapa mengerti akan tugas kewajibannya akan mencapai kebajikan yang tertinggi. Disini memuja atau menghormati Dewata seperti diterangkan diatas bukanlah persoalan polytheisme atau monotheisme seperti sering diinterpretasikan oleh kaum sarjana atau cerdik pandai. Sebab Dewata atau kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos itu tiada lain daripada bagian Brahman, Yang Maha Esa, yang absolut, seperti halnya jiwa manusia adalah bagian daripada jiwa Yang Tunggal
(12) ishtan bhogan hi vo deva
dasyante yajna bhavitah
tair datt apradayai 'bhyo
yo bhunkte stena eva sah
artinya:
sebab, dengan pujaanmu Dewata
akan memberkahi kebahagian bagimu,
dia yang tidak membalas rahmat ini
kepada-Nya, sesungguhnya adalah pencuri
(13) yajna sishtasinah santo
muchyante sarva kilbishaih
bhunjate te ty agham papa
ye pachanty atma karanat
artinya :
yang baik makan setelah upacara bakti
akan terlepas dari segala dosa,
tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi sendiri
mereka ini, sesungguhnya makan dosa.
Seperti telah diterangkan diatas (lihat sloka 90, yajna berarti bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya, yajna itu dapat dibagi sebagai berikut : (a) Brahma-yajna-berbakti kepada Brahman, Yang Maha Esa, (b) deva-yajna-berbakti kepada para Dewata, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos ini, (c) Pitri-yajna-berbakti kepada nenek moyang dan orang tua, (d) Nri-yajna-memberikan sedekah kepada yang miskin dab sengsara, dan (e) Bhuta-yajna-memberikan makan kepada binatang.
Melakukan yajna kepada mereka yang tersebut diatas itu adalah menjadi tugas manusia dalam hidup ini. Inilah yang dinamakan kerja atau tindakkan. Setiap pembaktian atau pemberian kepada mereka harus dilakukan dengan hati suci dan semangat pengorbanan.
Menurut Krisna. Orang yang baik dan berbudi luhur mendahulukan pembektian ini daripada kebutuhannya sendiri, dan berdosalah orang yang hanya ingat kepada dirinya sendiri menyediakan makanan yang lezat-lezat tanpa ambil pusing terhadap yajna-yajna yang harus dilakukannya.
(14) annad bhavanti bhutani
parjanyad annasambhavah
yajnad bhavanti parjanyo
yajnah karma samudbhavah
artinya :
karena makanan, mahkluk hidup
karena hujan makanan tumbuh
karena persembahan hujan turun
dan persembahan lahir karena kerja
(15) karma brahmodbhavam viddhi
brahma 'kshara samudbhavan
tasmat sarvagatam brahma
nityam yajne paraishthitam
artinya :
ketahuilah, kegiatan kerja lahir dari Brahman
dan Brahman datang dari Yang Maha Esa
dari itu, Brahman yang melingkupi semua
selalu ada disekitar persembahan
dalam kedua sloka diatas ini jelas dilukiskan ajaran tentang hubungan antara kerja, berbakti (persembahan) hidup dan Brahman, yang merupakan suatu prinsip daripada sebab dab akibat pencipta manusia seperti tercantum dalam sloka 10.
Benarlah kiranya kalau direnungkan dari segi ilmu pengetahuan biasa, kerja yang melahirkan persembahan mendatangkan hujan. Contoh yang mudah dapat dimengerti misalnya, dimana tanah tandus, pohon-pohonan tidak ada, maka hujan pun tidak turun. Tetapi kalau tanah-tanah tandus ini dikerjakan dengan semangat pengabdian dan persembahan, ditanami pohon-pohonan sehingga menjadi hutan, maka hujanpun akan turun. Dengan adanya air mahkluk akan hidup. Dan hidup adalah berakar pada Brahman, Yang Abadi. Jadi hidup dan kerja itu berkisar dalam lingkaran persembahan (yajna).
(16) evam pravatitam chakram
na 'nuvartayati 'ha yah
aghayur indriyaramo
mogham partha sa jivati
artinya :
yang tak-ikut memtar roda hidup ini
selalu hidup dalam dosa
menikmati kehendak hawa-nafsunya
oh Parta, ia hidup sia-sia
dalam sloka ini Krisna ingin menjelaskan bahwa manusia individu dan kosmos semesta ini adalah bergantung satu sama lain. Hidup individu manusia dan hidup kosmos semesta saling bergantungan. Ia yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri adalah sia-sia, karena putaran roda hidup adalah disebabkan adanya kerjasama antara manusia dan mahkluk lain yang lebih suci. Demi kerjasama ini perlu adanya persembahan.
(17) yas tv atmaratir eva syad
atmatriptas cha manavah
atmany eva cha samtushtas
tasya karyam na vidyate
artinya :
tetapi mereka yang selalu mengabdi Atman
dan puas akan segala rahmat-Nya
hidup bahagia begini dengan Atman
tiada lagi ikatan kerja baginya
mereka yang hidup penuh dengan semangat berbakti dan rela berkorban, serta menerima apa saja sebagai rahmat-Nya, terbebas dari belenggu ikatan kerja, yang membuat mereka bersatu dengan Yang Maha Semesta.
(18) nai 'va tasya kritena 'rtho
na 'kritene 'ha kaschana
na cha 'sya sarvabhuteshu
kaschid arthavyapasravah
artinya :
tiada lagi ia menharapkan hasil kerjanya
juga tak merasa kehilangan tanpa bekerja
tiada lagi ia tergantung kepada siapapun
untuk maksud memperoleh objek apapun
(19) tasmad asaktha satatam
karyam karma samachara
asakto hy acharan karma
param apnoti purushah
artinya :
dari itu laksanakanlah segala kerja
sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan
sebab kerja tanpa keuntungan pribadi
membawa orang ke-kebahagian tertinggi
dalam tingkatan, kerja dilakukan orang adalah paling mulia apabila ia dilaksanakan tanpa tujuan untuk memperoleh pahala bagi kepentingan diri pribadi. Demikian pula pekerjaan yang disertai dengan persembahan sebagai tanda berbakti, jauh lebih mulia daripada pekerjaan yang mengangkat orang pada penyucian dan kesempurnaan pikiran dan jiwanya.
(20) karmanai 'va hi samsiddhim
asthita janakadyah
loka samgraham eva 'pi
sampasyan kartum arhasi
artinya ;
dengan berja demikian, janaka
dan yang lainya mencapai kesempurnaan
demi kebahagian dan kemanusian didunia
engkau juga harus laksanakan kewajibanmu
perkatan loka samgraha berarti : pengemban kemanusiaan didunia. Disini Krisna memberi contoh orang-orang berjiwa besar yang telah melaksanakan kewajiban hidup mereka untuk kebahagian serta kemanusian dengan jalan menyelamatkan dunia dari kondisi materiil dan moral. Dalam hubungan ini Krisna menyebut nama Raja Janaka.
Janaka adalah raja dari negeri Mithila, ayah dari Sita dewi dan mertua dari Sri rama. Namanya sering disebut-sebut sebagai seorang acharya, sebagai contoh dalam soal-soal membawakan kebahagian bagi rakyatnya dan memupuk rasa kemanusiaan yang agung pada jamannya. Janaka sendiri dalam masa hidupnya mencapai kesadaran jiwa dan kebahagian abadi dengan segala aktivitas kerjanya, tanpa motif-motif kepentingan diri pribadinya, tidak henti-hentinya sampai saatnya terakhir. Rasa "aku" dan "punyaku" tidak ada lagi padanya. Ketika istananya dan segala isi dalam istanan itu musnah terbakar, ia berkata : "Tiada satupun punyaku terbakar".
(21) yad-yad acharati sreshthas
tad-tad eve 'taro janah
sa yat pramanam kurute
lokas tad anuvarrtate
artinya :
apa saja yang dilakukan orang besar
orang lain akan mengikutinya
contoh apa saja yang diberikannya
seluruh dunia akan menurutinya
orang biasa akan selalu mengikuti jejak orang-orang besar dari jaman dahulukala. Orang-orang besar ini memang telah dilahirkan untuk membawa cahaya bagi pikiran dan rakyat biasa dalam menempuh hidup mereka didunia ini. Ada yang lahir sebagai Bagawan, ada pula sebagai Awatara, dan ada pula sebagai Nabi.
(22) yadi by aham na varteyam
trishu lokeshu kimchana
na 'navaptam avaptavyam
varta eva cha karmani
artinya :
tiada sesuatu yang harus Kukerjakan
tiada sesuatu yang harus dicapai
oleh-Ku dalam ketiga dunia ini, oh Parta
namun Aku tetap melaksanakan kerja
(23) yadi hy aham na varteyam
jatu karmany atandritah
mama vartma 'nuvartante
marushyah partha sarvasah
artinya :
sebab, Parta, apabila aku tiada
selalu bekerja tiada kecapaian,
manusia dimana-mana dalam segala
hal akan mengikuti jejak-Ku
(24) utsideyur ime loka
na kuryam karma ched aham
samkarasya cha karta syam
upahanyam imah prajah
artinya :
jika aku berhenti bekerja
didunia ini akan hancur lebur
dan aku jadi pencipta keruntuhan
memusnahkan manusia ini semua
(untuk mengetahui ketiga dunia yang dimaksudkan dalam sloka 22 diatas, baca sloka 1.35). dalam ketiga sloka diatas, sebagian Bagawan atau Rasul Yang Maha Tahu absolut, krisna menyatakan bahwa ia sendiri tidak lagi mempunyai kepentingan apa-apa kecuali membentuk dan mengarahkan kegiatan hidup manusia menuju kekesempurnaan dan kebahagian abadi serta menjaga dan memelihara dunia ini dari keruntuhan dan kemusnahan, dan ketidak adilan.
(25) saktah karmany avimso
yatha kurvanti bhatara
kuryad vidvams tatha 'saktas
chikirshur loka samgraham
artinya :
seperti orang dungu bekerja karena pahala
demikianlah harusnya orang pandai bekerja
tetapi tanpa kepentingan pribadi, oh Parta
melainkan untuk kesejahteraan manusia
(26) na buddhi bhedam janayed
ajnanam karma sanginam
joshayet sarva karmani
vidvan yuktah samacharan
artinya :
janganlah mereka yang bijaksana
membingungkan yang bodoh bekerja bernafsu
melainkan membiarkannya semua bekerja
sambil memberi contoh bekerja berbakti
(Barata = Arjuna) dalam kedua sloka ini Krisna hendak memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang pandai dan bijaksana hendaknya jangan membingungkan dan melemahkan keyakinan mereka yang mempunyai pengetahuan sederhana terhadap kerja mereka dalam hidup ini. Sebab, walaupun mereka bodoh semua pada dasarnya mempunyai rasa tanggung jawab kepada kerja, pangabdian dan kecintaan. Elemen-elemen inilah merupakan fondasi keyakinan mereka. Mungkin karena ketidaktahuan mereka terkadang timbul gejala-gejala yang sukar diteloransikan. Oleh karenanya mereka harus dituntun bukti perbuatan ketja yang nyata sehingga mereka menyontohnya. Ketahuilah bahwa keyakinan mereka adalah lebih luas dan mendalam daripada kepercayaan mereka. Dan mengangkat moral serta budipekerti tidaklah dapat dilakukan dengan jalan meloncat tiba-tiba melainkan setapak demi setapak ketempat yang lebih tinggi.
(27) prakriteh kriyamanani
gunaih karmani sarvasah
ahamkakara vimudhatma
karta 'ham iti manyate
artinya :
setiap gerak kerja disebabkan oleh guna
tetapi orang yang pikirannya bingung
karena diliputi oleh rasa ke-aku-annya
berpikir : "aku inilah pelaksananya"
(28) tattvavit tu mahabaho
guna karma vibhagayoh
guna guneshu vartanta
iti matva na sajjate
artinya :
tetapi mereka yang tahu, oh Mahabahu
perbedaan antara jiwa dan sifat guna
sadar bahwa guna hanya mempengaruhi guna
dan bebas dari ikatan pahala kerja
(29) prakkriter guna sammudhah
sajjamte guna karmasu
tan akritsnavido mandan
kritsnavin na vichalayat
artinya :
mereka yang tertipu sifat guna
terikat pada keinginan yang dihasilakn olehnya
tetapi yang mengerti jangan sampai menyesatkan
mereka yang pengetahuannya tiada sempurna
(Mahabahu = Arjuna Untuk mengetahui istilah guna, baca sloka II.45). guna adalah batas kebebasan manusia yang diperoleh dari kelahiran dan lingkungan yang mempunyai kekuatan membelenggu. Pengalaman hidup seseorang dapat menambah atau mengurangi akumulasi kekuatan belenggu guna ini. Pengalaman ini diperoleh daritindakkan atau kerja selama hidupnya, seperti halnya proses kosmos semesta ini adalah akibat (hasilnya) adalah diperbuatannya sendiri. Tetapi orang yang mengerti dapat membebaskan dirinya dari belenggu guna ini yang berarti pula bebas dari ikatan hasrat mengejar pahala kerja.
(30) mayi sarvani karmani
samnyasya 'dhyatmachetasa
nirasir nirmamo bhutva
yudhyasva vugatajvarah
artinya :
tunjukkan semua kerjamu kepada-Ku
dengan pikiranmu terpusat pada Atman
bebas dari nafsu keinginan dan ke-aku-an
enyahkan rasa gentar dan, bertempurlah!
Seperti dalam sloka-sloka 22, 23 dan 24. Krisna kini menyatakan dirinya bukan hanya sebagai Rasul atau Nabi, melainkan sebagai penjelmahan daripada Brahman, Jiwa atau Atman sendiri, dan menasehatkan kepada Arjuna supaya menyerahkan dan mendedikasikan jiwanya kepada Atman, yang bersemayam dalam tubuhnya. Dengan jalan penyerahan dan pengabdian serupa ini, Arjuna akan dapat menyadari bahwa dirinya adalah sebagai alat belaka sedangkan pelaksanaannya adalah Atman sendiri. Dalam kondisi demikianlah rasa takut dapat dihapus.
(31) ye me matam idam nityam
anutishhanti manavah
sraddhavanto 'nasuyanto
munhyante te 'pi karmabhih
artinya :
mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku
dengan penuh keyakinan serta
bebas dari tetek bengek kebendaan
juga bebas dari belenggu kerja
(32) ye tv etad abhhyasuyanto
na 'nutishthanti me matam
sarvajnana vimudhams
viddhi nashtan achetasah
artinya :
mereka yang telah mencela ajaran-Ku
bukan hanya tidak mengikutinya
juga tidak berperasaan dan hilang kepercayaan
ketahuilah, mereka buta akan kebajikan
(33) sadrisam cheshtate avasyah
prakriter jnanavan api
nigrahah kim karishyati
artinya :
manalkala orang bijaksana berbuat
menurut sifat0sifat kebijaksanaannya
semua mahkluk menurut sifatnya pula,
apakah yang dapat diselesaikan dengan paksa
memang Krisna mengakui bhwa banyak orang yangtidak mengikuti, malaham mencela, ajarannya. Hal ini dapat dijelaskan sebab-sebabbya yang terletak pada sikap orang masing-masing, baik yang pandai maupun yang bodoh. Pada mereka ini, kekuatan belenggu prakriti yang termanifestasikan dalam sifat guna menjadi sifat mereka sendiri. Maka itu sering orang mengatakan : "Aku tidak dapat melakukan hal ini, sebab tidak sesuai dengan sifat-sifatku". Demikian kuat belenggu prakriti sehingga orang tidak mungkin dipaksa lagi. tEtapi ini bukan berarti bahwa apa yang dinyatakan dalam sloka-sloka II.61 dan II.68 tidak dapat dilakukan. Tenaga dan pikiran manusia harus dapat diarahkan untuk mencapai pengekangan hawa-nafsu sampai pada saat terakhirnyapun (apabila perlu), sebab kemajuan bukan kemunduran dan penyucian bukan penodaan menjadi sifat jiwa yang sesungguhnya.
(34) indriyasye 'ndriyasya 'rthe
raga dveshau vyavasthitau
tayor na vasam agachchet
tau hy asya paripanthinau
artinya :
cinta dan benci pada suatu objek keinginan
terletak pada objek keinginan itu sendiri
janganlah ada yang menyerahkan kepada keduanya
sebab keduanya merupakan penghalang belaka
mendengar sesuatu objek dari pendengaran, demikian pula melihat sesuatu adalah objek dari penglihatn. Orang boleh menyatakan suka atau tidak suka atas objek pendengaran atau penglihatannya, tetapi orang harus mengerti bahwa kesukaan atau ketidak-sukaanya adala timbul dari emosinya. Kalau orang ini menjadi korban dari emosinya, maka rasa senang dan tidak senang (cinta dan benci) menguasai kesadaranya. Dalam kondisi yang demikian, hidupnya tidak bertujuan lagi dan inteleknya hilang, tidak ubahnya seperti binatang biasa. Emosi inilah yang harus ditundukkan.
(35) sreyan svadharmat vigunah
paradharmat svanushthitat
svadharme nidhanam sreyah
paradharmo bhayavahah
artinya :
lebih baik menunaikan kewajiban sendiri walau selesainya tiada sempurna
daripada tugas orang lain walau dengan baik;
daripada dalam kewajiban orang lain
daripada dalam kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.
Dalam sloka ini Krisna ingin menyinggung keinginan Arjuna yang memilih hidup sebagai peminta-minta daripada bertempur dan membunuh sanak-kandangnya (seperti dinyatakan dalam sloka II.5). peminta-minta dalam hubungan ini dimaksudkan bhikshu atau samnyasi, yang dalam tradisi dan agama dimaksudkan orang yang menanggalkan semua hidup keduniawian ini, dan pergi betapa mencari kebenaran abadi. Untuk hidup sederhana sekedarnya sehari-hari, ia pergi meminta-minta.
Hal ini tidaklah disetujui oleh Krisna, sebab svadharma(kewajiban sendiri). Arjuna sebagai ksatria adalah menunaikan tugas dimedan pertempuran, seperti halnya petani svadharmanya adalah mengerjakan sawah ladang, nelayan svadharmanya adalah menangkap iakan, dan seterusnya. Kalau ada orang yang meletakkan tugas kewajibanya sendiri lalu mengerjakan pekerjaan orang lain, masyarakat akan jadi kacau, dan dimata yYang Maha Esa nilai terakhir daripada hasil tugas kewajiban seseorang adalah letak pada semangat pengabdian yang diletakkan pada kerja itu sendiri. Semangat pengabdian yang diletakkan pada suatu kerja membersihkan jiwanya dan mendekatkan kepada ke-bahagian abadi.
(36) arjuna uvacha:
atha kena prayukto 'yam
papam charati purushah
anichchhannapi varshneya
balad iva niyojitah
artinya :
Arjuna bertanya:
Tetapi apakah, oh Warsneja
Yang mendorong orang berbuat dosa
Walau bertentangan dengan nuraninya
Seolah-olah dengan paksa?
(Warsneja + keturunan bangsa Wrisni, yaitu yang dimaksud adalah Krisna). Kini arjuna mulai dengan pertanyaan baru, karena (sebagai halnya sendiri) ia merasa bahwa orang sering merasa terpaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kemauannya (anichcannapi).
(37) sribhagavan uvacha:
kama esha krodha esha
rajoguna samud bhavah
mahasano mahapapma
viddhy enam iha vairinam
artinya :
Sri Bagawan menjawab:
Itulah amarah, itulah nafsu
Lahir daripada sifat guna
Keduanya memusnahkan, penuh dosa
Ketahuilah, kedua ini adalah musuh
Perkataan rajoguna berasal dari kata-kata rajas + guna yang berarti sifat guna yang penuh dengan nafsu (selanjutnya baca sloka II.45, tentang kata-kata rajas dan guna). Mahasano = memusnahkan, mahapapma = penuh dosa. Kama = nafsu. Krodha = amarah. Menurut orang arif bijaksana amarah berasal dari nafsu yang terhalang menjadi = amarah. Dengan perkataan lain nafsu dan amarah adalah sama (sloka II.2a).
(38) dhumena 'vriyate vahnir
yatha 'darso malena cha
yatho 'ibena 'vrito garbhas
tatha tene 'dam avritham
artinya :
bagai api diselubungi asap
bagaikan cermin diliputi debu
bagai bayi dibungkus dalam kandungan
demikian pula Dia diselimuti olehnya
perkataan "Dia" dan "olehnya" dalam kalimat terakhir sloka ini masing-masing dimaksudkan Jiwa atau Atman dan nafsu atau amarah. Demikianlah kalau orang lagi bernafsu atau amarah jiwanya tertutup oleh sifat-sifat guna yaitu sattva, rajas dan tamas, yang tergantung pada tingkatan nafsu dan amarahnya. Makin keras nafsu atau amarahnya, makin kuat pula jiwanya tertutup oleh sifat guna itu.
Apabila nafsu dan amarahnya tiada begitu keras, maka jiwanya diselubungi oleh sifat guna sattva yang diibaratkan seperti api diselubungi asap, kalau ada angin sedikit saja asap dapat diterbangkan dan apipun segera kelihatan. Manakala nafsunya atau amarahnya bertambah keras, maka jiwnya diliputi oleh sifat guna rajas yang diibaratkan seperti cermin diliputi debu, dimana diperlukan usaha untuk mengosok debu itu sehingga cerminnya kelihatan. Tretapi kalau nafsunya atau amarahnya sangat keras, maka jiwanya dibungkus dalam kandungan, dimana dibutuhkan waktu, usaha dan keahlian supaya Jiwa atau Atman harus dibebaskan dari ketiga macam guna ini yang merupakan sifat, atribut dan karekter daripada prakriti atau benda jasmaniah dalam dunia kita ini.
(39) aviritam jnanam etena
jnanino nityavairina
kamarupena kaunteya
dushpurena 'nalena cha
artinya :
tutuplah ilmu pengetahuan, Kuntipura
bagi mereka yang arif bijaksana
oleh hawa nafsu yang tidak puas-puasnya
yang merupakan musuh utama
hawa nafsu utama dari kemanusian. Bagi 100 orang yang bodoh, yang mempunyai pikiran yang sangat sederhana, hawa-nafsu itu tidak demikian rupa mencekammya seperti pada orang yang pandai, yang mempunyai pikiran yang cerdas.
Bagi prang bodoh hawa nafsu itu menyiksanya sesaat saja, orang pandai haewa0nafsu itu menyiksanya lebih kejam lagi, sebab makin berusaha ia memenuhi hawa nafsunya dengan objek keinginannya, makin besar pula berkobarnya hawa-nafsu tersebut, ibarat api yang diberi bahan bakar terus-menerus makin menjela-jela. Maka itu hawa nafsu adalah musuh utama! Manusia yang konstan.
(40) indriyani mano buddhir
asya 'dhishthanam uchyate
etair vimohayaty esha
jnanam avritya dehinam
artinya :
pancaindria, hati dan pikiran
adalah kendaraan baginya
dengan menutup ilmu pengetahunan olehnya
menyebabkan bingungnya jiwa dalam badan
Apabila hawa nafsu telah menaklukan pancaindria, maka selanjutnya ia menaklukan hati dan kemudian menundukkan pikiran (intelek); dan akibatnya adalah kemusnahan (sloka II. 62-63).
(41) tasmat tvam indriyany adau
niyamya bharatarshabha
papmanam prajahi hy enam
jnana vijnana nasanam
artinya :
dari itu, oh Barat yang terbaik
kendalikanlah pancaindriamu pertama
dan basmilah nafsu yang penuh dosa
perusak segala ilmu pengetahuan dan kebajikkan
kata-kata jnana dan vijnana masing-masing berarti : ilmu pengetahuan dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari pengelaman dan perbandingan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam hidup ini.
(42) indriyani parany anhur
indriyebhyah param manah
manasas tu para buddhir
yo buddhch paratas tu sah
artinya :
orang mengatakan pancaindria itu besar
lebih besar daripada adalah nurani
lebih besar dari nurani adalah intelek
tetapi lebih besar dari intelek adalah Dia
Perkatan manah berati : hati, nurani. Perkataan "lebih besar" mengandung pula pengertian "lebih besar" dan "lebih agung".
(43) evam buddheh param buddhva
satstabhya 'tmanam atmaua
jahi satrum mahabaho
kamarupam durasadam
artinya :
jadi mengetahui Dia lebih agung dari intelek
dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa
basmilah musuhmu dalam bentuk hawa nafsu
yang tidak mudah ditundukkan, oh Mahabahu
kesadaran harus ditumbuhkan langkah demi langkah, yang memang tidak bisa lompat sekaligus. Pertama-tama kesadaran ditumbuhkan dari pengertian pada kendali pancaindria, kemudian lebih tinggi pada kontrol nurani dan selanjutnya pada analisa intelek. Secara ethika, manusia harus mengendalikan pancaindrianya terlebih dahulu sebagai sesuatu yang sangat rumit, kemudian mengontrol pikirannya dan akhirnya menyadarkan jiwanya untuk bersatu dengan atman. Secara metaphisika, manusia harus memisahkan jiwanya dari pancaindria, kemudian dari nuraninya dan selanjutnya dari inteleknya, sehingga ia sadar bahwa jiwanya adalah bagian daripada Jiwa atau Atman, yang Maha Langgeng. Demikianlah tingkatan kesadaran yang dinyatakan dalam sloka 42.
Jadi dengan kesadaran yang telah ditingkatkan lebih tinggi, maka ego yang sangat gelisah dalam diri manusia dapat dikendalikan dengan sinar cahaya Jiwa Yang Maha Langgeng. Dan dengan terkendalinya ego ini manusia mencapai kedamaian jiwa yang dengan mudah dapat menundukkan hawa-nafsu dari dirinya sendiri sebagai musuh utama.
Demikian Bab III ini mengeungkapkan penting artinya kerja yang dilaksanakan tanpa mementingkan pahala untuk diri sendiri, melainkan untuk kesejahteran dan kebahagian umat manusia didunia ini, dengan jalan kesadarn jiwa yang menjadi bagian daripada Jiwa Yang Maha langgeng.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
Brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnajunasamvade
Karmayogo nama tritiyo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ketiga Upanishad
Bhagavadgita menegnai ilmu pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab Suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul KARMAYOGA
IV. PERCAKAPAN KEEMPAT
JNANA YOGA
Krisna menjelaskan bahwa ialah yang mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini pertama kalinya, dan ia adalah inkarnasi Avatara (Nabi) yang menjelma kedunia dikala Dharma hendak sirna.
Dalam Bab keempat ini dijelaskan : dengan ilmu pengetahuan arti kerja, kerja yang salah, tak-kerja dan jalan kerja dapat diketahui. Ilmu-pengetahuan suci menuntun kita bekerja tanpa hawa-nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi tanpa mengaharap sesuatu dan puas akan seadanya, rela melepaskan milik segalanya, sadar bahwa hanya badan jasmaniah yang bekerja, bebas dari pertentangan dualisme, menguasai pancaindria, pikiran dan hati terkendalikan.
Banyak cara berbakti : dengan mempersembahkan harta benda dengan tapa brata, dengan yoga dan sebagainya. Tetapi berbakti dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan adalah lebih bermutu, sebab pada keseluruhannya kerja berpusat pada ilmu-pengetahuan
Dengan perahu ilmu-pengetahuan seluas-luas lautan dosa dapat disebrangi.
Dengan pikiran berpusat pada ilmu-pengetahuan, melaksanakan kerja dengan penuh kepercayaan dengan pengabdian pada Brahman, inilah tugas hidup kita.
IV. Percakapan keempat
(1) sribhagavan uvacha:
imam vivasvate yogam
proktanam aham avyayam
vivasvan manave praha
manur ikshvakave 'bravit
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Yoga yang langgeng abadi ini
Aku turunkan mengajarkan kepada Wiwaswan
Wiwaswan mengarkan kepada Manu
Dan Manu menerangkan kepada Iswaku
Wiwaswan adalah personifikasi dari Batara Surya, Dewa Matahari. Ia adalah mahkluk pertama yang diciptakan oleh Brahman, dan ia sendiri mempelajari yoga ini dari Brahman, kemudian Wiwaswan mengajarkan yoga ini kepada Manu, pencipta dan penegak hukum undang-undang kehidupan manusia. Manu kemudian mengejarkan yoga ini kepada Iswaku, nenek moyang pertama dari dinasti bangsa ksatria keturunan Dewa Matahari. Iswaku-lah yang pertama-tama melaksanakan ajaran-ajaran hukum dan undang-undang yang diciptakan oleh Manu, yang disebut Manusmriti dalam pemerintahannya sebagi Raja. Dia pulalah yang meneruskan ajaran-ajaran yoga ini kepada generasi-generasi sesudahnya.
(2) evam paramparapraptam
imam rajarshayo viduh
sa kalene 'ha mahata
yogo nashtah paramtapa
artinya :
demikianlah diteruskan turun-temurun
pada pandita bangsawan mengetahuinya
hingga dalam masa yang sangat panjang
hilang lenyap didunia ini, oh Parantapa
disini Krisna ingin menjelaskan kepada Arjuna (Parantapa = ia yang menaklukan musuh-musuhnya), bahwasanya ilmu pengetahuan tentang yoga ini sungguh sangat tua sekali, yaitu sejak dimulainya penciptaan pertama oleh Brahman, Tuhan Yang Maha Esa. Karena sangat tuanya, dalam perjalanan waktu yang beratus-ratus bahkan beribu-ribu abad lamanya, ilmu pengetahuan yoga ini kerapkali hampir lenyap ditelan masa.
(3) sa eva 'yam maya te 'dya
yogah proktah puratanah
bhakto 'si me skha che 'ti
rahasyam hy etad uttamam
artinya :
yoga yang tua itu pulalah
yang Ku-ajarkan kepadamu kini
sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku
inilah rahasianya yang terutama
dalam kedadaan pudar, bagaikan nyala lilin yang hampir mati dihembuskan angin ajaran-ajaran yoga yang kekal abadi ini, yang hampir lenyap ditelan jaman. Perlu diselamatkan dan diajarkan kembali kepada manusia demi kesejahteraan masyarakat. Demikianlah Brahman menjelma kedunia berulang kali pada saat-saat umat manusia menghadapi kris kemusnahan lahir dan batin, dalam bentuk manusia yang berjiwa seperti Nabi-nabi dan pemimpin-pemimpin agama Mahavira, Gautama Buddha, Krisna dan sebagainya.
Dalam sloka ini Krisna mengungkapkan suatu rahasia yang tertinggi dimana Dia memandang Arjuna sebagai pengikut (bhakta) dan kawan (saktha) Nya. Ini berarti betapa dekatnya hubungan Tuhan dengan manusia yang akan mencapai kesadaran yang tinggi dalam menemukan yang abadi dalam hidup ini.
(4) arjuna uvacha:
aparam bhavato janma
param janma vivasvatah
katham etad vijaniyam
tvam adau proktavan iti
artinya :
Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu baru belakangan kini
Sedang kelahiran wiwaswan adalah dahulu
Bagaimana aku dapat mengerti
Engkau mengajarkannya pada mulanya?
Dalam sloka ini Arjuna bertanya-tanya kepada Krisna dalam istilah pengertian sejarah, betapa mungkin kiranya Krisna yang ada dihadapanya kini pada jaman dahulu sekali dapat mengejarkan yoga yang teramat tua ini kepada wiwaswan. Memang arjuna sendiri belum mengerti, bahwasanya yoga yang kekal-abadi ini tidak mengenal waktu dalam artian sejarah yang digambarkan oleh manusia. Waktu yang dihubungkan dengan sejarah oleh manusia adalah bersifat relatif, sedangkan Brahman Yang Maha absolut Langgeng, yang selalu ada dahulu dan sekarang tidak dibatasi oleh waktu.
(5) sribhagavan uvacha:
bahuni me vyatitani
janmanbi tava cha 'rjuna
tany aham veda sarvani
na tvam vettha paramtapa
artinya :
Sri bagawan berkata:
Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu
Demikian pula kelahiranmu, arjuna
Semuanya ini Aku tahu
Tetapi engkau sendiri tidak, Parantapa
Disini Krisna menerangkan kepada Arjuna tentang reinkarnasi atau numitis atau penjelmahan kembali. Referensi yang dikemukan oleh Krisna disini hendaknya dihubungkan dengan lahirnya kedunia manisfestasi Brahman dalam wujud Avatara, yaitu reikarnasi dari pada-Nya. Kelahiran-Nya dan kelahiran arjuna sendiri sebagai manusia biasa dimasa-masa yang lampau haruslah diartikan bahwasanya Krisna sebagai manisfestasi. Dia Yang Maha langgeng selalu sadar akan kelahiran ini, sedangkan arjuna sendiri tidak.
(6) ajo 'pi sann avyayatma
bhutanam isvaro 'pi san
prakritim svam adhishthaya
sambhavamy atmamayaya
sambhavamy atmamayaya
artinya :
walaupun aku tak terlahirkan, tak termusnahkan
dan aku adalah pencipta mahkluk hidup
segala namun atas pengeasan sifat-Ku sendiri
dan denga kekuatan maya-Ku aku menjelma
perkataan atmayaya berarti : dengan kekuatan mayaku aku menjelma. Maya adalah kekuatan pikiran untuk menciptakan bentuk kelihatannya nyata, tetapi sebenarnya hanya berupa ilusi. Krisna, sebagai penjelmahan Brahman yang menguasai prakriti, dengan sadar lahir kedunia tanpa mengalami proses hukum karma, yaitu dengan kekuatan maya ini.
Tetapi hidup dan pembentukkan jasmani dari mahkluk biasa, seperti halnya Arjuna sendiri, bukanlah atas kehendak sendiri, melainkan oleh prakriti yang dikuasai oleh sifat ketidak-tahuannya. Maka ia menjelma lagi dan menjelma lagi tidak henti-hentinya.
(7) yada-yada hi dharmasya
glanir bhavanti bhatara
abhyutthanam adharmasya
tada 'tmanam srijamy aham
artinya :
manakala dharna hendak sirna
dan adharma hendak merajalela
saat itu, wahai keturunan Batara
aku sendiri turun menjelma
perkataan dharma berarti : kebenaran spiritual, dan adharma berarti : ketidak-benaran atau dosa.
Arjuna juga dipanggil dengan sebutan "batara" atau "keturunan Batara" sebab Batara adalah kakek dari kuru sedangkan kuru adalah nenek-moyang Kaurawa dan Pandawa, seperti telah dijelaskan dalam Bab I (PERCAKAPAN PERTAMA).
(8) paritranaya sadhunam
vinasaya cha dushkritam
dharma samsthapanarthaya
sambhavami yuge-yuge
artinya :
demi untuk melindungi kebajikkan
demi untuk memusnahkan kejaliman
dan demi untuk menegakkan dharma
aku lahir kedunia dari masa-ke-masa
perkataan yuga berarti : abad, jaman atau masa. Krisna sebagai avatara (yaitu penjelmahan Brahman) lahir kedunia pada jaman dimana kebajikkan diteror dan kebenaran diperkosa, yang pada masa peperangan besar Mahabarata berkecamuk yang memusnahkan segala. Demi untuk melindungi kebajikkan dan menegakkan kebenaran bagi umat manusia inilah Krisna lahir kedunia. Satu yuga abad diantara kelahiran seorang avatara yang satu dan avatara yang lain. Tetapi pengertian satu abad disini haruslah diartikan dalam hubungannya dengan sejarah spirituil manusia, dan bukan satu abad yang berarti 100 tahun.
(9) jamna karma cha me divyam
evam yo vetti tattvatah
tyaktva deham punarjanma
nai ;ti mam eti so 'rjuna
artinya :
dia yang mengenal rahasia inti
perbuatan dan kelahiran-Ku yang suci
tak menjelma lagi setelah meninggalkan jasmaninya
dan datang kepada-Ku, oh Arjuna
disini Krisna sebagai seorang avatara menjelaskan misteri jiwa manusia yang telah mencapai kesempurnaan bersatu dengan Brahman. Sebagai seorang avatara Krisna juga memenuhi proses kosmos ini, yaitu hidup bersama-sama dan ditengah-tengah manusia, dengan maksud mendidik dan memberi contoh kepada manusia kehidupan spirituil dan mencapai kelepasan.
(10) vita raga bhaya krodha
manmaya mam upasritah
bahavo jnana mpasa
puta madbhavam agatah
artinya :
terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci
bersatu dan berlindung pada-Ku
dibersihkan oleh budi pekerti
banyak yang telah mencapai diri-Ku
dalam sloka ini dijelaskan bahwa untuk memasuki kehidupan abadi, bersatu dengan Brahman, tiadalah sesuatu yang amat sukar atau paling istimewa, asalkan seseorang dapat membebaskan dirinya dari ketiga musuh dalam hidup ini yaitu hawa nafsu dan amarah (benci). Dan jalan untuk itu adalah jnana tapasa, disiplin dan kesucian budipekerti.
(11) ye yatha mam prapadyante
tams tathai 'va bhajamy aham
mama vartma 'nuvartante
manushyah partha sarvasah
artinya :
jalan manapun ditempuh manusia
kearah-Ku semuanya Ku-terima
dari mana-mana semua mereka
menuju jalan-Ku oh parta
dalam sloka ini Krisna menyatakan bahwa Tuhan menemui tiap orang yang mengharapkan karunia daripada-nya dan menerima mereka yang menempuh jalan-Nya. Dia tidak hendak mengahapus harapan tiap-tiap orang yang tumbuh menurut kodratnya dan tiada berat sebelah. Hanya pada masing-masing orang menurut jalan dan kepercayaannya sendiri untuk mencapai Dia-lah terletak perbedaan, yang bukan merupakan pilihan-Nya.
Jalan upacara, jalan sembhayang, jalan falsafah atau jalan meditasi semuanya Tuhan yang satu. Disini Krisna tidak menyebut cara, jalan atau agama yang tertentu untuk mencapai hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hanya orang yang belum spirituil dewasalah tidak bisa mengakui cara atau jalan orang lain untuk mencapai Dia Yang Satu.
(12) kankshantah karmanam siddhim
yajanta iha devatah
kshipram hi manushe loke
siddhir bhavati karmaja
artinya :
mereka yang mengharapkan buah kerja
disini berbakti kepada para-dewata
sebab didunia manusia hasil kebaktian
segera lahir dari pengorbanan
sloka ini mencoba menjelaskan bahwa dalam dunia manusia kita ini hasil kebaktian dapat segera lahir menjadi kenyatan, tetapi tidak demikian halnya dalam dunia spirituil yang lebih tinggi, untuk mencapai kelepasan.
(13) chatur varnyam maya srishtam
guna karma vibhagasah
tasya kartaram api mam
viddhy akartaram avyayam
artinya :
catur warna adalah ciptaanku
menurut pembagian kwalitas dan kerja
tetapi ketahuilah walau pencitanya
aku tidak berbuat dan merobah diri-Ku
perkataan chatur varna berarti: empat warna atau empat kategori dalam masyarakat manusia, yang didasarkan atas guna dan karma. Adapun yang dimaksudkan dengan dasar guna dan karma ini ialah sifat, atribut dan karakter (kwalitas) dan kerja seseorang anggota masyarakat terhadap pengebdiannya kepada kehidupan spirituil, mencapai kelepasan menuju Brahman. Referensi agama tentang chatur warna ini adalah empat kasta, yaitu : brahmana (pendita dan alim-ulama), kesatria (prajurit dan pahlawan), waisia (pengusaha dan pedegang) dan sudra (pekerja dan pelayan).
Krisna menekankan disini bahwa pembegian kwalitas dan kerja (guna dan karma ) bukanlah didasarkan atas status, melainkan pengabdian dan pengorbanan
(14) na mam karmani limpanti
na me karmaphale spriha
iti mam yo 'bhijanati
karmabhir na sa badhyate
artinya :
kerja tidak membawa akibat kepada-Ku
juga Aku tidak mengharapkan pahala kerja
mereka yang mengetahui Aku begitu
tidak lagi terikat oleh kerja
dalam sloka ini Krisna mencoba menerangkan betapa seseorang walaupun bekerja namun terbebas dari segala ikatan dan akibat kerja itu sendiri, dengan memberi contoh yang agung seperti apa yang telah dikerjakan (perhatikan sloka diatas, IV.13) sendiri oleh-Nya.
(15) evam jnatva kritam karma
purvair api mumukshubhih
kuru karmai 'va tasmat tvam
purvaih purvataram kritam
artinya :
mengetahui ini, orang dijaman dahulu
melaksanakan kerja mencapai kelepasan
karena itu, bekerjalah engkau
seperti mereka dahulu kala itu
orang-orang yang berfikir sederhana melaksanakan kerja untuk membersihkan jiwa sendiri (atmasuddhyartham) dan orang-orang yang arif-bijaksana melaksanakan kerja demi kesejahteraan umat manusia didunia (lokasamgrahartham). Ini dilasanakan oleh orang-orang dijaman dahulu juga mengetahui hal ini. Arjuna diharapkan untuk melaksanakan kerjanya sebagai ksatria.
(16) kim karma kim akarme 'ti
kavayo 'py atra mahitah
tat te karma pravakshyami
yaj jnatva mokshyase 'subhat
artinya :
apakah kerja? Apakah tak kerka?
Para cendikiawan pun bingung pula
Hendak Ku-beritahu, dan setelah mengetahuinya
Engkau akan terbebas daripada dosa
(17) karmano hy api boddhavyam
boddhavyam cha vikarmanah
akarmanas cha boddhavyam
gahana karmano gatih
artinya :
orang harus tahu srtinya kerja
demikianpula kerja yang salah
dan juga makna daripada tak-kerja
sungguhnya dalam artinya jalan kerja
kata-kata karma, vikarma dan karma dalam istilahnya sendiri berarti : kerja, kerja yang salah dan tak kerja.
Untuk menjelaskan lebih jauh akan arti kerja ini, dengan sangat hati-hati Krisna menerangkan bahwasanyaada tiga macam kerja yang klasifikasinya seperti berikut : (a) kerja (karma) yang lazim dilaksanakan tanpa mengharapkan buahnya, tiadalah mengikat; tetapi kalau kerja ini disertai dengan kepentingan-kepentingan pribadi, maka ia akan mengikat. (b) kerja yang salah (vikarma), termasuk kejahatan, pembunuhan, berbohong, jinah dan sebaginya, yang pada dasarnya memang mempunyai maksud-maksud tertentu, pasti mengikat. (c) tak kerja (akarma) vyang dilaksanakan baik jasmaniah maupun rokhaniah, tanpa keinginan atau motif apapun, tidak mengikat sama sekali. Ketiga macam kerja ini harus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh.
(18) karmany akarma yah pasyed
akarmani cha karma yah
sa buddhiman manushyeshu
sa yuktah krisnakarmakrit
artinya :
dia yang melihat tak kerja
dalam kerja dan kerja dalam tak-kerja
diantara manusia adalah bijaksana,
seorang yogi, walau dia terus bekerja
kerja (karma) walaupun dilaksanakan secara aktif oleh orang arif-bijaksana, tetapi karena tanpa kepentingan pribadi, maka ini adalah sama dengan tak-kerja (akarma). Tak-kerja (akarma) oleh orang yang bodoh diartikan tidak berbuat apa-apa, non aktif jadi akibatnya adalah malas; bermalas-malas dalam hidup ini,sama artinya dengan kerja (karma) yang disertai dengan motif-motif kepentingan pribadi, sebab kedua-duanya mengikat yang berarti tidak membersihkan jiwa untuk tujuan spiritual. Seseoarng yogi (budiman arif-bijaksana) mengetahui semua ini, dan walaupun ia bekerja terus, namun tidak ada sesuatu yang mengikat. Ia telah membersihkan jiwanya dari segala ikatan.
(19) yasya sarve samarambhah
kama samkalpa varjitah
jnanagni dagdha karmanam
tam ahuh panditam budhah
artinya :
yang bekerja tanpa nafsu dan motif
kerjanya dibakar api ilmu-pengetahuan
dinamakan orang-orang arif
sebagai seorang pendita budiman
perkataan pandita berarti : orang yang mencapai kebesaran jiwa. Kalimat "karyanya di bakar api ilmu pengetahuan" artinya segala pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan. Ia terbebas dari ikatan keduniawian menuju kelepasan
(20) tyaktva karma phala sangam
nityatripto nirasrayah
karmany abhipravritto 'pi
nai 'va kimchit karoti sah
artinya :
tanpa mengharapkan hasil kerja
selalu gembira, bebas dari segala
walaupun terus tekun bekerja
sesungguhnya ia tidak berbuat apa-apa
(21) niratsir yatachittatma
tyakta sarva parigrahah
sariram kevalam karma
kurvan na 'pnoti kilbisham
artinya :
tanpa mengaharpkan sesuatu apa
dengan pikiran dan hati terkendalikan
dan rela melepaskan milik segalanya
hanya jasmaniah bekerja, dia tidak berdosa
dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwasanya seseorang yang telah membebaskan jiwanya dari belenggu, bekerja hanya secara jasmaniah, ibarat orang tidur yang bergerak hanyalah badannya sedangkan jiwanya tidak berbuat apa-apa.
Dalam tingkatan ini orang telah mencapai kebajikan, terlepas dari hawa-nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Jiwanya lalu ibarat cermin yang membayangkan hasrat kesucian mempunyai kekuatan spirituil untuk mencapai Brahman.
(22) yadrichchha labha samtushto
dvandvatito vimatsarah
samahdiddhav asiddhau cha
kritva 'pi na nibadhyate
artinya :
puas akan apa-apa diperoleh seadanya
terbebas dari dualisme pertentangan
tanpa irihati, tenang dalam sukses dan kegagalan
walaupun ia bekerja, ia tidak terikat
baik dan buruk panas dan dingin, spritual dan duniawi dan sebagainya adalah dualisme yangs elalu bertentangan. Orang yang telah membebaskan jiwanya dari dualisme yang bertentangan tersebut diatas, tiada lagi terikat oleh kerja yang ia laksanakan.
(23) gatasangasya muktasya
jnanavasthita chetasah
yajnaya 'charatah karma
samagram praviliyate
artinya :
yang bebas, terlepas dari ikatan
pikiran terpusat pada ilmu pengetahuam
melaksanakan kerja demi pengabdian
segala kerjanya menuju kelepasan
sloka-sloka 19 sampai dengan sloka23 ini menguraikan kerja yang terlepas dari segala ikatan. Dalam sloka III.9 dikatakan bahwa kerja yang diperuntukkan bagi kepentingan berbakti tiada mengikat. Dan dalam sloka diatas ini Krisna menjelaskan bahwa kerja (karma0 yang mestinya membawa pahalapun kalau dilaksanakan dengan penuh pengabdian akan tidak lagi megikat, sebab kerja + pelaksana +hasilnya semua ditunjukan kepada Brahman.
(24) brahma 'rpanam brahma havir
brahmagnau brahmana hutam
brahmai 'va tena gantavyam
brahma karma samadhina
artinya :
dipujanya Brahman, persembahannya Brahman
oleh Brahman dipersembahkan dalam api Brahman
dengan memusatkan meditasinya kepada Brahman
dalam kerja ia mencapai Brahman
bila seseorang telah memusatkan segala sesuatunya dalam hidupnya kepada Brahman. Tuhan Yang Maha Esa, maka alat dan tujuan kerjanya, demikian pula sebab dan akibat kerjanya. Menjadi satu dan hukum kerja lenyap tidak terbekas lagi, dan ia mencapai Brahman.
(25) daivam eva 'pare yajnam
yoginah paryupasate
bbrahmagnav rahmanav apare yajnam
yajnenai 'vo 'pajuhvati
artinya :
beberapa yogi memuja Dewata
yang lain mempersembahkan sajian
dengan jalan membaktikan pemujaan
ini kedalam api Brahman
sloka ini menyatakan bahwasanya bagi orang yang belum mencapai kesadran yang tinggi adalah wajar kalau ia memuja Tuhan dengan mempersembahkan saji-sajian dalam upacara keagamaan. Tidaklah kiranya wajar dan adil kalau sekiranya ia disuruh berbuat lain daripada kemampuan materiil dan spirituil yang ada pada jiwanya. Namun satu hal yang nyata, bahwa apa yang ia kerjakan adalah untuk berbakti kepada Tuhan.
(26) srotradini 'ndriyany anye
samyamagnishu juhvati
sabdadin vishayan anya
indriyagnishu juhvati
artinya :
ada yang mengorbankan penglihatan
dan panindria lainya dalam api-disiplin
yang lain mengorbankan objek suara
dan objek lainya dalam api-nafsu keinginan
disini pengorbanan pancaindria (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan penyentuhan) dimaksudkan membatasi dan mengontrol alat-alat pancaindria (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit)untuk tidak leluasa mencari kenikmatan. Demikian pula mengorbankan objek-objek (suara yang merdu, pemandangan yang indah, bau yang harum, makanan yang lezat dan benda-benda yang mahal dan halus) dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari segala hawa-nafsu dan keinginan akan objek atau benda serba duniawi, mewah dan mahal. Semua ini dapat dilaksanakan dengan api-disiplin, yaitu dengan disiplin yang teguh dan menyala-nyala sehingga membakar segala nafsu dan keinginan sanpai musnah.
(27) sarvani 'ndriya karmani
prana karmani cha 'pare
atma samyama yogagnau
juhvati jnanadipite
artinya :
yang lain lagi mengorbankan semua kerja
pancaindria dan kekuatan sakti yoginya
kedalam api disiplin jiwanya
yang dinyalakan oleh ilmu-pengetahuan
ini adalah selangkah lebih mendalam daripada yang dinyatakan dalam sloka 26 diatas, yaitu tenggelam dalam renungan meditasi yang berpusat pada Brahman.
(28) dravyayajnas tapoyajna
yogayajnas tatha 'pare
svadhyaya jnanayajnas cha
yatayah samsitavratah
artinya :
ada yang mempersembahkan harta, ada tapa
ada yoga, dan yang lain pula
pikiran terpusat dan sumpah berat
mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi
dalam sloka ini diuraikan lima macam cara berbakti kepada Brahman, yaitu dengan jalan (1) persembahan rituil dengan benda-benda seperti saji-sajian, (2) bertapa, (3) yoga seperti yang diajarkan oleh Petanyali dalam yogasutra, (4) stude seperti diuraikan dalam Upanisahad dan (5) pendidikan budi.
(29) apane juhvati pranam
prane 'panam tatha 'pare
pranapanagati ruddhva
pranayama parayanah
artinya :
ada pula mengatur nafas sebagai persembahan
dengan jalan mengontrol nafas keluar dan masuk
mempersembahkan prana dalam apana
dan apana dalam prana sebagai kebaktian
perkataan pnanayama berarti : pengetur atau kontrol pernafasan Prana = nafas masuk. Dalam hubungan pranayama terdapat suatu ajaran yang disebut hathayoga, dimana segala sesuatu mengenai arti dan pelaksanaan pengaturan pernafasan ini diuraikan dengan jalan
(30) apare niyata harah
pranan praneshu juhvati
sarve 'py ete yajnavido
yajna kshapita kalmashah
artinya :
ada juga dengan mengatur makanan
mempersembahan nafas-hidup dalam nafas hidup
semua mereka ini mengetahui pengabdian
dan dengan kebaktian mereka melenyapkan dosa-hidup
mereka yang mengetahui pengabdian san persembahan kepada Brahman dengan cara yang dilukiskan dalam sloka-sloka 25-30 ini, yang manapun, akan melenyapkan dosa mereka dan dapat mencapai kedamaian.
(31) yajna sistamrita bhujo
yanti brahma sanatanam
na 'yam loko 'sty ayajnasya
kuto 'nyah kurusattama
artinya :
mereka yang makan dari sisa persembahan
mencapai Brahman yang kekal-abadi,
dunia ini bukan bagi yang tidak berbakti
apapula dunia yang lain, oh Kurusattama
kurusuttama = Arjuna sendiri, lihat penjelasan sloka 1.1 yang dimaksudkan dengan makanan sisa persembahan atau amrita adalah saji-sajian yang telah dipersembahkan kepada Brahman yang mengandung berkah keabadian daripada-Nya (lihat sloka III.13). krisna menjelaskan dalam sloka ini membawa undang-undang pada dirinya sendiri yang menyatakan hidup adalah pengorbanan (kebaktian) dan barang siapa yang tidak menyadari ini, tidak akan menemui kebahagian dalam dunia ini maupun dunia lain.
(32) evam bahuvidha yajna
vitata brahmano mukthe
karmajan viddhi tan sarvan
evam jnatva vimokshyase
artinya :
banyak dan beraneka warna persembahan
bakti dihaturkan kepada Brahman
semuanya ini berasal dari kerja
mengetahui ini, engkau 'kan moksha
perkataan moksha berarti emansipasi jiwa atau kelepasan, kerja sloka ini adalah kerja yang meliputi mental, jasmaniah dan spirituil.
(33) srayan dravyamayad yajnaj
jnanayajnah paramtapa
sarvam karma 'khilam partha
jnane perimsamapyate
artinya :
persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa
lebih bermutu daripada persembahan materi
dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu-pengetahuan, Oh Parta
parartapa = Parta = Arjuna. Maksud tujuan ilmu pengetahuan didunia ini adalah untuk mencapai kebebasan dan kelepasan jiwa dari ikatan kerja (karma).
(34) tad viddhi pranipatena
paripprasnena sevaya
upadekshyanti te jnanam
jnaninas tattvadarsinah
artinya :
belajarlah dengan wujud displin,
dengan bertanya dan dengan kerja berbakti,
guru budiman yang melihat kebenaran
akan mengajarkan padamu ilmu budi-pekerti
tiga cara yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk belajar mencapai kebenaran abadi, yaitu pranipatena (hormat, sujud dan disiplin kepada guru yang memberi pendidikan), pariprasena (bertanya, mencari dan memikirkan sendiri ilmu-pengetahuan yang diberikan kepadanya) dan sevaya (berbakti, melayani dan setia dengan tulus iklas kepada guru). Ketida cara ini harus dituntun oleh seorang guru yang telah melihat Brahman dalam dirinya.
(35) yaj jnatva na punar moham
evam yasyasi paandava
yena bhutany aseshena
drakshyasy atmany atho mayi
artinya :
setelah mengetahui segala ini
engkau tidak lagi kebingungan pandawa
dengan demikian melihat, tanpa kecuali
segala mahkluk dalam Atman, dalam diri-Ku
(36) api ched asi papebhyah
sarvebhyah papakrittamah
sarvam jnanaplavenai 'va
vrijinam samtarishyasi
artinya :
walau seandainya engkau paling berdosa
diantara manusia yang memikul dosa
dengan perahu ilmu-pengetahuan ini
lautan dosa engkau akan seberangi
ilmu-pengetahuan (yang juga sama artinya dengan ilmu budi pekerti) melenyapkan segala keraguan dan kebingungan, serta mengahpus segala dosa dan melepaskan segala ikatam jasmaniah.
Pandawa = Arjuna
(37) yathai 'dhamsi samiddho 'gnir
bhasmasat kurute 'rjuna
jnanaghih sarvakarmani
bhasmasat kurute tatha
artinya :
bagaikan api menyala, oh Arjuna
membakar kayu api menjadi abu
api-ilmu pengetahuan demikian pula
membakar segala karma menjadi abu
karma = kerja. Api ilmu-pengetahuan membakar karma atau kerja, mengehapus dualisme (buruk dan baik, panas dan dingin dan sebagainya), mengantar jiwa kealam kebebasan abadi.
(38) na hi jnanena sadrisam
pavitram iha vidyate
tat svayam yogasamsiddhah
kalena 'tmani vindati
artinya :
tidak ada sesuatu dalam dunia ini
dapat menyamai ilmu-pengetahuan
mereka yang disempurnakan dalam yogi
menemuinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya
pada umumnya yoga diartikan orang sebagai praktek disiplin yang spiritual, yang kesempurnaanya membutuhkan waktu lama, tetapi sesungguhnya yoga, bila dimengerti sewajarnya, melingkupi teori kesucian ilmu pengetahuan dan praktek disiplin yang spiritual. Orang yang melaksanakan yoga dengan disiplin tetapi tanpa kesucian ilmu-pengetahuan, usahanya adalah sia-sia, demikian pula sebaliknya, orang yang memiliki teori kesucian ilmu-pengetahuan tanpa praktek disiplin yang spiritual tidak mungkin menjadi yogi, oranmg yang mencapai kelepasan.
(39) sraddhavaml labhate jnanam
tatparah samyatendriyah
jnanam labdhva param satim
achirena 'dhigachchati
artinya :
ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai
pancaindrianya, mencapai ilmu-pengetahuan
setelah memiliki ilmu-pengetahuan
dengan segera ia menemui kedamaian abadi
perkataan sraddha berarti : kepercayaan, keyakinan. Sesungguhnya perkatan sraddha walaupun berarti kepercayaan, namun bukanlah kepercayaan yang membabi-buta. Perkataan sraddha (kepercayaan) harus diikuti dengan perkataan samyatedriyah (penguasaan atas pancaindria, hawa-nafsu) untuk mencapai param santim (kedamaian abadi, tertinggi)
(40) ajnas cha 'sraddadhanas cha
samsayatma vinasyati
na 'yam loko 'sti na paro
na sukham samsayatmanah
artinya :
tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya
dan bersifat ragu, akan hancur sirna
bagi yang ragu-diri, baginya tiada bahagia
bagi dunia ini, pun dunia sana
dalam kehidupan sehari-hari nyatanya banyak orang yang bimbang dan ragu-ragu, tetapi mereka tidak apa-apa tidak hancur ataupun sirna. Adapun yang dimaksudkan dalam sloka ini, yang hancur adalah kehidupan spirituilnya, sebagai sebaliknya, basis positif dalam hidup ini adalah memiliki kepercayaan atau keyakinan.
(41) yoga samnyasta karmanam
jnana samcchinna samsayam
atmavanism na karmani
nibadhnanti dhanamjaya
artinya :
ia yang bebas menurut ajaran yoga, Dananjaya,
yang mengikis keraguannya dengan ilmu pengetahuan
yang telah menguasai jiwanya sendiri,
hukum kerja tidak membelenggunya lagi
sloka ini memberi kesimpulan apa yang diuraikan Krisna kepada Arjuna dalam Bab IV, yaitu hubungan timbal balik antara kerja yang benar, ilmu-pengetahuan yang suci dan disiplin jiwa yang teguh.
(42) tasmad ajnana samnhutan
hritstham jnanasina 'tmanah
chhittvai 'nam samsayam yogam
atishtho 'ttishtha bhaarata
artinya :
sebab itu, setelah memotong keraguan
dalam hatinya karena ketidak-tahuan
dengan pedangnya ilmu pengetahuan
berpegang pada yoga, bangkitlah! Oh Barata
bara = Arjuna. Dengan kerja yang benar, ilmu-pengetahuna yang suci dan disiplin jiwa yang teguh, serta terhapusnya keraguan dalam hati, Arjuna diharapkan bangkit, bertindak!
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
Brahmavidyayam yogasastre
Srikrishnarjunasamvade
Jnanayogo nama chaturtho 'dhyayah
Maka berakhirlah bab keempat Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu-pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antara Sri krisna dan Arjuna
Yang berjudul JNANAYOGA.
V. PERCAKAPAN KELIMA
KARMA SAMNYASA YOGA
Arjuna bertanya, yang manakah lebih baik membebaskan diri dari kerja atau bekerja tanpa kepentingan pribadi?. Dalam bab keenam ini Krisna menjawab bahwa kedua-duanya sama, tetapi kerja tanpa kepentingan pribadi lebih baik.
Samnyasi (membebaskan diri dari kerja) maupun Yogi (bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama. Samyasi walaupun membebaskan diri dari kerja, namun apa yang diperbuatnya sehari-hari adalah motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Secara mental ia meninggalkan kerja.
Ia bekerja tanpa pengeruh ikatan kerja, sebab sadar bahwa kenikmatan berasal dari hubungan duniawi dan hanya merupakn sumber penderitaan belaka.
Ia memandang semuanya sama, rendah maupun tinggi, tidak bergirang karena senang dan tidak bersedih karena duka dan berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa, hanya pancaindria yang bergerak diantara objek-objek benda''
Ia memutuskan hubungan dengan objek duniawi, memikirkan dan menyerahkan seluruh jiwanya kepada Brahman, bermeditasi mengahpuskan dosa mencapai kedamaian abadi.
Dialah Samnyasi
V. Percakapan Kelima
(1) arjuna uvacha:
samnyasam karmanam krishna
punar yogam cha samsasi
yach chhreya etayor ekam
tan me bruhi sunischitam
artinya :
arjuna bertanya:
Engkau memuji pembebasan diri dari kerja
Kemudian kerja tanpa kepentingan pribadi
Oh Krisna, katakanlah padaku dengan pasti
Manakah yang lebih baik diantara keduanya?
Dalam Bab V ini, Arjuna mempersoalkand ua istilah yang sulit, yaitu samnyasa dan yoga (dalam hubungan pertanyaan diatas ini, yang dimaksudkan yog adalah karmayoga). Perkataan samnyasa berarti : pembebasan diri dari kerja dan perkataan karmayoga berarti kerja tanpa kepentingan pribadi. Kedua istilah ini dalam pengertiannya masing-masing masih membingungkan Arjuna;karena itu ia bertanya kepada Gurunya.
Dalam bab III.17 dijelaskan bahwa yang bersatu dengan Atman hidup bahagia dan tidak dibelenggu oleh ikatan kerja. Dalam Bab IV. 18, 19, 21, 22, 24, 32, 33, 37 dan 41. Krisna mengutarakan makna daripada pembebasan diri dari segala kerja. Tetapi kemudian dalam sloka IV.42. Krisna meminta agar Arjuna berpegang pada yoga yaitu kerja.
Bagi orang sederhana, yang diliputi oleh ketidaktahuan selalu, kerja (karmayoga) sudah pasti lebih baik daripada pembebasan diri dari kerja (samyasa). Yang menjadi pertanyaan arjuna disini adalah bagi orang yang tidak tergolong sederhana tetapi belum menemui Atman dalam jiwanya sendiri, manakah yang lenih baik sebab kedua-duanya mengandung kontradiksi atau sama lai?
(2) sribhagavan uvacha:L
samnyasah karmayogas cha
nihsreyasakarav ubhau
tayos tu karmasamnyasat
atinya ;
Sri Bagawan menjawab:
Membebaskan diri dari kerja
Dan bekerja tanpa kepentingan pribadi,
Keduanya membawa kebahagian tertinggi
Tetapi diantara kedua-duanya ini,
Kerja tanpa kepentingan pribadi
Lebih baik dari bebas-diri dari kerja
Dalam sloka ini mula-mula Krisna menjelaskan bahwa samnyasa (pembebasan diri dari kerja) dan karmayoga (kerja tanpa kepentingan pribadi) adalah sama bila dilihat dari segi tujuan terakhir daripada emansipasi spirituil manusai. Tetapi kalau ditinjau dari segi cara (jalan) dan pelaksanannya, maka samnyasa dan karmayoga adalah bebeda, walaupun kedua-duanya tidak bertentangan.
Kalau samnyasa menekankan ilmu pengetahuan tentang Atman sebagai alat untuk mencapai kedamainan abadi dan bersatu dengan Brahman, maka karmayoga menitik beratkan keamanan dan usaha keras sebagai alat untuk mencapai-Nya. Tetapi disini, yang langsung dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari adalah karmayoga kerja tanpa motif kepentingan untuk diri sendiri.
(3) jneyah sa nityasamnyasi
yo na dveshti na kankshati
nirdvandvo hi mahabaho
sukham badhat pramuchyate
artinya :
dia yang disebut samnyasa selalu
tidak membenci dan tidak bernafsu
bebas dari dualisme pertentangan oh Mahabahu
dengan mudah (ia) terlepas dari belenggu
mahabahu = Arjuna. Orang yang melaksanakan samnyasa disebut samyasi dan orang yang melaksanakan yoga disebut yogi.
(4) samkhyayogau printhag balah
pravadanti na panditah
ekam apy astihitah samyag
ubhayor vindante phalam
artinya ;
hanya kanak-kanak berkata bahwa karmayoga
berbeda dengan samkhya, bukan orang arif-bijaksana
dia yang melaksankan salah satu daripadanya
memetik pahala dari kedua-duanya
(5) yat samkhyaih prapyate sthanam
tad yogair api gamyate
ekam samkhyam cha yogam cha
yah pasyati sa pasyati
artinya :
tempat yang tercapai oleh seorang samnyasa
juga tercapai oleh serang yogi
dia yang melihat, melihat samkhya
dan yoga sebagai satu kesatuan
perkataan balah berarti : kanak-kanak. Tetapi disini perkataan tersebut dimaksudkan juga orang-orang dungu, yang jalan pikirannya seperti kanak-kanak. Perkataan sthanam berarti : tempat atau status.
Sloka 4 dan 5 ini hendaknya dihubungkan dengan sloka II.39, dimana Krisna telah menyinggung prihal karmayoga dalam hubungannya dengan sakhya dan juga sloka III. 3 dan 4. Seperti dalam sloka 1 dan 2 dalam bab V ini dengan samnyasa juga dimaksudkan samkhya, atau dengan perkataan lain :
Samnyasa = samkhya
Dalam sloka diatas ini jelaslah bahwa baik seorang samnyasi (yang membebaskan diri dari kerja) maupun seorang yogi (yang bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama, tidak ada kontradiksi, yaitu kedamaian abadi. Seorang samnyasa yang betul walaupun telah membebaskan diri dari segala kerja, namun apa yang ia perbuat sehari-harinya adalah kerja tanpa motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian pula seorang yogi walaupun bekerja tanpa motif kepentingan pribadi, namun apa yang ia perbuat sehari-harinyaadalah kerja yang membebaskan dirinya dari ikatan kerja. Jadi kedua-duanya adalah menuju satu kesatuan; dan sesungguhnya keduanya adalah merupakan sikap mental.
(6) samnyasas tu mahabaho
dunkham aptum ayogatah
yogayukkto munir brahma
nachirena 'dhigachchati
artinya :
tetapi samnyasa tanpa yoga
sungguh sukar dicapai, oh Mahabahu
seorang mini dilengapi dengan yoga
mencapai Brahman dengan segera
perkataan muni berarti : orang yang bersamadi, teguh iman (lihat sloka II. 56)
samnyasa (pembebasan diri dari kerja) adalah suatu bentuk yang sangat sukar untuk dicapai, sebab jalan untuk mencapainya penuh dengan penolakkan kesenangan, kewajiban yang berat, larangan yang keras, tabu bagi berbagai hal, pantang dengan berbagai tindakkan dan sebagainya. Pendeknya penug dengan kedukaan (duhkham aptum) dan kesukaran. Oleh karena itu, seperti telah diuraikan dalam sloka 2 bab V ini, yoga (kerja tanpa kepentingan pribadi) adalah lebih baik, sebab lebih mudah jalan untuk mencapainya.
Bukanya samnyaasa yang didasarkan ilmu-pengetahuan tentang atman tidak lebih tinggi daripada yoga yang didasarkan atas kemauan dan usaha yang keras, melainkan karena yoga ini lebih mudah dicapai oleh mereka yang baru mulai, dan pada waktunya dapat meningkatkan diri mereka pada jalan yang lebih tinggi dengan pikiran dan jiwa yang telah disucikan. Maka itulah Krisna menganjurkan agar samnyasa disertai dengan yoga atau seorang muni dilengkapi dirinya dengan yoga.
(7) yoga yukto visuddhatma
vijitatma jitendriyah
sarva bhutatma bhutatma
kurvann api na lipyate
artinya :
dia yang melaksanakan yoga, berjiwa suci
menguasai diri, menaklukan pancaindria
atmanya adalah atman mahkluk semua
walaupun bekerja, tidak terpengaruh ikatan kerja
perkataan sisaddha berarti jiwa yang bersih (suci), vijiatma berarti dia yang menguasai jiwanya dan jitendriyah berarti dia yang telah menaklukan pancaindrianya. Disini kelihatannya dengan nyata betapa perkembangan dan kemajuan spirituil seseorang yang melaksanakan yoga. Secara mental ia menjatuhkan jiwanya dengan jiwa mahkluk semua lainnya, yang menyebabkan segala kegiatan sehari-hari tidak lagi diikat oleh pahala kerja (karma).
(8) nai 'va kimchit karomi 'ti
yukto manyeta tattvavit
pasyan srinvan sprisan jighrann
asnan gachchhan svapan svasan
artinya :
seorang yogi yang mengetahui inti kebenaran
berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa"
walaupun sedang melihat, mendengar,
meraba, mencium, makan, pergi, tidur, bernafas
(9) pralapan visrijan grihnann
unmishan nimishann api
indriyani 'ndriyartheshu
vartanta iti dharayan
artinya :
takkala berbicara, melepaskan, mengenggam
membuka dan memejam mata
ia beranggapan : "hanya pancaindria belaka bergerak diantara objek benda
benda"
hanya orang yang benar-benar mengetahui inti kebenaran dapat memisahkan jiwanya yang bersih (suci) dan bebas daripada prakriti (objek benda-benda duniawi). Ia mengerti benar bahwa komponen-komponen ego pada diri seseorang tidaklah permanen, yang merupakan arus yang berobah-obah setiap saat, yang bergerak diantara objek benda-benda duniawi.
Adalah berbahaya kalau orang memberi interprestasi bahwa kedua sloka ini mempunyaiarti "bukan aku yang melaksankannya, melainkan pancaindriaku" dan lalu membiarkan hawanafsunya, seakan-akan ia tidak bertanggung jawab terhadap pancaindrianya sendiri, yang sebenarnya harus dikontrolnya.
(10) brahmany adhaya karmani
sangam tyaktva karoti yah
lipyate na sa papena
padmapattram iva 'mbhasa
artinya :
dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya
kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa
tidak terjamah oleh dosa-papa
bagaikan air meluncur didaun teratai
seperti telah dinyatakan sloka 2, Krisna mengehendaki agar Arjuna bekerja dan bertindak dengan jalan menuju segala kerja dan tindakkannya kepada Brahman Yang Maha Esa. Daun teratai tidak dibasahi air walaupun kena hujan, demikian pula orang walaupun bekerja sehari-hari sebagaimana mestinya, sebab perbuatannya tidak lagi mengahsilkan karma.
(11) kayeta manasa buddhya
kevalaair indriyair api
yoginah karma kurvanti
sangam tyaktva 'tmasuddhaye
artinya :
para yogi menanggalkan keinginan
hanya bekerja mempergunakan badan
pikiran, budi dan bahkan pancaindria
demi untuk mencucikan jiwa
(12) yaktah karmaphalam tyaktva
sdantim apnoti naishthikim
ayuktah kamakarena
phale sakto nibhadyate
artinya :
seorang yogi yang menanggalkan pahala
akhirnya akan mencapai kedamaian abadi
tetapi yang tidak bersatu dengan Atman
diperbudak oleh nafsu dan belenggu kerja
kedamaian abadi adalah merupakan tingkatan kesempurnaan yang dicapai dengan jalan berangsur-angsur, yang mula-mula tumbuh dari pertama kebersihan hati, kedua mencapai ilmu-pengetahuan, ketiga melepaskan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginan pribadi dan keempat keseimbangan jiwa dalam melaksanakan bakti.
(13) sarvakarmani manasa
samnyasya 'ste sukham vasi
navadvare pure dehi
nai 'va kurvan na karayan
artinya :
setelah secara mental menanggalkan segala kerja
jiwa, penghuni jasmani ini, menguasai dirinya
bertakhta dengan damai dikota sembilan gapura
tiada bekerja, pun tidak menyebabkan kerja
dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwa jiwa yang ada didalam diri manusia diibaratkan sebagai seorang raja yang bertakhta dalam kota yang mempunyai pintu gerbang sembilan buah. Sembilan pintu gerbang tersebut adalah : dua biji mata, dua lobang hidung, dua lobang kuping, satu lobang mulut, satu lobang pantat dan satu lobang kemaluan.
Setelah jiwa itu menanggalkan segala kerja, maka ia berthakta dalam diri manusia, dengan damai dan bahagia menguasai dirinya. Ini berarti ia tidak lagi bekerja atau menyuruh orang lain bekerja, dan hubungan dengan dunia luar melalui kesembilan pintu gerbang tersebut diatas tidak ada lagi, Atau perkataan lain, ia telah mengontrol pancaindrianya dan objek benda-benda duniawi tidak lagi mempunyai hubungan apa-apa dengan dia.
Perkataan sarvakarmani berarti : segala kerja atau semua tindakkan. Dalam hubungan ini, kerja manusia dapat dibagi menjadi empat : yang diharuskan = Atya, yang mnenjadi kebiasaan atau tradisi = naittika, yang mempunyai maksud tujuan = kamya dan yang dilarang = nishiddha. Keempat macam kerja ini, bagi orang yang telah mencapai kedamaian abadi tidak mempunyai pengaruh apa-apa lagi.
(14) na kartritvam na karmani
lokasya srijati prabhu
na karmaphalasamyogam
svabhavas tu pravartate
artinya :
Yang Maha Kuasa tidak menciptakan alat apa-apa
Juga tiada berbuat untuk dunia manusia
Dan tidak menghubungkan kerja dengan pahalanya
Ini sebenarnya manisfestasi alam benda
Perkataan prabhuh berarti : Yang Maha Kuasa
(15) jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham adityavaj jnanam
prakasayati tat param
artinya :
Brahman Seru-Sekalian-Alam tiada menerima
Baik dosa maupun kebajikan seseorang manusia
Budipekerti yang diselubungi ketidak-tahuan
'lah menyebabkan mahkluk tersesat dijalan
perkataan vibbhuh berarti : Brahman Seru-sekalian Alam
(16) jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham adityavaj jnanam
prakasayati tat param
artinya :
tetapi mereka yang ketidak-tahuannya
dilenyapkan oleh pengetahuan tantang Atman
pengetahuan itu bercahay bagaikan matahari
memperlihatkan Yang Maha Tinggi
perkataan tatparam berarti : kebenaran, Yang Maha tinggi.
Didalam ketiga sloka diatas ini konsep tentang Tuhan dijelaskan oleh krisna sebagai Yang Maha Kuasa, Brahman Seru-Sekalian-Alam, Atman, Yang Maha tinggi (kebenaran). Dalam sloka 14 Tuhan dikatakan Yang Maha Kuasa, namun ia tidak menciptakan alam dan membantu manusia untuk memisahkan dirinya dari hukum karma yang merukan manisfestasikan alam-benda prakriti. Selama jiwa manusia masih terbelenggu oleh ketidak-tahuan (ajnanena), selama itu ia akan menjalani hukum karma, memetik buah perbuatan apa saja ia lakukan dalam hidupnya, dan selama itu pula ia tidak mempunyai hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
Dalam sloka 15 Tuhan dikatakan Brahman Seru-Sekalian-Alam. Ia meliputi seluruh alam semesta yang paling tinggi, paling luas dan paling dalam. Maka itu ia dikatakan lebih kecil daripada atom, tetapi lebih besar daripada bumi + bulan + bintang + matahari sekaliannya. Oleh karena ia meliputi segalanya, maka ia tidak menerima orang yang berbuat dosa, sebab kedua-duanya (dan sesungguhnya semuanya dan segala sesuatunya) ada pada-Nya, dan diliputi oleh-Nya. Adalah menjadi kewajiban manusia sendiri untuk berusaha mengahspuskan ketidaktahuanya, melepaskan egonya yang dibelenggu hukum-karmadan bersatu dengan BrahmanSeru-Sekalian-Alam, yang meliputi segala-galanya. Dalam sloka 16 Tuhan dikatakan kebenaran, Yang Maha Tinggi. Secara psikologis status atau tempat yang ketinggian adalah lebih baik dan lebih sempurna. Maka itu kebenaran yamg paling sempurna tempatnya adalah paling tinggi. Orang yang ingin bersatu dengan Atman harus mencapai tempat Yang Maha Tinggi itu, dengan jalan menghapus belenggu karmanya.
Inilah konsep Tuhan yang diutarakan dalam seluruh dialog Krisna dengan Arjuna dalam Bhagavadgita ini.
(17) tadbuddhayas tadatmanas
tanishthas tatparayanah
gachchanty apunaravrittim
jnana nirdhuta kalmashah
artinya :
mereka yang memikirkan-Nya menyerahkan jiwa
seluruh kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama
memuja harus pada-Nya, akan pergi tidak kembali
dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan budi-pekerti
perkataan apanuravritti berarti : suatu keadaan tidak kembali lagi, dengan perkataan lain tidak mengalami inkarnasi lagi langgeng. Keadaan ini dicapai kalau dosa (kalmashah) sudah dihapus dengan ilmu pengetahuan budi-pekerti (lihat sloka IV.36).
(18) vidya vinaya sampanne
brahmane gavi hastini
suni chai 'va svapake cha
panditah samadarsinah
artinya :
orang arif bijaksana mnelihat semua
sama. Baik brahmana budiman dan rendah hati
maupun seekor sapi, gajah dan anjing
ataupun orang hina-papa tanpa kasta
perkataan vinaya berarti : rendah-hati. Dalam kitab Tripitaka (ajaran buddha) perkataan ini juga berarti disiplin. Perkataan svake sebenarnya berarti orang yang makan daging anjing yaitu orang pariah, tanpa kasta.
Pendita dan orang arif-bijaksana yang jiwanya telah suci melihat manusia dan mahkluk lainya sama tinggi-rendahnya. Pandangan yang demikian itu menumbuhkan perasaan kasih sayang kepada sesama mahkluk hidup dan mengangkat tanggapan akan persamaan hidup yang menjadi karakteristiknya kehidupan spiritual.
(19) ihai 'va jitah sargo
yesham samye sthitam manah
nirdesham hi samam brahma
tasmad brahmani te sthitah
artinya :
didunia ini sekalipun inkarnasi diatasi
oleh mereka yang pikirannya seimbang harmonis,
sebab Brahman seimbang dan sempurna
maka merekapun bersatu dengan Brahman
dalam tingkatan dimana pikiran telah mencapai keseimbangan yang harmonis, dimana dualisme pertentangan (panas dan dingin, suka dan duka, dan sebagainya) tidak ada lagi dan jiwa seimbang dalam Brahman, maka hukum karma dan inkarnasi lenyap, serta kelepasan dapat tercapai sekalipun orang masih hidup didunia ini.
(20) na prahrisyet priyam prapya
no 'dvijet prapya cha 'priyam
sthirabuddhir asammudho
brahmavid brahmani sthitah
artinya :
dia yang tidak bergirang menerima suka
dan juga tidak bersedih menerima duka
tetap tinggal tenang dan berteguh iman
mengetahui Brahman. Bersatu dengan Brahman
(21) bahyasparseshv asaktatma
vindaty atmani yat sukham
sa brahmayoga yuktatma
sukham akshayam asnute
artinya :
dia yang jiwanya tak-lagi berhubungan dengan
duniawi menemui kabahagian dalam Atman,
dia yang mengontrol hatinya demikian
dalam yoga pada Brahman menikmati restu abadi
kedua sloka diatas ini melukiskan tingkatan dimana seseorang telah membebaskan dirinya dari segala ilusi yang ditimbulkan oleh pancaindrianya dan kotak daripadanya dengan objek-objek benda-benda, hidup dalam keabadian dan menikmati restu langgeng dari Brahman.
(22) ye hi samsparsaja bhoga
duhkhayonaya eva te
adyantavatah kaunteya
na teshu ramate budhah
artinya :
kenikmatan berasal dari hubungan duniawi
hanya merupakan sumber penderitaan belaka
ada awalnya ada akhirnya, oh Kuntipura
tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini
perkataan duhkayonaya berarti : sumber kedukaan. (bandingkan pula sloka ini dengan sloka II.14 terdahulu).
(23) saknoti 'hai 'va yah sodhum
prak sarira vimokshanat
kamakrodhodbhavan vegam
sa yuktha sa sukhi narah
artinya :
dia yang kuasa menahan nafsu birahi
dan amarah murkanya didunia ini
sebelum meninggalkan jasad raganya
ada yogi, dia adalah orang yang bahagia
(24) yo 'ntahsukho 'ntararamas
tatha 'ntarjyotir eva yah
sa yogi brahmanirvanam
brahmabhuto 'dhigachchhati
artinya :
dia yang menemui kebahagian pada dirinya
tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya
yogi yang begini ini menjadi suci
perkataan Brahmanrvana dala kitab suci agama budha berarti kebahagian tertinggi (lihat sloka II.72) dan perkataan Brahmabhutah dalam kitab suci Upanisad berarti menjadi satu dengan Brahman. Kedua tingkatan ini bisa dicapai oleh manusia semasih hidup didalam dunia ini ditengah-tengah masyarakat, apabila ia benar-benar telah melaksanakan dan mencapai tingkatan seperti yang dilukiskan dalam kedua sloka diatas ini.
(25) labhante brahmanirvanam
rishayah kshinakamashah
chhinnadvaidha yatatmanah
sarvabhutahite ratah
artinya :
orang suci yang dosanya telah dimusnahkan
keraguannya dihapus, pikiranya dipusatkan
kebahagiannya berbuat kebajikan bagi mahkluk semua
mencapai nirmawana bersatu dengan Brahman
dalam sloka ini Krisna menerangkan bahwa keyakinan hidup harus dilihat dari segi diri sendiri dan masyarakat yaitu kebahagian untuk menyucikan jiwa sendiri
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk semua (sarvabhu tahite ratah)
(26) kama krodha viyuktanam
yatinam yatahetasam
abhito brahmnirvanam
vartate viditatmanam
artinya :
dia yang menguasai diri pribadinya
mengontrol pikiranya bebas dari nafsu dan murka
mengetahui Atman ada disekitar dirinya
mencapai nirwana bersatu dengan Brahmana
kesadaran akan pendekatan jiwa dengan Atman yang ada disekitar dirinya mempercepat proses seseorang untuk mencapai nirwana, dan proses ini bisa dicapai dalam hidup ini sekalipun.
(27) Sparsan kritva bahir bahyams
Chakshus chai 'va 'ntare bhruvoh
Pranapanam samau kritva
Nasal hyantaracharinau
Artinya :
Dengan memutuskan hubungan objek benda
Memusatkan mata diantara kening
Mengatur keluarnya prana dan masuknya spana
Diantara lobang hidung dengan seimbang
(28) yatendriya mano bhuddhir
munir mokshaparayanah
vigatechchha bhaya krodho
yah sada mukta eva sah
artinya :
menguasai panca indria, perasaan dan pikiran
seluruh jiwa menghasratkan kelepasan
membuang jauh nafsu, takut dan murka
orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya
(mengenai istilah prana dan apana lihat sloka IV.29). setelah memutuskan hubungan pancaindria dengan objek benda-benda lahiriah, lalu dilakukan meditasi dengan jalan memejamkan mata setengah tertutup, hanya biji mata saja ditengah-tengah kening tertuju kepada ujung hidung, dan keluar masuknya nafas diatur. Dalam posisi begini, seluruh konsentrasi jiwa dipusatkan kepada hasrat akan kelepasan (moksha). Tentang hal ini, akan dijelaskan oleh Krisna lebih jauh dalam Bab berikut.
(29) bloktaram yajnatapasam
sarvaloka mahesvaram
suhridam sarvabhutanam
jnatva mam santim richchhati
artinya :
setelah mengetahui aku sebagai penerima
persembahan bakti dan tapa-meditasi
sebagai Seru-Sekalian-Alam, pencipta mahkluk semua
ia mencapai kebamaian abadi
kalau kurang dialami, seolah-olah sloka diatas ini mengandung pertentangan dengan sloka-sloka 14 dan 15. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Sebab Tuhan, Brahman, Seru-Sekalian-Alam bukan pelaksana, tidak dapat dilukiskan, tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tidak terucapkan. Hanya manusialah yang mencoba menerangkan dengan berbagai cara, berbagai penjelasan berbagai antribut-sifat-kwalitas menurut pengertiannya masing-masing.
Untuk mengetahui Brahman sesungguhnya kita harus melaksanakan kewajiban kita dengan jalan mempersembahkan kebaktian, studi, bersedekah, hidup sederhana, berguru dan meditasi, bukan dengan kata dan penjelasan.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjunasamvade
Karmasamnyasayogo nama panchamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kelima Upanisad Bhagavadgita
Mengenai ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan
Arjuna yang berjudul KARMASAMNYA-SAYOGA
BAB 3
II. PERCAKAPAN KEDUA :
SAMKHYA YOGA
Arjuna menolak untuk bertemput, tetapi Krisna menghiburnya dan tidak membenarkan ia bersedih dan bimbang hati demikian. Dalam Bab ketiga ini Krisna menjelaskan bahwa orang yang mengerti tidak akan bersedih pada kematian maupun kehidupan, sebab orang mesti mati. Dalam peperangan hanya badan jasmani yang mati dan jiwa tidak pernah mati. Yang mengerti itu sebenarnya tidak membunuh siapa-siapa. Kewajiban seorang ksatria adalah berperang menegakkan kebenaran,, memperoleh kemenangan didunia sini dan kebahagian didunia sana, dan bertempur dalam peperangan bukan melakukan dosa. Kehilangan kehormatan lebih buruk daropada kematian.
Kematian berarti pengantian badan jasmani, dan jiwa sebagai penghuni badan jasmani ini berpindah-pindah kebadan jasmani lain, bagaikan menganti baju lama dengan baju baru.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan pahala kerja, serahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Tahu.
Teguhkan iman untuk samadi, hilangkan nafsu, takut dan amarah, hadapi senang dan duka bersatu dengan Brahman.
II. Percakapan kedua
(1) samjaya uvacha:
tam tatha kripaya vishtam
asrupurnakulekshanam
uvacha madhusuudanah
artinya :
Samjaya berkata:
Kepadanya, yang diliputi rasa belas kasihan
Dengan pelupuk mata digenangi airmata
Dan rasa remuk redam dalam hati
Madusudana berkata begini
Madusudana adalah Krisna sendiri. Disini Arjuna mesara belas kasihan kepada sanak keluarganya, yaitu Kaurawa, yang ia akan perangi. Tetapi rasa belas kasihan Arjuna ini tidaklah sesuai dengan sifat-sifat orang Arya; sebab walaupun sebagi sanak keluarganya, Kaurawa sesungguhnya merupakan musuh-musuhnya yang jahat dan sngat berbahaya.
(2) sribhagavan uvacha:
kutas tva kasmalan idam
vishame samupasthitam
anaryajustam asvargyam
akirtikaram arjuna
artinya :
Sri Bhagawan berkata:
Darimana datangnya duka dan lemah hati?
Pada saat krisis seperti ini,
Semangat bukan orang ksatria,
Tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna
Sri Bagawan adalah Krisna sendiri. Dalam bab III inilah krisna, sebagai guru-nya mulai mengungkapkan kepada Arjuna siapa sebenarnya Dia. Dengan maksud agar Arjuna dapat melepaskan dirinya dari keragu-bimbangannya seperti ternyata dalam bab ii. Krisna mengungkapkan doktrin tentang jiwa yang tidak termusnahkan, mendorong kebangkitan semangat ksatrianya, menunjukan jalan Tuhan kepadanya dan merintis tindakan-tindakan kerja serta kewajiban hidup dalam dunia.
Perkataan anaryajustam berarti tidak sesuai dengan sifat-sifat Arya yang mempunyai ciri-ciri berani, tegas, agung dan luhur budi pekerti.
(3) klaibyam ma sma gamah partha
nai 'tat tvayy upapadyate
kshudram hridayadaubalyam
tyaktvo 'ttishtha paramtapa
artinya :
jangan biarkan kelemahan itu, oh parta
sebab itu tidak sesuai bagimu
enyahkan rasa lemah dan kecut itu
banhkitkanlah! Oh pahlawan jaya
parta adalah Arjuna sendiri, dan perkataan paramtapa sebenarnya berarti pebakluk musuh-musuhnya. Disini penakluk musuh-musuh adalah tiada lain Arjuna sendiri, sebagai pahlawan yang selalu jaya, selalu menang dan menaklukan musuh-musuhnya. Ketia menyebut diademikian. Dengan maksud agar Arjuna benar-benar bertindak sebagai Ksatria yang berani menaklukan musuh-musuhnya.
(4) arjuna uvacha:
katham bhisman aham samkhye
dronam cha madhusudana
tshubbih pratiyotsyami
pujarhav arisudana
artinya :
Arjuna berkata:
Tetapi bagaimana ku, 'oh Madusudana
Bisa menyerang Bisma dan Drona
Mereka yang patut kuhormati,
Dengan panah dalam pertempuran ini, Arisudana?
Madusudana dan Arisudana, kedua-duanya adalah nama lain dari Krisna.
(5) Gurun ahatva hi mahanudhavan
Sreyo bhoktum bhaikshyam api 'hi loko
Hatva 'rthakamams tu gurun ihai 'va
Bhunjiya bhogan rudhirapradigdhan
Artinya :
Didunia ini lebih baik jadi peminta-minta
Daripada membunuh Guru-guru yang mulia
Walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku
Dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.
Perkataan arthakaman sebenarnya berarti kekayaan atau harta benda, dan perkataan rudhirapradigdhan berlumuran darah. Arjuna yang dalam sejarah kemanusian berarti penderitaan, kesengsaraan, penindasan dan ketidakadilan.
(6) Na chai 'tad vidmah kataran no gariyo
Yad va jayena yadi va no jayeyuh
Yan eva hatva na jijivishamas
Te 'vasthitah pramukhe dhartarastrah
artinya :
aku tidak tahu mana pasti lebih penting
apakah kita tumpas mereka atau mereka taklukan kita
putra-putra Dritarastra yang kita bunuh
dan tiddak harapkan hidup, berdiri siap didepan kita
(7) karpanyadoshopahatas vabhavah
prichchhami tvam dharmasammudhachetah
yach chhreyah syan nischitam bruhi tan me
sishyas te'ham sadhi mam tvam prapannam
artinya :
hati lemah, pikiranku kacau balau
tentang tugas kewajiban, aku bertanya pada-Mu
terangkanlah kepadaku dengan pasti mana lebih baik
aku murid-Mu, pada-Mu kuberlindung, tunjukkan padaku!
Arjuna kini tidak saja merasa putus asa, kecemasan, bimbang ragu tetapi juga mengharap sepenuhnya kepada petunjuk dari Guru-nya. Kepada Krisna diharapkan cahaya terang. Kebenaran yang dapat menyebkan ia bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Perkataan nischitam berarti: untuk jelasnya atau untuk pastinya.
(8) na hi prapasyami mama panudyad
yach chhokam uchchhosanam indriyaanam
avapya bhumav asapatnam riddham
rajyam suranam api cha 'dhipatyam
artinya :
sebab, aku tidak melihat yang dapat
mengenyahkan duka ini mematikan pancaindriaku
walaupun seandainya aku mendapat kekayaan dan kekuasaan
tiada taranya dibumi dan kedaulatan atas kayangan
arjuna tidak menginginkan apa-apa selain melepaskan jiwanya dari agoni yang sangat menyiksanya. Konflik jiwanya harus disembahkan dan harus mencapai kesadaran baru yang menyeluruh
(9) sanjava uvacha:
evam uktva hrishikesam
gudakesah paramtapam
na totsya iti govindam
uktva tushnim babhuva ha
artinya :
sanjaya berkata: setelah menerangkan kepada Krisna
Gudakesa berkata kepada Gowinda:
"aku tidak hendak bertempur"
dan kemudian diam tertegun
dengan berkata "aku tidak hendak bertempur". Arjuna telah memutuskan dalam hatinya tanpa menunggu penadapat dan nasehat Gurunya. Tetapi dengan keadaannya terdiam (tushnim babhuva) suara kebenaran akan dapat didengar. Disinilah Sri Bagawan (Krisna) mendapat kesempatan untuk menyampaikan ajaran-ajaranya kepada Arjuna yang ada dalam keadaan menderita tekanan jiwa dari agoni yang sangat berat. Gudakesa = Arjuna dan Gowinda = Krisna.
(10) tam uvacha hrishikesah
prahasann iva bharata
senayor ubhayor madhye
vishidantam idam vachah
artinya :
dalam keadaan duka nestapanya
ditengah-tengah kedua pasukkan, oh Barata
dengan agak tersenyum Hrisikesa
berkata kepadanya seperti ini:
barat disini adalah maharaja Dristarastra. Dalam sloka ini, Hrisikesa (Krisna) dinyatakan tersenyum, bagaikan cahaya kilat yang menerangi gumpalan awan gelap yang terbayang pada wajah Arjuna. Senyuman Krisna ini adalah sebagai kunci pembuka hati Arjuna untuk menerima ajaran-ajaran suci daripadanya supaya membedakan antara jiwa atau rokh dan badan jasmani ini.
(11) sribhagavan uvacha
asochyan anvasochas tvam
prajnavadams cha bhahase
gatasun agatasums cha
na nusochanti panditah
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi
Namun engkau bicara tentang budi pekerti
Orang budiman tidak akan bersedih
Baik bagi yang hidup maupun yang mati
Dalam versi Kashmir baris kedua dari sloka ini berbunyi pra jnavat na abhibhashase yang berarti: engkau berbicara tidak sebagai seorang cendikiawan.
(12) na tv eva 'ham jatu na 'sam
na tvam ne 'me janadhipah
na chai 'va na bhavishyamah
sarve vayam atah param
artinya :
tidak pernah ada saat dimana
aku, engkau dan para raja ini tidak ada
dan tidak akan ada saat dimana
kita berhenti ada, sekalipun sesudah ini
sudah barang tentu yang dimaksudkan Krisna dalam sloka ini "aku, engkau dan para raja" bukanlah badan jasmani, melaikan jiwa yang ada didalam badan jasmani masing-masing, yamng merupakan bagian terkecil daripada jiwa Alam Semesta. Karena ketidaktahuanlah jiwa individu-individu terbungkus oleh badan jasmani yang terbatas ini merupakan multi ego, seolah-olah terpisah dari kosmos ego. Jiwa yang telah mencapai kelepasan, bersatu dengan jiwa kosms, atau kosmos ego, sedangkan jiwa yang tidak menemui kelepasan mengembara dari satu kelahiran ke-kelahiran lain, selalu terkungkung oleh badan jasmani, dalam bentuk multi ego.
(13) dehino 'smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantarapaptir
dhiras tatra na muhyati
artinya :
setelah memakai badan ini dari masa
kecil hingga muda dan tua
demikian jiwa berpindah kebadan lain
ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.
Manusia memang ditakdirkan untuk hidup melaui masa kecil, masa muda dan masa tua, serta melalui kelahiran dan kematian dan tidak langgeng. Tetapi jiwa yang ada didalamnya tidak mengalami perubahan. Hanya jasmaninyalah yang tidak kekal.
(14) matrasparsas tu kauntenya
sitoshnaskhaduhkhadah
agamapayino 'nityas
tams titikshasva bharata
artinya :
hubungan dengan benda jasmaniah, oh Arjuna
menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka
dan semua ini datang dan pergi, tidak abadi
karena pikullah, wahai Kuntipura.
Sesungguhnyalah sikap senang dan duka ini ditentukan oleh kekuatan dan badan jasmaniah kita. Tidaklahg benar bahwa seseorang pasti akan bersenang kalau ia mengalami sukses dan bersedih kalau ia menemui kegagalan. Orang dapat mempunyai sikap yang sama sempurna terhadap keduanya; sebab keakuan-lah yang sebenarnya menikmati atau menderita akibat kebiasaan tersebut. Keakuan ini akan terus berbuat demikian selama jiwa dikungkung oleh badan-jasmani ini, dan tergantung kepada pengetahuan dan tindakkan jiwa itu sendiri, tetapi apabila jiwa ini mencapai kelepasan, maka kesadaran menjadi terang, dan ia akan menerima segala sesuatunya (panas dan dingin suka dan duka) dengan tenang dan sempurna, karena ia tahu bahwa semua itu akan datang dan pergi.
(15) yam hi na vyathayanty ete
purusham purusharshabha
samaduhkhasukham dhiram
so 'mritatvaya kalpate
artinya :
orang yang tidak tergoyahkan ini
oh Arjuna, yang tetap dalam duka
dan senang, yang teguh iman
patut hidup kekal abadi
hidup kekal abadi adalah berbeda dengan yang dialami oleh semua mahkluk hidup didunia ini, ia melebihi hidup dan mati, tidak dihinggapi senang dan duka, panas dan dingin, tidak diganggu oleh segala macam kejadian. Hidup kekal abadi ini adalah kesempurnaan kesadaran akan satunya jiwa dengan Jiwa Alam Semesta yang langgeng.
(16) na 'sato vidyate bhavo
na bhavo vidyate satah
ubhayor api drishto 'ntas tv
anayos tattvadarsibhih
artinya :
apa yang tiada, tak akan pernah ada
apa yang ada tak akan pernah berhenti
keduanya hanya dapat dimengerti
oleh orang yang melihat kebenaran
perkataan sat berarti ada atau nyata dan saat berarti tiada atau tak nyata. Dalam sloka ini sat dimaksudkan jiwa dan asat adalah badan jasmani. Jadi yang nyata adalah jiwa dan yang tak nyata adalah badan jasmani, sebab dalam jangka waktu tertentu badan jasmani tidak tinggal sama, dan sebaliknya yang nyata akan tetap tinggal sama. Seluruh gejala phenomena didunia ini adalah tidak pernah kekal, tiada tinggal sama, sebab itu adalah tak nyata. Jiwa itulah nyata!
(17) avinasi tu tad viddhi
yena sarvam idam tatam
vinasam avyayasya 'sya
na kashcid kartum arhati
artinya :
ketahuilah yang melingkupi semua ini
tidak dapat dihancurkan
tidak seorangpun dapat dimusnahkan
Dia, yang tidak mengenal kemusnahan
Perkataan tatam berarti melingkupi, mencakupi. Dia yang melingkupi semua ini adalah Jiwa atau Atman.
(18) antavanta ime deha
nityasyo 'ktah saririnah
anasino 'prameyasya
tasmad yudhyasva bharata
artinya :
badan jasmani yang membungkus Dia
yang langgeng, tiada terhancurkan
dan tiada terbatas akan habis
sebab itu bertempurlah, wahai Barata
disini Barata dimaksudkan Arjuna sendiri. Perkataan aprameya berarti tidak terbatas, tidak dapat diukur, dan perkataan sariri berarti jiwa yang sejati dari tiap individu yang tidak dapat dipikirkan sebab tidak dapat dikenal dengan ilmu pengetahuan yang biasa.
(19) ya enam vetti hantaram
yas chai 'nam manyate batam
ubhau tau na vijanito
na 'yam hanti na hanyate
artinya :
ia yang mengira Dia sebagai pembunuh
dan Dia yang percaya Dia dapat dibunuh
adalah kedua-duanya dungu,sebab
Dia tidak pernah membunuh dan dibunuh
(20) na jayante mriyate va kadachin
na 'yam bhutva bhavita va na bhuyah
ajo nityah sasvato 'yam purano
na hanyante hanyamane sarire
artinya :
Dia tidak pernah lahir dan mati
Juga setelah ada tak'kan berenti ada
Da tidak terlahirkan, kekal, abadi dan selamanya
Dia tidak mati dikala badan jasmani mati
Krisna mencoba mengungkapkan kepada Arjuna perbedaan antara jiwa dan bukan jiwa (badan jasmani), yang dalam istilah Samkhya disebut purusha dan prakriti, dimana jiwaitu tidak mengenal lahir, hadir, tumbuh, berubah, rusak dan mati seperti benda-benda dan mahkluk hidup biasa.
(21) veda 'viasinam nityam
ya enam ajam avyayam
katham sa purusha partha
kam ghatayati hanti kam
artinya :
yang mengetahui Dia yang tak termusnahkan
langgeng, tanpa lahir, tidak berubah
bagaimana ia bisa, oh Parta
membunuh dan menyuruh membunuhnya?
(22) vasamsi jirnani yatha vihaya
navani grihnati naro 'parani
tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi
artinya :
ibarat orang menanggalkan pakaian lama
dan mengantikannya dengan yang baru
demikian jiwa meninggalkan badan tua
dan memasuki jasmani yang baru
jiwa yang langgeng tidak berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain, tetapi jiwa yang terbelenggu bergerak dari satu badan kebadan yang lain. Tiap kelahiran membawa badan (anna), hidup (prana) dan pikiran (manah) yang terbentuk daripada materia lam menurut evolusinya dimasa yang kan datang. Apabila badan jasmani menjadi tua dan hancur, maka manah sebagai pembalut jiwa itu merupakankesadaran baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan kebadan lainnya, yang disebut inkarnasi atau numitis. Inkarnasi atau numitis ini adalah hukum alam, dan hubungan ini adalah objektif dalam evolusi alam semesta.
(23) nai 'nam chhindati sastani
nai 'nam dahati pavakah
na chai 'nam kledayanty apo
na soshayati marutah
artinya :
senjata tidak dapat melukai Dia
dan api tidak dapat membakar-Nya
angin tidak dapat mengeringkan Dia
dan air tidak dapat membasahi-Nya
perkataan Dia dan Nya dalam sloka ini sama dengan jiwa.
(24) achchhedyo 'yam adahyo 'yam
akledyo 'soshya eva cha
nithyah sarvagatah sthanur
achalo 'yam sanatanah
artinya :
dia tidak dapat dilukai, dibakar
juga tidak dapat dikeringkan dan dibasahi
Dia adalah abadi, tiada berubah
Tidak bergerak, tetap selama-lamanya
(25) avyakto 'yam achintyo 'yam
avikaryo 'yam uchayate
tasmad evam viditvai 'nam
na 'nusochitum arhasi
artinya :
Dia dikatakan tidak termanisfestasikan
Tidak dapat dipikirkan, tidak berubah-ubah
Dan mengetahui halnya demikian
Engkau hendaknya jangan berduka
Jadi jiwa itu dikatakan mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh karenanya jiwa tidak dapat menjadi subjek maupun objek daripada tindakan atau pekerjaan. Dengan lain perkataan, jiwa itu tidak terkena akibat daripada perobahan-perobahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan badan jasmani. Semua bentuk ini bisa berubah, datang dan pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk selamanya.
(26) atha chai 'nam nityajatam
nityam va manyase mritam
tatha 'pi tvam mahahaho
nai 'nam schitum arhasi
artinya :
seandainya engkau berpikir bahwa
dia terus-menerus lahir dan mati
namun, oh Pahlawan Bersenjata Sakti
engkau hendaknya jangan berduka.
Perkataan mahabaho berasal dari mahantam babu yasya (tvam) dan berarti "yang bersenjata sakti (perkasa)". Yang dimaksudkan dengan perkataan ini ialah Arjuna sendiri. Dalam sloka ini, demi untuk argumentasi agar jelas bagi Arjuna, Krisna mempergunakan perumpamaan dari segi jasmaniah, yaitu : seandainya jiwa ini memang dapat lahir dan mati namun arjuna tidak patut bersedih. Sebab, kalau kedudukan itu sudah dilenyapkan, maka dosa, neraka dan sorga tidak akan ada lagi kelak sesudah hidup ini.
(27) Jatasya hi dhruvo mrityur
Dhruvam janma mritasya cha
Tasmad aparriharye 'rthe
Na tvam sochitum arhasi
Artinya :
Bagi yang lahir kematian sudahlah tentu
Bagi yang mati kelahiran adalah pasti
Dan ini tiada terelakan
Karenanya engkau tak patut bersedih
Walaupun kematian itu tidak dapat dielakkan, namun tidakla berarti kita harus membenarkan pembenuhan, bunuh diri dan peperangan. Kita tidak bisa dengan sengaja mengharapkan kematian orang lain dengan alasan bahwa semua orang akan mati. Benarlah hidup ini diakhiri kematian, semua kemajuan akan lenyap, dan tidak sesuatupun yang tetap kekal dilihat dari segi kesementaraannya, namun kesadaran jiwa yang sempurna dapat menjadi kenyataan, dan perkembangan menuju inti tujuan hanya tergantung pada soal waktu dan kejadian-kejadian kosmos dalam dunia ini.
(28) avyaktadini bhutani
vyaktamadhyani bharata
avyaktanidhananany eva
tatra ka paridevana
artinya :
makluk pada mulanya tidak kelihatan
hanya kelihatan pada waktu pertengahan
dan menghilang pada akhirnya
kenapa mesti bersedih, oh Batara?
Maksud Krisna dalam sloka ini adalah untuk menjelaskan bahwa apa yang dikatakan mahkluk itu, yang pada mulanya dan pada akhirnya tidak ada, hanyalah merupakan ilusi pada pertengahannya, yamh oleh karenanya tidak boleh dibiarkan mempengaruhi jiwa kita.
(29) ascharyavat pasyati kaschid enam
ascharyavad vadati tathai 'va cha 'nyah
ascharyavach chai 'nam anyah srinoti
srutva 'py enam veda na chai 'va kascihit
artinya :
ada orang telah melihat kebesan-Nya
yang lain bicara tentang keagungan-Nya
juga ada yang mendengar tentang kemuliaan-Nya
tetapi tak seorang, setelah mendengar, mengerti-Nya
hanya sedikit sekali yang telah melihat, mendengar dan berbicara tentang dia, karena hanya sedikitlah orang yang merelakan dirinya untuk menjalani disiplin diri, keyakinan membaja dan merelakan diri berbuat kebajikkan tanpa menharapkan buahnya. Walaupun banyak orang yang mempunyai keinginan untuk memiliki kebenaran abadi ini, namun mereka menderita kebimbangan dan kelemahan. Biarpun seandainnya mereka tiada merasa bimbang, namun kebanyakkan daripada mereka tidak sanggup menderitanya dalam mencari kebenaran tersebut.
(30) dehi nityam avadhyo 'yam
dehe sarvasya bharata
tasmat sarvani bhutani
na tvam sochitum arhasi
artinya :
penghuni badan setiap orang semua
tidak akan dapat dibunuh
karenanya, oh Barata, jangan duka
atau kematian mahkluk apapun
dalam sloka ini Karisna kembali menyatakan betapa jiwa atau Atman itu sebagai penghuni badan jasmani ini tidak bisa dibunuh. Yang hanya dapat dibunuh adalah badan jasmani, sebab itu krisna menganjurkan kepada Arjuna supaya bertempur sebagai Ksatria
(31) svadharmam api chaa 'vekshya
na vikampitum arhasi
dharmyad dhi yuddhach chhreyo 'nyat
kshatriyasya na vidyate
artinya :
apalagi sadar akan kewajibanmu
engkau tidak boleh gentar
bagi ksatria tiada kebahagian lebih besar
daripada bertempur menegakkan kebenaran
perkataan swadharma berarti: budi-pekerti pribadi seseorang yang tepat menurut kawajiban hidupnya sendiri swadharma.Arjuna adalah sebagai kesatria, yang mempunyai tugas kewajiban unytuk bertempur demi kebenaran, yaitu membela tanah air, bangsa dan agama.
(31) yadrichchhaya cho 'papannam
svargadvaram apavritam
sukhinah kshatriyah partha
labhante yuddham irisam
aretinya :
berbaringlah para ksatria, oh Parta
dapat kesempatan untuk beretempur
tanpa dicari-cari baginya
pintu sorga telah terbuka
(32) atha chet tvam imam dharmyam
samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :
tetapi jika engkau tiada melakukan
perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
maka dosa papalah bagimu
(33) atha chet tvam imam dharmyam
samgramam na karishyasi
tatah svadharmam kirtim cha
hitva papam avapsyasi
artinya :
tetapi jika engkau tiada melakukan
perang menegakkan kebenaran ini
meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu,
mana dosa-papalah bagimu
sesunguhnya yang dimaksudkan dengan perkataan perang dan ksatria dalam sloka-sloka ini adalah mengandung pengertian yang lebih mendalam dan bersifat spirituil. Perang menegakkan kebenaran disini dimaksudkan lebih dari membela tanah air, bangsa dan agama.yaitu pergulatan bathin antara yang benar dan yang salah. Mereka yang menghindarinya karena perasaan palsu, lemah dan takut akan dosa. Demikian pula yang dimaksud dengan ksatria disini bukanlah asal kelahiran atau keturunan ethnologi melainkan psikophisik seseorang yang memiliki sifat-sifat dan pengertian akan svadharma.
(34) akirtim cha 'pi bhutani
kathayishyanti te 'vyayam
sambhavitasya cha 'kirtir
maranad atirihyate
artinya :
orangkan terus membicarakan nama burukmu
dan bagi orang yang terhormat
kehilangan kehormatan sungguh itu
lebih buruk daripada kematian
(35) bhayad ranad uparatam
mamsyante tvam maharathah
yesham cha tvam bahumato
bhutva yasyasi laghavam
artinya :
para pahlawan besar akan mengira
engkau, pengecut lari dari pertempuran
dan mereka yang pernah memuja
engkau, merendahkan dengan penghinaan
(36) avachyavadams cha bahun
vadishyanti tava 'hitah
nindatas tava samarthyam
tato dunkhataram nu kim
artinya :
banyak caci maki dilontarkan kepadamu
oleh mereka musuh-musuhmu
menjelekkan dan menghina kekuatanmu,
adakah yang lebih sedih dari itu?
(37) hato va prapsyasi svargam
jitva va bhokshyase mahim
tasmad uttishtha kaunteya
yuddhaya kritanischayah
artinya :
andaikata tewas, engkau 'kan pergi kesorga
atau kalau menang , engkau 'kan nikmati dunia
maka itu bangkitlah, kunti putra
bulatkan tekad, bertempur maju
setelah mengungkapkan kebenaran yang tertinggi, yaitu Jiwa atau Atman, dan ketidak-kekalan badan jasmani,Krisna selanjutnya dalam sloka-sloka diatas menerangkan tugas kewajiban seorang ksatria, baik dilihat dari segi kebenaran metaphisika ataupun kewajiban sosial pada umunya. Jelaslah kepada kita, bahwa adalah mungkin untuk mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi dengan jalan melakukan tugas-kewajiban kita atas dasar kebenaran.
(38) sukhaduhkhe same kritva
labhalabhau jayajayau
tato yuddhaya yujyasva
nai 'vam papam avapsyasi
artinya :
dengan menganggap suka dan duka
laba rugi, menang dan kalah, sama
kemudian terus maju bertempur
engkau tiada melakukan dosa
walaupun Arjuna telah menyatakan bahwa ia tidak menginginkan kemenangan, kesenangan duniawi dan kekuasaan yang tidak terbatas (seperti dalam sloka I.32 dan II.8), namun Krisna disini bermaksud untuk menjelaskan suatu methode dan bukan mengharapkan agar dia menginginkankan sorga dan kebahagian duniawi, dan bhwasannya hanya dengan semangat dan keyakinan yang menyatakan suka dan duka, menang dan kala itu sama, maka Dia dapat melakukan tugas kewajibannya dalam situasi dimana ia berada dengan tanpa ikatan pada keinginan memperoleh hasilnya. Dengan jalan demikian Karma dapat dilaksanakan dengan tanpa menambah bebanya, dan jalan menuju kelepasan dapat ditempuh.
(39) esha te 'bhihita samkhye
buddhir yoge tv imam srinu
buddhya yukto yaya paartha
karmabandham prahasyasi
artinya :
itulah bagimu ajaran Sankhya
dan kini dengarkanlah ajaran yoga
bila engkau bersedia menerimanya, oh Parta
engkau akan terlepas dari ikatan Karma
dalam Bab ini ada dua bagian yang terpisahkan walaupun sesungguhnya kedua bagian tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bagian pertama mengandung ajaran-ajaran Sankhya dan bagian kedua berisikan ajaran-ajaran yoga. Dalam ajaran Sankhya. Krisna mengungkapkan kepada Arjuna pengertian tentang jiwa, atau purusha, atau Atman, yang mengatasi segala element materiil, kekal-abadi dan yang berbedah dengan badan jasmaniah yang tidak kekal atau selalu berubah-ubah;ajaran yoga, atau lebih jelasnya Karmayoga, menguraikan pengetahuan tentang Atman yang tidak dapat dimusnahkan dan kekal abadi yang harus diterapkan kepada sikap, tindakkan dan kerja yang nyata untuk membebaskan-Nya dari ikatan kelahiran dan kematian. Sikap, tindakkan dan kerja yang bagaimana?. Yaitu sikap, tindakkan dan kerja yang tidak mempunyai motif kepentingan diri pribadi dan tidak mengharapkan hasilnya.
Karmayoga adalah ajaran-ajaran yang mengungkapkan agar Atman dibebaskan dari ikatan karmabandham (ikatan hasil kerja)
Dalam bagian kedua bab ini (slika-sloka berikutnya). Krisna menguraikan kepada Arjuna bagaimana Yoga itu harus dilaksanakan dalam prakteknya.
(40) ne 'ha 'bhikramanaso 'sti
pratyavayo na vidyate
svalpam apy asya dharmasya
trayate mahato bhayat
artinya :
dalam hal ini tiada hal sia-sia
tiada rintangan tidak teratasi
walau sedikit dari dharma ini
akan membebaskan cengraman ngeri
dalam Karmayoga setiap sikap, tindakkan dan kerja tidak ada yang hilang dan sia-sia, dan semua usaha akan meninggalkan nilai kebersihan dan kesucian jiwa setiap individu yang melaksanakan sikap, tindakan dan kerjanya benar-benar tanpa motif kepentingan diri pribadi dan harapan akan buah hasilnya. Tetapi sebaliknya, apabila sikap, tindakkan dan kerja semata-mata penuh didasarkan atas motif kepentingan diri sendiri dan mengharapkan akan buah dan hasilnya, maka skumulasi karma akan terus bertambah dan ikatan kelahiran dan kematian akan bertambah kuat. Inilah yang dimaksudkan dengan cengkraman ngeri (mahato bhayat).,
(41) vyasayatmika buddhir
eke 'ha kurunandana
bahusakha by anantas cha
boddhayo 'vyavasayinam
artinya :
yang pikirannya bulat, kurunandana
menjurus kearah satu tujuan
tetapi yang masih ragu-ragu, pikirannya
bercabang dan tiada habis-habisnya
pikiran bulat, diarahkan menuju suatu tujuan membutuhkan latihan dan konsentrasi yang harus dipertumbuhkan.
(42) yam imam pushpitam vacham
pravadanty avipaschitah
vedavadaratah partha
na 'nyad asti 'ti vadinah
artinya :
kata-kata muluk dan menarik
diucapkan oleh orang-orang munafik
menikmati apa yang tersurat dalam Veda
dan berkata "tiada lain hanya ini!", oh Parta
(43) kamatmanah svargapara
janma karma phala pradam
kriya visesha bahulam
bhogaisvaryagatim prati
artinya :
nafsu pribadi dan sorga jadi tujuan
memberikan inkarnasi sebagai pahal
dan mereka mengajarkan aneka warna upacara
untuk memperoleh kenikmatan dan kekuasaan
dalam kedua sloka tersebut diatas. Krisna menunjukkan kepada Arjuna kekeliruan orang-orang yang mengatakan dirinya guru dengan mengajarkan pengikut-pengikut memperoleh pahala, kesenangan+kekayaan+kekuasaan, dengan jalan upacara-upacara beraneka warna seperti tercantum dalam kitab-kitab suci Weda. Ini bukanlah dimaksudkan oleh Krisna.
(44) bhogaisvarya prasaktanam
taya 'pahritachetasam
vyavasayatmika buddhih
samadhau na vidhiyate
artinya :
mereka yang pikirannya terpengaruhi
keinginan akan kenikmatan dan kekuasaan
terjebak oleh ajaran-ajaran demikian
tak terpusatkan, tidak patut untuk samadi
dengan perkataan samadhi dimaksudkan pemusatan pikiran kepada kesadaran akan adanya Brahman (Yang Langgeng dan Maha Tahu) yang diperoleh dengan jalan meditasi terus-menerus dan mendalam. Orang yang pikirannya selalu diburu oleh kekayaan, kenikmatan dan kekuasaan tidak mungkin dapat dipusatkan. Oleh karenanya tidak mungkin dapat bersamadhi.
(45) traigunya vishaya veda
nistraigunyo bhava 'rjuna
nirdvandvo nitya sattvastho
niryogakshema atmavan
artinya :
Veda menguraikan tentang triguna, Arjuna
Bebaskan dirimu daripadanya, juga dari dualisme
Pusatkan pikiranmu kepada kesucian
Lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan Atman
Yang dimaksudkan dengan triguna adalah sattva, rajas dan tamas,sedangkan guna berarti sifat, atribut dan karakter daripada prakriti atau alam atau badan jasmaniah. Dalam hal ini Krisna hendak menjelaskan kepada Arjuna bahwa prakriti atau benda jasmaniah memiliki tiga sifat, antribut dan karakter, yaitu sattva, rajas dan tamas. Sattva berarti sifat, antribut dan karakter yang cerdas, terang bersih, bahagia, tenang. Rajas berarti sifat, atribut dan karakter yang lincah, campur baur, bernafsu, susah, gelisah. Tamas berarti sifat, atribut dan karakter yang tolol, gelap, kotor, pulas dan mati. Jadi benda atau badan jasmaniah ini memiliki salah satu daripada guna tersebut.
Krisna mengharapkan agar Arjuna membebaskan diri daripada ketiga (tri) macam guna tersebut diatas, atau dengan perkataan lain, membebaskan dirinya daripada ikatan sifat, atribut dan karakter badan jasmaniah ini. Juga ikatan dari dualisme, yaitu baik dan buruk, senang dan suka, panas dan dingin dan sebagainya.
(46) yavan artha udapane
sarvatah samplutodake
tavan sarveshu
brahmanasya vijanatah
artinya :
seperti sebuah kolam didaerah banjir
digenang air dimana-mana
demikian kitab suci Veda
bagi brahmana yang arif-bijaksana
dalam sloka ini Krisna memberikan suatu perbandingan bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang atman pada dirinya, maka tiada perlu lagi baginya melakukan persembahyangan dan upacara-upacara seperti tercantum dalam kitab-kitab suci Weda, seperti halnya kalau sudah ada air dimana-mana maka tidak dibutuhkan lagi untuk membuat kolam.
(47) karmany eva dhikaras te
ma phaleshu kadachana
ma karmaphala hetur bhur
ma te sango 'stv akarmani
artinya :
kewajiban kini hanya bertindak
bekerja tiada mengaharapkan hasil
jangan sekali phala menjadi motifmu
jangan pula bediam diri jadi tujuaanmu
dalam sloka ini bukanlah dimaksudkan bahwa "bekerja tanpa mengharapkan hasil", orang lalu bersikap ingkar dari segala tujuan bekerja, seperti digambarkan dalam contoh berikut ini : seorang petani yang dengan rajin mengerjakan sawahnya, ketika padinya telah menguning dan masak dituai, karena mengharapkan hasilnya, ia sendiri lalu membakar habis padinya. Bukan ini yang dimaksudkan! Tujuan yang tertinggi dari seseorang adalah bekerja dan bertindak untuk melepaskan jiwanya menuju pembebasab abadi, bersatu dengan Atman.
Berdiam-diam atau masa bodo terhadap kewajiban dan tanpa bertindak atau bekerja adalah juga bukan dimaksudkan. Sebab, baik bekerja dengan mengharapkan pahalanya maupun masa bodo terhadap kewajiban kedua-duanya berarti membiarkan yang tidak habis-habisnya.
(48) yogasthah kuru karmani
sangam tyaktva dhanamjaya
siddhyasiddhyoh samo bhutva
samatvam yoga uchyate
artinya :
pusatkan pikiranmu pada kesucian
bekerjalah tanpa menghiraukan pahala, Dananjaya
tegaklah pada kesuksesan maupun kegagalan
sebab, keseimbangan jiwa adalah yoga
perkataan samatvam berarti penguasaan diri, keseimbangan jiwa. Dia yangdsapat menguasai dirinya, memiliki keseimbangan jiwa, menundukkan rasa peka, amarah, ambisi dan keangkuhan.
(49) durena hy avaram karma
buddhi yogad dhanamjaya
buddhau saranam anvichchha
kripana phala hetevah
artinya :
rendahlah derajat kalau hanya kerja
tanpa disiplin budi, oh Dananjaya
serahkanlah dirimu pada Yang Maha Tahu
Kasihan yang mengharap pahala dari kerja.
(50) buddhi yukto jahati 'ha
ubhe sukrita dushkrite
tasmad yogaya yujyasva
yogah karmasu kausalam
artinya :
orang yang bersatu dengan budi suci
bersikap bebas terhadap baik dan keji
oleh karenanya, laksanakanlah yoga
sebab yoga-lah mahatahu dalam kerja
orang yang mengerti karmayoga mencapai status yang lebih tinggi dimana ia terbebas dari dualisme, baik dan buruk. Ia tiada lagi mempunyai motif pribadi atas segala kerja yang dilakukan, dan oleh karennya ia terbebas dari sgala keburukkan dan kejahatan. Pikirannya seimbang, bening, tiada lagi diwarnai oleh sifat, atribut dan karakter yang dimiliki badan jasmaniahnya.
(51) karmaja buddhiyukta hi
phalam tyaktva manishinah
jamabandha vinirmuktah
padam gachchanty anamayam
artinya :
orang yang jiwanya bersatu dengan Yang Maha Tahu
tiada lagi mengharapkan pahala dari kerjannya
membebaskan diri dari ikatan kelahiran
mencapai tempat dimana duka nestapa tiada
orang yang terlepas dari ikatan kelahiran dan mencapai tempat yang tenang dimana tidak terasa lagi duka-nestapa disebut moksha. Moksha tidak pula dicapai walaupun seseorang masih hidup didunia kita ini, Moksha ini adalah kelepasan.
(52) yada te mohakalilam
buddhir vyatitarishati
tada gantasi nirvedam
srotavyasya srutasya cha
artinya :
apabila pikiranmu telah terbebakan
dari bayangan ilusi duniawi
engkau akan bersikap netral pada
apa yang engkau telah dengar da akan dengar nanti
(53) srutivi pratipanna te
yada sthasyati nischala
samadhav achala buddhis
tada yogam avapsyasi
artinya :
bila pikiranmu, yang dikacaukan sruti
tenang tidak tergoyahkan lagi
tetap seimbang dalam samadhi
itu berarti engkau mencapai yoga
kata-kata srotavya sruta dan sruti dalam kedua sloka diatas ini berarti : apa yang telah didengar, apa yang harus didengarkan dan apa yang telah didengarkan. aDapun yang dimaksud dengan sruti (apa yang sedang didengarkan) dalam sloka diatas adalah kitab-kitab suci Weda. Bagi orang yang telah mencapai kesadaranjiwa dan telah menyerahkan dirinya kepada Atman, maka ia tiada lagi membutuhkan kitab-kitab suci. Ia telah berada ditingkat yang lebih diatas daripada itu.
(54) arjuna uvacha:
sthitaprajnasya ka bhasha
samadhisthasyta kesava
shitadhih kim prabhasheta
kim asita vrajeta kim
artinya :
Arjuna bertanya:
Apakah tandanya orang arif-bijaksanadan
Dan teguh iman untuk samadi, Oh kesawa
Betapa pula caranya berbicara
Cara duduk, atau berjalan?
Dalam sloka ini ada dua hal yang ditanyakan oleh Arjuna kepada Arjuna. Pertama, Arjuna ingin menegetahui bagaimana ciri-cirinya seseorang yang telah meyerahkan dirinya kepada Atman dikala ia bersamadi. Kedua, Arjuna ingin mengetahui betapa pula pengaruh kesadaran jiwanya terhadap tindak tanduk dan sikap hidupnya sehari-hari. Kesawa = Krisna.
(55) sribhagavan uvacha:
prajahati yeda kaman
sarvan partha manogatan
atmany eva 'tmana tushtah
sthitaprajnas tado 'chyate
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Jika seseorang dapat melenyapkan, oh Parta
Segala nafsu yang timbul dalam hatinya
Dan puas hanya dengan baktinya kepada Atman
Maka ia disebut orang teguh beriman
Perkataan kamah berarti segala macam nafsu yang dapat memuaskan pancaindria manusia. Orang yang selalu ingin memuaskan nafsunya, selalu berusaha memburu sasarannya, objeknya. Sesungguhnya orang yang dalam keadaan demikian, bukannya nafsunya yang terkejar, melainkan hatinya tertangkap oleh objek nafsunya, tidak ubahnya sebagai ular yang dibungkus kulitnya sendiri. Jadi, orang yang dapat melepaskan dirinya dari hawa nafsu, dikatakan sebagai ular yang mengelupas kulitnya.
(56) duhkheshv anudvignamanah
sukheshu vigatasprhah
vita raga bhaya krodha
sthitadhir munir uchyate
artinya :
yang tidak sedih dikala duka
tidak melonjak kegirangan dikala bahagai
bebas dari nafsu, takut dan amarah
ia disebut orang suci teguh beriman
perkataan muni berarti orang yang sedang bersamadi. Nafsu, takut dan amarah adalah godaan yang jahat terhadap jiwa seseorang, sedangkan suka dan duka merupakan komponen daripada nafsu. Orang yang telah memutuskan dalam hatinya untuk melakukan meditasi dan berusaha melepaskan diri dari nafsu, takut dan amarah, lambat laun tiada lagi merasakan akibat daripada suka dan duka. Dan pada suatu saat ia merasakan duka dan duka itu adalah sama. Pada waktu itulah ia telah dapat menguasai dirinya, menguasai godaan nafsu, takut dan amarah yang mulanya telah mengepung dia.
(57) yah sarvatra 'nabhisnehas
tat-tat prarya subhasubham
na 'bhinandati na dveshti
tasya prajna pratishthita
artinya :
yang tidak keinginan apapun jua
tiada lagi hiraukan senang atau duka
walau kebahagian atau kesedihan dihadi
dinamakan memiliki kesimbangan jiwa
apabila kebahagian yang dihadapi, hendaknya jangan berlaku dipuji-puji, demikian pula sebaliknya kalau kesedihan yang dihadapi, hendaknya jangan dimaki-maki setengah mati. Ibarat bunga mekar dan kemudian layu, hendaknya diterima seadanya, jangan hanya diwaktu mekar disanjung-sanjung, tetapi dikala layu dibuang, ditendang jauh-jauh. Demikianlah orang memiliki keseimbangan jiwa menghadapi suka dan duka itu dengan sikap yang sama.
(58) yada samharate cha 'yam
kurmo 'ngani 'va sarvasah
indriyani 'ndriyarthebhyas
tasya prajna pratishthita
artinya :
ibarat penyu menarik kaki kedalam tubuhnya
ia menarik semua pancaindrianya
dari segenap objek keinginannya,
demikian jiwanya mencapai keseimbangan
(59) vishaya vinivartante
niraharasya dehinah
rasavarjam raso 'py asya
param drishtva nirvartate
artinya :
orang dapat mengekang hawa nafsunya
dan seleranya lenyap, tapi kerinduaanya tetap
dan kerinduan ini pun akan lenyap
bila Yang Maha Tahu menampakkan dirinya
hawa nafsu memang mungkin dapat dikekang dan objek keinginan akan dilenyapkan, dibuang jauh-jauh. Tetapi orang yang dapat mengekang hawa-nafsunya, belum tentu menyapu kerinduaan terhadap objek keinginannya dari dalam hatinya. Maka itu, pengekangan tidak saja terhadap pancaindria, tetapi juga terhadap jiwa, sehingga jiwa itu bersatu dengan Atman. Dan bila jiwa berdatu dengan Atman, maka Yang Maha Tahu akan menampakkan diri-Nya.
(60) yatato hy api kaunteaya
purushasya vipaschitah
indriyani pramasabham manah
artinya :
walaupun ia adalah seorang budiman
telah berusaha sekuat tenaga, Kuntiputra
namun pancaindrianya yang liar
akan menyeret jiwanya dengan paksa
(61) tani sarvani samyamyam
yukta asita matparah
vase hi yasye 'ndriyani
tasya prajna pratishtthita
artinya :
setelah dapat menguasai semua itu
ia harus duduk memusatkan pikiran pada-Ku
sebab, yang dapat mengendalikan pancaindrianya
dinamakan memiliki keseimbangan jiwa
ku dalan sloka ini adalah sama dengan Yang Maha Tahu dalam sloka 59. Disini Krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwa tanpa pemusatan pikiran dan pengabdian jiwa terhadap Brahman (Yang Maha Esa), segala usaha seseorang akan sia-sia. Disiplin jiwa, bukan hanya pemusatan pikiran dan pengekangan hawa nafsu tetapi juga harus disertai dengan kemauan keras dan pengabdian yang terus-menerus.
(62) dhyayato vishayan pumsah
sangas teshu pajayate
sangat samjayate kamah
kamat krodho 'bhijayate
artinya :
bila orang memikirkan duniawi selalu
maka keinginan daripadanya lahir
dan keinginan ini timbulah nafsu
dan dari nafsu itu bangkitlah amarah
nafsu adalah kekuatan lahiriah yang tidak ada bandingannya. Orang bisa mencapai kemegahan dan kemewahan setinggi langit justru karena nafsu tiu. Demikian pula orang bisa terpelanting dan terjerumus kedalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Dan nafsu yang tidak mencapai sasarannya menimbulkan marah yang berkobar-kobar. Nafsu pasti menimbulkan ketenangan dan keseimbangan jiwa.
(63) krodhad bhavati sammohah
sammohat smritivibrahramah
smritibrahmsad biddhonaso
buddhinasat pranasyati
artinya :
dari amarah timbulah kebingungan
dari kebingungan hilang ingatan
hilang ingatan menghancurkan pikiran
kehancuran pikiran membawa kemusnahan
seperti dijelaskan dalam sloka terdahulu, hawa nafsu membangkitkan amarah. Dalam sloka ini dijelaskan oleh Krisna bahwa amarah adalah pangkal kemerosotan psiko seseorang. Emosi kemarahan ini menyeret jiwa seseorang kedalam kebingungan ini membungkus inteleknya. Sehingga kekuataan pikiran yang dipancarkan oleh intelek ini tertutup. Secara psikologis, orang itu dikatakan hilang ingatan. Hal ini dikuti oleh kekusutan (kehancuran) pikiran. Pikiran yang kusut tidak lagi mempunyai kekuatan membedakan dan tidak pula rasional. Pikiran yang tidak rasional inilah meluruskan jalan keruntuhan moral. Inilah yang dimaksudkan kemusnahan seseorang bukanlah ia lalu mati dalam artian jasmani, sebab kenyataan lahiriah biasa menunjukkan bahwa orang yang hidup penuh diliputi hawa nafsu sehari-hari kelihatan segar bugar.
Demikianlah Krisna menguraikan degradasi atau kemerosotan moral itu yang pankal mulanya berasal dari pikiran, yang secara halus dan tidak sadar menyusup kedalam jiwa.
(64) raga dvesha viyuktais tu
vishayan indriyais charan
atmavasyair vidheyatma
prasadam adhigachchati
artinya :
tetapi orang yang teguh beriman
walau hidup ditengah-tengah benda duniawi
tetap menguasai nafsunya, bebas dari suka & benci
mencapai kedamaian dalam jiwanya
(65) prasade sara duhkhanam
hanir asyo 'pajayate
prasanna chetaso hy asu
buddhih paryavatishthate
artinya :
dalam jiw ayang bersih hening
segala derita-kesengsaraan jadi sirna
pikiran orang berjiwa bersih demikian
bersemayam teguh dalam ketenangan
demikian orang yang membebaskan dirinya dari macam gangguan emosi lambat-laun mencapai keseimbangan yang cocok benar untuk samadi.
(66) na 'sti buddhir ayuktasya
na 'cha 'yuktasya bhavana
na 'cha 'bhavayatah santir
asantasya kutah sukhan
artinya :
yang melepas hawa-nafsu, tak punya kekuatan jiwa
jiwa lemah tidak dapat memusatkan pikiran
tanpa pemusatan pikiran tak mungkin ada ketenangan
dan tanpa ketenangan , dimanakah ada kebahagian?
(67) indriyanam hi charatam
yan mano 'nuvidhiyate
tad asya harati prajnam
vayur navam iva 'mbhasi
artinya :
bila pikiran hanyut dalam pancaindria
penegertian baik juga terbawa olehnya
ibarat angin topan melanda
perahu hanyut dalam samudera
kontras dengan sloka 64. Dalam sloka ini dijelaskan betapa posisi seorang yang berpikiran dan pengertian baiknya terbawa hanyut oleh nilai-nilai keinginan pancaindrianya. Keinginan atau hawa-nafsu yang selalu bergerak dengan kuatnya (bila orang tiada teguh iman) dapat mnegombang-ambingkan jiwa, seperti diibaratkan sebuah perahu dalam sloka ini.
(68) tasmad yasya mahabaho
ningrihitani sarvasah
indriyani 'ndriyarthebhyas
tasya prajna pratishthita
artinya :
karenanya orang yang dapat mengendalikan
pancaindriannya dari segala nafsunya
objek keinginannya, oh Mahabahu
ialah jiwanya, mencapai keseimbangan
ini bukanlah berarti bahwa pancaindria itu dapat diputuskan dari nafsu dan objek keinginan seseorang. Ia hanya dapat dikendalikan dan ditaklukan oleh kemauan jiwa yang kuat. Mahabahu berarti: yang bersenjata perkasa (sakti) dan yang dimaksudkan adalah Arjuna (lihat sloka 26). Disini dimaksudkan : arjuna yang bersenjatakan memtal yang perkasa.
(69) ya nisa sarvabhutanam
tasyam jagarti samyami
yasyam jagrati bhutuni
sa nisa pasyato munch
artinya :
apa yang gelap bagi mahkluk sekalian
adalah terang bagi m yang mengetahui Atman
apa yang siang bagi mahkluk sekalian
adalah malam bagi yang mengetahui Atman
bagi orang dan mahkluk lainnya kebenaran abadi adalah gelap, tetapi bagi Munu (yaitu orang yang mengetahui Atman), kebenaran abadi adalah terang benderang. Ia dapat melihat apa yang masih gelap bagi orang biasa. Demikianlah perbedaan pandangan orang biasa dengan orang yang mengetahui Atman terhadap kebenaran abadi dalam hidup ini.
Selanjutnya, bagi orang biasa siang hari adalah waktu untuk melakukan segala macam aktivitas untuk mencapai kesenangan hidup dalam dunia ini : tetapi bagi Muni kebahagian ini hanya dapat diperoleh diwaktu malam sepi, dimana hiruk-pikuk dan sktivitas manusia sudah tidak ada lagi, hal mana yang sangat cocok untuk melakukan samadi. Jiwanya terjaga dikala orang biasa membangunkan panca indrianya bagi segala objek hawa-nafsu dalam hidup ini.
(70) apuryamanam achala pratishtham
samudram apah pravisanti yadvad
tadvad kama yam pravisanti sarve
sa santim apnoti na kamakami
artinya :
ibarat sungai mengaliri samudera
walau tetap diisi air namun tetap tenang
demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian
tetapi bukan orang yang melepas hawa-nafsu
samudera yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh aliran air dari beribu-ribu sungai yang bermuara ditepinya. Demikianlah halnya orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya tidak terpengaruh oleh reaksi-reaksi jahar dari nafsu yang dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi yang silih berganti melintas depanya selama hidupnya didunia ini.
(71) vihaya kaman yah sarvan
pumams charatinihhsprihah
nirmamo nirahamkarah
sa santim adhigachchati
artinya :
orang yang mengenyahkan semua nafsunya
dan melangkah bebas tanpa keinginan
enyah dari perasaan "aku" dan "punyaku"
mencapai kedamaian dalam jiwanya
(72) esha brahmi sthitih partha
nai 'nam prapya vimuhyati
sthitva 'syam antakale ;pi
brahmanirvanam richchhati
artinya :
inilah tingkat kesucian, oh Parta
dia yang telah sampai ditingkat ini
walau maut tiba, tiada bingung lagi
dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman
orang yang telah melemparkan jauh-jauh hawa nafsu, tiada lagi mempunyai keinginan dan perhitunagn akan sesuatu untuk kebesaran atau keagungan dirinya sendiri. Ia tiada lagi mempunyai rasa ke-aku-an dan tiada memiliki benda jasmaniah sebagai kepunyaannya.
Dalam keadaan demikianlah ia disebut mencapai samtim, kedamaian, yaitu lenyapnya semua suka dan duka dalam kehidupan didunia kita ini.
Didalam evolusinya, ia lalu mencapai nirvana, kesempurnaan. Dalam kitab suci Dhammapada, Gautama Budhha menjelaskan seperti berikut : "kesehatan adalah keberuntungan yang terbesar, kepuasan (dalam kesederhanaan) adalah kekayaan yang paling melimpah-limpah, keyakinan adalah kawan sejati dan nirwana adalah kebahagian yang tertinggi". Inilah artinya nirwana.
Oranng yang mencapai nirwanaadalah mencapai tempat Brahman Yang Maha Tunggal, Yang Absolut, Jiwa Yang Maha Agung, dan tinggal selam-lamanya distu bersama-Nya.
Tempat ini disebut Brahmanirwana.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjuna samvade
Samkhyayogo nama dvitiyo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kedua Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu penegtahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna yng berjudul SMKHYAYOGA
BAB 4
III. PERCAKAPAN KETIGA
KARMAYOGA
Arjuna bertanya bhwasanya kalau memang benar ilmu pengetahuam lebih mulia daripada tindakkan (kerja), mengepa harus melakukan tindakan-tindakan kejam membunuhi sanak keluarga?. Dalam bab ketiga ini Krisna memberi jawaban : tindakan (kerja) adalah merupakan hukum alam.
Bekerja seperti telah diwajibkan dengan kebaktian dan pengabdian kepada Brahman, tanpa megharapkan keuntungan pribadi demi kesejahteraan dan kebahagian sesama umat manusia. Dan melakukan kewajiban sendiri walaupun dengan tidak sempurna lebih baik daripada kewajiban orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Inilah disiplin hidup.
Tindakkan digerakkan oleh hukum-alam ini dan bukan oleh jiwa yang ada dalam badan jasmaniah ini. Sifat alam menimbulkan amarah dan nafsu yang dapat menyebabkan orang terikat oleh keinginan akan pahala kerja.
Maka itu, janganlah sampai tertipu oleh sifat alam ini, tetapi berhenti bekerja berarti melawan hukum alam dan dunia kan hancur.
Tunjukkanlah segala tindakkan kepada Brahman, bebas dari keinginan nafsu dann ke-aku-an, enyahkan rasa gentas dan bertempur, beri contoh kepada yang lebih bodoh!
IV. Percakapan Ketiga
(1) arjuna uvacha:
iyayasi chet karmanas te
mata buddhir janardana
tat kim karmani ghore mam
niyojayasi kesava
artinya :
Arjuna bertanya:
Wahai Janardana, kalau Engkau berpikir
Bahwa ilmu pengetahuan lebih mulia dari tindakkan
Melakukan tindakkan kejam ini, oh kesava?
(2) vyamsrene 'va vakyena
buddhim mohayasi 'va me
tad ekam vada nischita
yana sreyo 'ham apnuyam
artinya :
uraian-Mu agak kacau membingungkan pikiranku
dari itu, katakanlah kepadaku dengan pasti
satu-satunya jalan yang dapat kutempuh
untuk mencapai kebahagian abadi
arjuna berpendapat bahwa berperang, bertempur saling bunuh-membunuh adalah ghore, kejam, buas dan kasar. Walaupun bagi seorang ksatria membunuh dalam peperangan itu adalah suatu kewajiban, namun Arjuna menolak untuk berbuat demikian sebab hatinya tiada tega melakukan kekejaman tersebut, apalagi untuk membunuh anak kandangnya sendiri.
Uraian Krisnadalam Bab II tiada mudah ditangkap oleh Arjuna, yang menyebabkan ia salah mengerti. Ia bertambah bingung menangkap ajaran krisna seolah-olah Sri Bagawan menyatakan bahwa bekerja untuk memperoleh penghargaan adalah lebih rendah derajatnya daripada bekerja tanpa keinginan dan kepentingan pribadi, dan ilmu pengetahuan tanpa tindakkan adalah lebih baik daripada tindakkan atau kerja.
Kalau memang cara ilmu pengetahuan lebih baik untuk mencapai kebahagian abadi daripada kerja? Lebih-lebih tindakan untuk membunuh dalam peperangan. Demikian pertanyaan Arjuna, dan ia mengharapkan benar-benar petunjuk yang pasti dari Guru-nya.
(3) sribhagavan uvacha:
loke 'smin dvividha nishtha
pura prokta maya 'nagha
jnanayogena samkhyanam
karmayogena yoginam
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Telah kukatakan sejak dahulu, oh Anagha
Ada dua disiplin dalan hidup ini
Jalan ilmu penegtahuan bagi cendikiawan
Jalan tindakkan, kerja bagi karyawan
Seperti dalam ilmu-psikologi dewasa ini, Krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwa memang pada umumnya ada dua macam pencari kebenaran abadi ini, yaitu mereka yang mencari kebenaran abadi dengan jalan ilmu pengetahuan dan kerohanian, dan mereka yang mencari kebenaran dengan jalan pengabdia dan kerja sehari-hari tanpa menghitung-hitung pahala yang akan diperoleh. (anagha seperti orang yang tidak bersalah; disini dimaksudkan Arjuna, sebab ia belum mengerti). Baik orang menempuh jalan tersebut memberi effek yang sama terhadap usaha mencapai kebahagian abadi itu. Kedua jalan tersebut tidaklah ekslusif sama sekali, melainkan pada suatu tingkatan usaha, kedua-duanya isi-mengisi.
Kedua-dua jalan itu sama nilainya. Jalan kerja ditempuh oleh orang biasa dalam kehidupannya sehari-hari, sedangkan jalan ilmu pengetahuan ditempuh oleh mereka yang jiwanya telah diterangi dengan ajaran-ajaran kerohanian.
(4) na karmanam anarambhan
naishkarmyam purusho 'snute
na cha samnyasanad eva
siddhim samadhigachchhati
artinya :
orang tidak akan mencapai kebebasan
karena diam tiada bekerja,
juga ia tak-kan mencapai kesempurnaan
karena menghindari kegiatan kerja
memang ada anggapan bahwa untuk mencapai kebebasan, orang harus menghentikan segala kerja dan kegiatan lainnya, agar bebas sama sekali dari hasil kerja tersebut. Demikian pula untuk mencapai kesempurnaan, orang hasrus menghindari segala kegiatan kerja, agar pahala tidak mendatangkan, seperti halnya aksioma yang mengatakan ada saksi pasti ada reaksi. Jadi ada kerja pasti ada hasilnya, baik atau buruk.
Bukankah itu yang dimaksudkan Krisna! Kebebasan yabg dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja, melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.
(5) na hi kaschit kshanam api
jatu tishthaty akarmakrit
karyate hy avasah karma
sarvah parkkitijair gunaih
artinya :
tidak seorang pun tidak bekerja
walaupun untuk sesaat jua
karena dengan tiada berdaya manusia
dibuat bertindak oleh hukum alam
selama manusia hidup didunia ini, ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakkan atau kerja. Berfikir adalah suatu tindakkan kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan sebagainya adalah suatu tindakkan atau kerja. Orang tidak akan dapat menghindarinya, ia tidak bisa lari dari tindakkan ini, dari sifat atau hukum prakriti (alam, benda jasmaniah).
Hanya dia yang mengetahui atman bisa terbebas dari belenggu nafsunya, tidak mengetahui Atman dan akan selalu dibelenggu oleh hukum alam ini.
(6) karmendriyani samyamya
ya aste manasa smaran
indriyarthan vimudhatma
nithyadharah sa uchyate
artinya :
yang duduk, mengontrol pancaindrianya
tetapi pikirannya terus mengenang kenikmatan,
sebenarnya bingung, menipu dirinya
dan dinamakan seorang hipokrat
orang munkin menutup matanya supaya tidak melihat yang indah-indah atau cantik-cantik, orang mungkin menutup mulutnya supaya tidak makan yang enak-enak atau nikmat-nikmat, tetapi kalau membiarkan pikirannya dan keinginannya tidak terkontrol, maka ia gagal dalammeresapkan arti disiplin hidup ini. Demikian pula, orang mungkin dapat menahan pikiran dab keinginannya, tetapi kalau membiarkan alam pancaindrianya (mata, mulut, telinga dan sebagainya) berkeliaran, maka ia tidak mengerti sesungguhnya apa arti disiplin hidup ini.
Pengekangan alat pancaindria adalah sebagai pendahuluan daripada kontrol pikiran dan keinginan, atau dengan perkataan lain, kontrol jasmaniah adalah pendahuluan daripada kontrol rokhaniah.
(7) yas tv indriyani manasa
niyamya 'rabhate 'rjuna
karmendriyaih karmayogam
asaktah sa visihyate
artinya :
tetapi orang yang dapat mengendalikan
pancaindrianya dengan pikiran, oh Arjuna
dan bekerja tanpa mementingkan diri
ia itu adalah orang utama
pengendalian pancaindria oleh pikiran perlu sekali untuk membersihkan jiwa dari hawa-nafsu dan keinginan. Pengontrolan alat pancaindria bukanlah berarti menghentikan kegiatan atau tindakkan dan kerja. Pengendalian atau pengontrolan ini penting sekali bagi pemusatan pikiran untuk menjuruskan segala kegiatan dan pancaindria kearah tindakkan dan kerja yang baik dan benar.
Dengan tindakkan dan kerja yang baik dan benar selanjutnya pikiran dapat dipusatkan untuk pekerjaan dan pengabdian yang lebih sempurna tanpa kepentingan diri sendiri. Tindakkan dan kerja yang demikian inilah dapat membebaskan jiwa dari belenggu prakriti (alam, benda jasmaniah).
(8) niyatam kuru karma tvam
karma iyayo hy akarmanah
sarirayatra 'pi cha te
na prasidhyed akarmanah
artinya :
bekerjalah seperti yang telah ditentukan
sebab bekerja lebih baik dari tak kerja
kalau engkau tidak bekerja
kalau sehari-haripun tidak mungkin
perkataan niyatam berarti: pekerjaan yang telah ditentukan. Maksud sloka ini adalah, bahwa tiap-tiap orang dalam hidup mempunyai tugas pekerjaan yang telahditentukan sesuai dengan bakat dan pilihannya sejak ia masih kecil. Sebagai seorang Guru, Krisna mengharapkan agar Arjuna bekerja dan bertindak seperti apa yang telah ditentukan baginya sebagai seorang ksatria.
(9) yajnarhat karmano 'nyatra
loko 'yam karma bandhanah
tadartham karma kauteya
mukta sngah samachara
artinya :
kecuali untuk tujuan berbakti
dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja
karenalah bekerjalah demi bakti
tanpa kepentingan pribadi, oh Kuntipura
perkataan yajna berarti : bakti pengabdian, persembahaan dan yajnartha berarti : semua pekrjaan, nasehat Krisna kepada Arjuna, harus dilaksankan dengan semangat pengabdian, berbakti kepada Yang Maha Esa. Walaupun dunia ini (termasuk juga manusia) dibelenggu oleh hukum kerja, namun kalau kerja itu dilaksanakan dengan motif kepentingan diri sendiri, melainkan demi berbakti dan mengabdi, mak belenggu itu tidak lagi mempunyai kekuatan mengekang.
(10) sahayajnah prajah srishtva
puro 'vacha prajapatih
anena prasavishya dhvam
esha vo 'stv ishta kamadhuk
artinya :
dahulukala Prajapati menciptakan manusia
bersama bakti persembahannya dan berkata:
dengan ini engkau akan berkembang biak
dan biarlah ini jadi sapi perahmu
perkataan prajah berarti : manusia, rakyat, dan perkataan prajapati berarti : pencipta atau Brahman. Perkataan kamadhuk berarti : sapi kepunyaan indra yang dapat memenuhi keinginan manusia. Jadi kisahnya, pada waktu Brahman, Yang Maha Esa menciptakan manusia, ia diberi kekal oleh-Nya seekor sapi kepunyaan Indra untuk diperas susunya. Berbarengan dengan lahirnya manusia itu, lahir pula tugas pekerjaannya untuk berbakti kepada-Nya. Tetapi oleh karena sapi indra itu dapat dipenuhi sehingga ia lupa kepada bakti persembahannya. Demikianlah kisahnya.
(11) devan bhavayata 'nena
te deva bhavayantuvah
parasparan bhavayantah
sreyah param avapsyatha
artinya :
dengan ini, pujalah Dewata
semoga Dewata memberkahi engkau
dengan saling menghormati begini
engkau mencapai kebajikan tertinggi.
Perkataan devan berarti : Devata yaitu kekuatan-kekuatan yang bercahaya yang mengatur fungsi kosmos (alam semesta) ini dalam evolusinya. Untuk mudahnya, ia digambarkan sebagai mahkluk yang lebih tinggi daripada manusia.
Krisna mengajarkan kepada Arjuna dokrim yang menyatakan bhwa manusia harus memuja atau menghormati Dewata, yaitu yang tiada lain daripada kekuata-kekuatan yang mengatur fungsi kosmoskita ini,, sebagai pernyataan terima kasih manusia yang menghormati kekuatan-kekuatan tersebut, berarti mngerti akan tugas dan kewajiban hidupnya. Dan barang siapa mengerti akan tugas kewajibannya akan mencapai kebajikan yang tertinggi. Disini memuja atau menghormati Dewata seperti diterangkan diatas bukanlah persoalan polytheisme atau monotheisme seperti sering diinterpretasikan oleh kaum sarjana atau cerdik pandai. Sebab Dewata atau kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos itu tiada lain daripada bagian Brahman, Yang Maha Esa, yang absolut, seperti halnya jiwa manusia adalah bagian daripada jiwa Yang Tunggal
(12) ishtan bhogan hi vo deva
dasyante yajna bhavitah
tair datt apradayai 'bhyo
yo bhunkte stena eva sah
artinya:
sebab, dengan pujaanmu Dewata
akan memberkahi kebahagian bagimu,
dia yang tidak membalas rahmat ini
kepada-Nya, sesungguhnya adalah pencuri
(13) yajna sishtasinah santo
muchyante sarva kilbishaih
bhunjate te ty agham papa
ye pachanty atma karanat
artinya :
yang baik makan setelah upacara bakti
akan terlepas dari segala dosa,
tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi sendiri
mereka ini, sesungguhnya makan dosa.
Seperti telah diterangkan diatas (lihat sloka 90, yajna berarti bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya, yajna itu dapat dibagi sebagai berikut : (a) Brahma-yajna-berbakti kepada Brahman, Yang Maha Esa, (b) deva-yajna-berbakti kepada para Dewata, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos ini, (c) Pitri-yajna-berbakti kepada nenek moyang dan orang tua, (d) Nri-yajna-memberikan sedekah kepada yang miskin dab sengsara, dan (e) Bhuta-yajna-memberikan makan kepada binatang.
Melakukan yajna kepada mereka yang tersebut diatas itu adalah menjadi tugas manusia dalam hidup ini. Inilah yang dinamakan kerja atau tindakkan. Setiap pembaktian atau pemberian kepada mereka harus dilakukan dengan hati suci dan semangat pengorbanan.
Menurut Krisna. Orang yang baik dan berbudi luhur mendahulukan pembektian ini daripada kebutuhannya sendiri, dan berdosalah orang yang hanya ingat kepada dirinya sendiri menyediakan makanan yang lezat-lezat tanpa ambil pusing terhadap yajna-yajna yang harus dilakukannya.
(14) annad bhavanti bhutani
parjanyad annasambhavah
yajnad bhavanti parjanyo
yajnah karma samudbhavah
artinya :
karena makanan, mahkluk hidup
karena hujan makanan tumbuh
karena persembahan hujan turun
dan persembahan lahir karena kerja
(15) karma brahmodbhavam viddhi
brahma 'kshara samudbhavan
tasmat sarvagatam brahma
nityam yajne paraishthitam
artinya :
ketahuilah, kegiatan kerja lahir dari Brahman
dan Brahman datang dari Yang Maha Esa
dari itu, Brahman yang melingkupi semua
selalu ada disekitar persembahan
dalam kedua sloka diatas ini jelas dilukiskan ajaran tentang hubungan antara kerja, berbakti (persembahan) hidup dan Brahman, yang merupakan suatu prinsip daripada sebab dab akibat pencipta manusia seperti tercantum dalam sloka 10.
Benarlah kiranya kalau direnungkan dari segi ilmu pengetahuan biasa, kerja yang melahirkan persembahan mendatangkan hujan. Contoh yang mudah dapat dimengerti misalnya, dimana tanah tandus, pohon-pohonan tidak ada, maka hujan pun tidak turun. Tetapi kalau tanah-tanah tandus ini dikerjakan dengan semangat pengabdian dan persembahan, ditanami pohon-pohonan sehingga menjadi hutan, maka hujanpun akan turun. Dengan adanya air mahkluk akan hidup. Dan hidup adalah berakar pada Brahman, Yang Abadi. Jadi hidup dan kerja itu berkisar dalam lingkaran persembahan (yajna).
(16) evam pravatitam chakram
na 'nuvartayati 'ha yah
aghayur indriyaramo
mogham partha sa jivati
artinya :
yang tak-ikut memtar roda hidup ini
selalu hidup dalam dosa
menikmati kehendak hawa-nafsunya
oh Parta, ia hidup sia-sia
dalam sloka ini Krisna ingin menjelaskan bahwa manusia individu dan kosmos semesta ini adalah bergantung satu sama lain. Hidup individu manusia dan hidup kosmos semesta saling bergantungan. Ia yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri adalah sia-sia, karena putaran roda hidup adalah disebabkan adanya kerjasama antara manusia dan mahkluk lain yang lebih suci. Demi kerjasama ini perlu adanya persembahan.
(17) yas tv atmaratir eva syad
atmatriptas cha manavah
atmany eva cha samtushtas
tasya karyam na vidyate
artinya :
tetapi mereka yang selalu mengabdi Atman
dan puas akan segala rahmat-Nya
hidup bahagia begini dengan Atman
tiada lagi ikatan kerja baginya
mereka yang hidup penuh dengan semangat berbakti dan rela berkorban, serta menerima apa saja sebagai rahmat-Nya, terbebas dari belenggu ikatan kerja, yang membuat mereka bersatu dengan Yang Maha Semesta.
(18) nai 'va tasya kritena 'rtho
na 'kritene 'ha kaschana
na cha 'sya sarvabhuteshu
kaschid arthavyapasravah
artinya :
tiada lagi ia menharapkan hasil kerjanya
juga tak merasa kehilangan tanpa bekerja
tiada lagi ia tergantung kepada siapapun
untuk maksud memperoleh objek apapun
(19) tasmad asaktha satatam
karyam karma samachara
asakto hy acharan karma
param apnoti purushah
artinya :
dari itu laksanakanlah segala kerja
sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan
sebab kerja tanpa keuntungan pribadi
membawa orang ke-kebahagian tertinggi
dalam tingkatan, kerja dilakukan orang adalah paling mulia apabila ia dilaksanakan tanpa tujuan untuk memperoleh pahala bagi kepentingan diri pribadi. Demikian pula pekerjaan yang disertai dengan persembahan sebagai tanda berbakti, jauh lebih mulia daripada pekerjaan yang mengangkat orang pada penyucian dan kesempurnaan pikiran dan jiwanya.
(20) karmanai 'va hi samsiddhim
asthita janakadyah
loka samgraham eva 'pi
sampasyan kartum arhasi
artinya ;
dengan berja demikian, janaka
dan yang lainya mencapai kesempurnaan
demi kebahagian dan kemanusian didunia
engkau juga harus laksanakan kewajibanmu
perkatan loka samgraha berarti : pengemban kemanusiaan didunia. Disini Krisna memberi contoh orang-orang berjiwa besar yang telah melaksanakan kewajiban hidup mereka untuk kebahagian serta kemanusian dengan jalan menyelamatkan dunia dari kondisi materiil dan moral. Dalam hubungan ini Krisna menyebut nama Raja Janaka.
Janaka adalah raja dari negeri Mithila, ayah dari Sita dewi dan mertua dari Sri rama. Namanya sering disebut-sebut sebagai seorang acharya, sebagai contoh dalam soal-soal membawakan kebahagian bagi rakyatnya dan memupuk rasa kemanusiaan yang agung pada jamannya. Janaka sendiri dalam masa hidupnya mencapai kesadaran jiwa dan kebahagian abadi dengan segala aktivitas kerjanya, tanpa motif-motif kepentingan diri pribadinya, tidak henti-hentinya sampai saatnya terakhir. Rasa "aku" dan "punyaku" tidak ada lagi padanya. Ketika istananya dan segala isi dalam istanan itu musnah terbakar, ia berkata : "Tiada satupun punyaku terbakar".
(21) yad-yad acharati sreshthas
tad-tad eve 'taro janah
sa yat pramanam kurute
lokas tad anuvarrtate
artinya :
apa saja yang dilakukan orang besar
orang lain akan mengikutinya
contoh apa saja yang diberikannya
seluruh dunia akan menurutinya
orang biasa akan selalu mengikuti jejak orang-orang besar dari jaman dahulukala. Orang-orang besar ini memang telah dilahirkan untuk membawa cahaya bagi pikiran dan rakyat biasa dalam menempuh hidup mereka didunia ini. Ada yang lahir sebagai Bagawan, ada pula sebagai Awatara, dan ada pula sebagai Nabi.
(22) yadi by aham na varteyam
trishu lokeshu kimchana
na 'navaptam avaptavyam
varta eva cha karmani
artinya :
tiada sesuatu yang harus Kukerjakan
tiada sesuatu yang harus dicapai
oleh-Ku dalam ketiga dunia ini, oh Parta
namun Aku tetap melaksanakan kerja
(23) yadi hy aham na varteyam
jatu karmany atandritah
mama vartma 'nuvartante
marushyah partha sarvasah
artinya :
sebab, Parta, apabila aku tiada
selalu bekerja tiada kecapaian,
manusia dimana-mana dalam segala
hal akan mengikuti jejak-Ku
(24) utsideyur ime loka
na kuryam karma ched aham
samkarasya cha karta syam
upahanyam imah prajah
artinya :
jika aku berhenti bekerja
didunia ini akan hancur lebur
dan aku jadi pencipta keruntuhan
memusnahkan manusia ini semua
(untuk mengetahui ketiga dunia yang dimaksudkan dalam sloka 22 diatas, baca sloka 1.35). dalam ketiga sloka diatas, sebagian Bagawan atau Rasul Yang Maha Tahu absolut, krisna menyatakan bahwa ia sendiri tidak lagi mempunyai kepentingan apa-apa kecuali membentuk dan mengarahkan kegiatan hidup manusia menuju kekesempurnaan dan kebahagian abadi serta menjaga dan memelihara dunia ini dari keruntuhan dan kemusnahan, dan ketidak adilan.
(25) saktah karmany avimso
yatha kurvanti bhatara
kuryad vidvams tatha 'saktas
chikirshur loka samgraham
artinya :
seperti orang dungu bekerja karena pahala
demikianlah harusnya orang pandai bekerja
tetapi tanpa kepentingan pribadi, oh Parta
melainkan untuk kesejahteraan manusia
(26) na buddhi bhedam janayed
ajnanam karma sanginam
joshayet sarva karmani
vidvan yuktah samacharan
artinya :
janganlah mereka yang bijaksana
membingungkan yang bodoh bekerja bernafsu
melainkan membiarkannya semua bekerja
sambil memberi contoh bekerja berbakti
(Barata = Arjuna) dalam kedua sloka ini Krisna hendak memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang pandai dan bijaksana hendaknya jangan membingungkan dan melemahkan keyakinan mereka yang mempunyai pengetahuan sederhana terhadap kerja mereka dalam hidup ini. Sebab, walaupun mereka bodoh semua pada dasarnya mempunyai rasa tanggung jawab kepada kerja, pangabdian dan kecintaan. Elemen-elemen inilah merupakan fondasi keyakinan mereka. Mungkin karena ketidaktahuan mereka terkadang timbul gejala-gejala yang sukar diteloransikan. Oleh karenanya mereka harus dituntun bukti perbuatan ketja yang nyata sehingga mereka menyontohnya. Ketahuilah bahwa keyakinan mereka adalah lebih luas dan mendalam daripada kepercayaan mereka. Dan mengangkat moral serta budipekerti tidaklah dapat dilakukan dengan jalan meloncat tiba-tiba melainkan setapak demi setapak ketempat yang lebih tinggi.
(27) prakriteh kriyamanani
gunaih karmani sarvasah
ahamkakara vimudhatma
karta 'ham iti manyate
artinya :
setiap gerak kerja disebabkan oleh guna
tetapi orang yang pikirannya bingung
karena diliputi oleh rasa ke-aku-annya
berpikir : "aku inilah pelaksananya"
(28) tattvavit tu mahabaho
guna karma vibhagayoh
guna guneshu vartanta
iti matva na sajjate
artinya :
tetapi mereka yang tahu, oh Mahabahu
perbedaan antara jiwa dan sifat guna
sadar bahwa guna hanya mempengaruhi guna
dan bebas dari ikatan pahala kerja
(29) prakkriter guna sammudhah
sajjamte guna karmasu
tan akritsnavido mandan
kritsnavin na vichalayat
artinya :
mereka yang tertipu sifat guna
terikat pada keinginan yang dihasilakn olehnya
tetapi yang mengerti jangan sampai menyesatkan
mereka yang pengetahuannya tiada sempurna
(Mahabahu = Arjuna Untuk mengetahui istilah guna, baca sloka II.45). guna adalah batas kebebasan manusia yang diperoleh dari kelahiran dan lingkungan yang mempunyai kekuatan membelenggu. Pengalaman hidup seseorang dapat menambah atau mengurangi akumulasi kekuatan belenggu guna ini. Pengalaman ini diperoleh daritindakkan atau kerja selama hidupnya, seperti halnya proses kosmos semesta ini adalah akibat (hasilnya) adalah diperbuatannya sendiri. Tetapi orang yang mengerti dapat membebaskan dirinya dari belenggu guna ini yang berarti pula bebas dari ikatan hasrat mengejar pahala kerja.
(30) mayi sarvani karmani
samnyasya 'dhyatmachetasa
nirasir nirmamo bhutva
yudhyasva vugatajvarah
artinya :
tunjukkan semua kerjamu kepada-Ku
dengan pikiranmu terpusat pada Atman
bebas dari nafsu keinginan dan ke-aku-an
enyahkan rasa gentar dan, bertempurlah!
Seperti dalam sloka-sloka 22, 23 dan 24. Krisna kini menyatakan dirinya bukan hanya sebagai Rasul atau Nabi, melainkan sebagai penjelmahan daripada Brahman, Jiwa atau Atman sendiri, dan menasehatkan kepada Arjuna supaya menyerahkan dan mendedikasikan jiwanya kepada Atman, yang bersemayam dalam tubuhnya. Dengan jalan penyerahan dan pengabdian serupa ini, Arjuna akan dapat menyadari bahwa dirinya adalah sebagai alat belaka sedangkan pelaksanaannya adalah Atman sendiri. Dalam kondisi demikianlah rasa takut dapat dihapus.
(31) ye me matam idam nityam
anutishhanti manavah
sraddhavanto 'nasuyanto
munhyante te 'pi karmabhih
artinya :
mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku
dengan penuh keyakinan serta
bebas dari tetek bengek kebendaan
juga bebas dari belenggu kerja
(32) ye tv etad abhhyasuyanto
na 'nutishthanti me matam
sarvajnana vimudhams
viddhi nashtan achetasah
artinya :
mereka yang telah mencela ajaran-Ku
bukan hanya tidak mengikutinya
juga tidak berperasaan dan hilang kepercayaan
ketahuilah, mereka buta akan kebajikan
(33) sadrisam cheshtate avasyah
prakriter jnanavan api
nigrahah kim karishyati
artinya :
manalkala orang bijaksana berbuat
menurut sifat0sifat kebijaksanaannya
semua mahkluk menurut sifatnya pula,
apakah yang dapat diselesaikan dengan paksa
memang Krisna mengakui bhwa banyak orang yangtidak mengikuti, malaham mencela, ajarannya. Hal ini dapat dijelaskan sebab-sebabbya yang terletak pada sikap orang masing-masing, baik yang pandai maupun yang bodoh. Pada mereka ini, kekuatan belenggu prakriti yang termanifestasikan dalam sifat guna menjadi sifat mereka sendiri. Maka itu sering orang mengatakan : "Aku tidak dapat melakukan hal ini, sebab tidak sesuai dengan sifat-sifatku". Demikian kuat belenggu prakriti sehingga orang tidak mungkin dipaksa lagi. tEtapi ini bukan berarti bahwa apa yang dinyatakan dalam sloka-sloka II.61 dan II.68 tidak dapat dilakukan. Tenaga dan pikiran manusia harus dapat diarahkan untuk mencapai pengekangan hawa-nafsu sampai pada saat terakhirnyapun (apabila perlu), sebab kemajuan bukan kemunduran dan penyucian bukan penodaan menjadi sifat jiwa yang sesungguhnya.
(34) indriyasye 'ndriyasya 'rthe
raga dveshau vyavasthitau
tayor na vasam agachchet
tau hy asya paripanthinau
artinya :
cinta dan benci pada suatu objek keinginan
terletak pada objek keinginan itu sendiri
janganlah ada yang menyerahkan kepada keduanya
sebab keduanya merupakan penghalang belaka
mendengar sesuatu objek dari pendengaran, demikian pula melihat sesuatu adalah objek dari penglihatn. Orang boleh menyatakan suka atau tidak suka atas objek pendengaran atau penglihatannya, tetapi orang harus mengerti bahwa kesukaan atau ketidak-sukaanya adala timbul dari emosinya. Kalau orang ini menjadi korban dari emosinya, maka rasa senang dan tidak senang (cinta dan benci) menguasai kesadaranya. Dalam kondisi yang demikian, hidupnya tidak bertujuan lagi dan inteleknya hilang, tidak ubahnya seperti binatang biasa. Emosi inilah yang harus ditundukkan.
(35) sreyan svadharmat vigunah
paradharmat svanushthitat
svadharme nidhanam sreyah
paradharmo bhayavahah
artinya :
lebih baik menunaikan kewajiban sendiri walau selesainya tiada sempurna
daripada tugas orang lain walau dengan baik;
daripada dalam kewajiban orang lain
daripada dalam kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.
Dalam sloka ini Krisna ingin menyinggung keinginan Arjuna yang memilih hidup sebagai peminta-minta daripada bertempur dan membunuh sanak-kandangnya (seperti dinyatakan dalam sloka II.5). peminta-minta dalam hubungan ini dimaksudkan bhikshu atau samnyasi, yang dalam tradisi dan agama dimaksudkan orang yang menanggalkan semua hidup keduniawian ini, dan pergi betapa mencari kebenaran abadi. Untuk hidup sederhana sekedarnya sehari-hari, ia pergi meminta-minta.
Hal ini tidaklah disetujui oleh Krisna, sebab svadharma(kewajiban sendiri). Arjuna sebagai ksatria adalah menunaikan tugas dimedan pertempuran, seperti halnya petani svadharmanya adalah mengerjakan sawah ladang, nelayan svadharmanya adalah menangkap iakan, dan seterusnya. Kalau ada orang yang meletakkan tugas kewajibanya sendiri lalu mengerjakan pekerjaan orang lain, masyarakat akan jadi kacau, dan dimata yYang Maha Esa nilai terakhir daripada hasil tugas kewajiban seseorang adalah letak pada semangat pengabdian yang diletakkan pada kerja itu sendiri. Semangat pengabdian yang diletakkan pada suatu kerja membersihkan jiwanya dan mendekatkan kepada ke-bahagian abadi.
(36) arjuna uvacha:
atha kena prayukto 'yam
papam charati purushah
anichchhannapi varshneya
balad iva niyojitah
artinya :
Arjuna bertanya:
Tetapi apakah, oh Warsneja
Yang mendorong orang berbuat dosa
Walau bertentangan dengan nuraninya
Seolah-olah dengan paksa?
(Warsneja + keturunan bangsa Wrisni, yaitu yang dimaksud adalah Krisna). Kini arjuna mulai dengan pertanyaan baru, karena (sebagai halnya sendiri) ia merasa bahwa orang sering merasa terpaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kemauannya (anichcannapi).
(37) sribhagavan uvacha:
kama esha krodha esha
rajoguna samud bhavah
mahasano mahapapma
viddhy enam iha vairinam
artinya :
Sri Bagawan menjawab:
Itulah amarah, itulah nafsu
Lahir daripada sifat guna
Keduanya memusnahkan, penuh dosa
Ketahuilah, kedua ini adalah musuh
Perkataan rajoguna berasal dari kata-kata rajas + guna yang berarti sifat guna yang penuh dengan nafsu (selanjutnya baca sloka II.45, tentang kata-kata rajas dan guna). Mahasano = memusnahkan, mahapapma = penuh dosa. Kama = nafsu. Krodha = amarah. Menurut orang arif bijaksana amarah berasal dari nafsu yang terhalang menjadi = amarah. Dengan perkataan lain nafsu dan amarah adalah sama (sloka II.2a).
(38) dhumena 'vriyate vahnir
yatha 'darso malena cha
yatho 'ibena 'vrito garbhas
tatha tene 'dam avritham
artinya :
bagai api diselubungi asap
bagaikan cermin diliputi debu
bagai bayi dibungkus dalam kandungan
demikian pula Dia diselimuti olehnya
perkataan "Dia" dan "olehnya" dalam kalimat terakhir sloka ini masing-masing dimaksudkan Jiwa atau Atman dan nafsu atau amarah. Demikianlah kalau orang lagi bernafsu atau amarah jiwanya tertutup oleh sifat-sifat guna yaitu sattva, rajas dan tamas, yang tergantung pada tingkatan nafsu dan amarahnya. Makin keras nafsu atau amarahnya, makin kuat pula jiwanya tertutup oleh sifat guna itu.
Apabila nafsu dan amarahnya tiada begitu keras, maka jiwanya diselubungi oleh sifat guna sattva yang diibaratkan seperti api diselubungi asap, kalau ada angin sedikit saja asap dapat diterbangkan dan apipun segera kelihatan. Manakala nafsunya atau amarahnya bertambah keras, maka jiwnya diliputi oleh sifat guna rajas yang diibaratkan seperti cermin diliputi debu, dimana diperlukan usaha untuk mengosok debu itu sehingga cerminnya kelihatan. Tretapi kalau nafsunya atau amarahnya sangat keras, maka jiwanya dibungkus dalam kandungan, dimana dibutuhkan waktu, usaha dan keahlian supaya Jiwa atau Atman harus dibebaskan dari ketiga macam guna ini yang merupakan sifat, atribut dan karekter daripada prakriti atau benda jasmaniah dalam dunia kita ini.
(39) aviritam jnanam etena
jnanino nityavairina
kamarupena kaunteya
dushpurena 'nalena cha
artinya :
tutuplah ilmu pengetahuan, Kuntipura
bagi mereka yang arif bijaksana
oleh hawa nafsu yang tidak puas-puasnya
yang merupakan musuh utama
hawa nafsu utama dari kemanusian. Bagi 100 orang yang bodoh, yang mempunyai pikiran yang sangat sederhana, hawa-nafsu itu tidak demikian rupa mencekammya seperti pada orang yang pandai, yang mempunyai pikiran yang cerdas.
Bagi prang bodoh hawa nafsu itu menyiksanya sesaat saja, orang pandai haewa0nafsu itu menyiksanya lebih kejam lagi, sebab makin berusaha ia memenuhi hawa nafsunya dengan objek keinginannya, makin besar pula berkobarnya hawa-nafsu tersebut, ibarat api yang diberi bahan bakar terus-menerus makin menjela-jela. Maka itu hawa nafsu adalah musuh utama! Manusia yang konstan.
(40) indriyani mano buddhir
asya 'dhishthanam uchyate
etair vimohayaty esha
jnanam avritya dehinam
artinya :
pancaindria, hati dan pikiran
adalah kendaraan baginya
dengan menutup ilmu pengetahunan olehnya
menyebabkan bingungnya jiwa dalam badan
Apabila hawa nafsu telah menaklukan pancaindria, maka selanjutnya ia menaklukan hati dan kemudian menundukkan pikiran (intelek); dan akibatnya adalah kemusnahan (sloka II. 62-63).
(41) tasmat tvam indriyany adau
niyamya bharatarshabha
papmanam prajahi hy enam
jnana vijnana nasanam
artinya :
dari itu, oh Barat yang terbaik
kendalikanlah pancaindriamu pertama
dan basmilah nafsu yang penuh dosa
perusak segala ilmu pengetahuan dan kebajikkan
kata-kata jnana dan vijnana masing-masing berarti : ilmu pengetahuan dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari pengelaman dan perbandingan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam hidup ini.
(42) indriyani parany anhur
indriyebhyah param manah
manasas tu para buddhir
yo buddhch paratas tu sah
artinya :
orang mengatakan pancaindria itu besar
lebih besar daripada adalah nurani
lebih besar dari nurani adalah intelek
tetapi lebih besar dari intelek adalah Dia
Perkatan manah berati : hati, nurani. Perkataan "lebih besar" mengandung pula pengertian "lebih besar" dan "lebih agung".
(43) evam buddheh param buddhva
satstabhya 'tmanam atmaua
jahi satrum mahabaho
kamarupam durasadam
artinya :
jadi mengetahui Dia lebih agung dari intelek
dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa
basmilah musuhmu dalam bentuk hawa nafsu
yang tidak mudah ditundukkan, oh Mahabahu
kesadaran harus ditumbuhkan langkah demi langkah, yang memang tidak bisa lompat sekaligus. Pertama-tama kesadaran ditumbuhkan dari pengertian pada kendali pancaindria, kemudian lebih tinggi pada kontrol nurani dan selanjutnya pada analisa intelek. Secara ethika, manusia harus mengendalikan pancaindrianya terlebih dahulu sebagai sesuatu yang sangat rumit, kemudian mengontrol pikirannya dan akhirnya menyadarkan jiwanya untuk bersatu dengan atman. Secara metaphisika, manusia harus memisahkan jiwanya dari pancaindria, kemudian dari nuraninya dan selanjutnya dari inteleknya, sehingga ia sadar bahwa jiwanya adalah bagian daripada Jiwa atau Atman, yang Maha Langgeng. Demikianlah tingkatan kesadaran yang dinyatakan dalam sloka 42.
Jadi dengan kesadaran yang telah ditingkatkan lebih tinggi, maka ego yang sangat gelisah dalam diri manusia dapat dikendalikan dengan sinar cahaya Jiwa Yang Maha Langgeng. Dan dengan terkendalinya ego ini manusia mencapai kedamaian jiwa yang dengan mudah dapat menundukkan hawa-nafsu dari dirinya sendiri sebagai musuh utama.
Demikian Bab III ini mengeungkapkan penting artinya kerja yang dilaksanakan tanpa mementingkan pahala untuk diri sendiri, melainkan untuk kesejahteran dan kebahagian umat manusia didunia ini, dengan jalan kesadarn jiwa yang menjadi bagian daripada Jiwa Yang Maha langgeng.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
Brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnajunasamvade
Karmayogo nama tritiyo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ketiga Upanishad
Bhagavadgita menegnai ilmu pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab Suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul KARMAYOGA
BAB 5
IV. PERCAKAPAN KEEMPAT
JNANA YOGA
Krisna menjelaskan bahwa ialah yang mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini pertama kalinya, dan ia adalah inkarnasi Avatara (Nabi) yang menjelma kedunia dikala Dharma hendak sirna.
Dalam Bab keempat ini dijelaskan : dengan ilmu pengetahuan arti kerja, kerja yang salah, tak-kerja dan jalan kerja dapat diketahui. Ilmu-pengetahuan suci menuntun kita bekerja tanpa hawa-nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi tanpa mengaharap sesuatu dan puas akan seadanya, rela melepaskan milik segalanya, sadar bahwa hanya badan jasmaniah yang bekerja, bebas dari pertentangan dualisme, menguasai pancaindria, pikiran dan hati terkendalikan.
Banyak cara berbakti : dengan mempersembahkan harta benda dengan tapa brata, dengan yoga dan sebagainya. Tetapi berbakti dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan adalah lebih bermutu, sebab pada keseluruhannya kerja berpusat pada ilmu-pengetahuan
Dengan perahu ilmu-pengetahuan seluas-luas lautan dosa dapat disebrangi.
Dengan pikiran berpusat pada ilmu-pengetahuan, melaksanakan kerja dengan penuh kepercayaan dengan pengabdian pada Brahman, inilah tugas hidup kita.
IV. Percakapan keempat
(1) sribhagavan uvacha:
imam vivasvate yogam
proktanam aham avyayam
vivasvan manave praha
manur ikshvakave 'bravit
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Yoga yang langgeng abadi ini
Aku turunkan mengajarkan kepada Wiwaswan
Wiwaswan mengarkan kepada Manu
Dan Manu menerangkan kepada Iswaku
Wiwaswan adalah personifikasi dari Batara Surya, Dewa Matahari. Ia adalah mahkluk pertama yang diciptakan oleh Brahman, dan ia sendiri mempelajari yoga ini dari Brahman, kemudian Wiwaswan mengajarkan yoga ini kepada Manu, pencipta dan penegak hukum undang-undang kehidupan manusia. Manu kemudian mengejarkan yoga ini kepada Iswaku, nenek moyang pertama dari dinasti bangsa ksatria keturunan Dewa Matahari. Iswaku-lah yang pertama-tama melaksanakan ajaran-ajaran hukum dan undang-undang yang diciptakan oleh Manu, yang disebut Manusmriti dalam pemerintahannya sebagi Raja. Dia pulalah yang meneruskan ajaran-ajaran yoga ini kepada generasi-generasi sesudahnya.
(2) evam paramparapraptam
imam rajarshayo viduh
sa kalene 'ha mahata
yogo nashtah paramtapa
artinya :
demikianlah diteruskan turun-temurun
pada pandita bangsawan mengetahuinya
hingga dalam masa yang sangat panjang
hilang lenyap didunia ini, oh Parantapa
disini Krisna ingin menjelaskan kepada Arjuna (Parantapa = ia yang menaklukan musuh-musuhnya), bahwasanya ilmu pengetahuan tentang yoga ini sungguh sangat tua sekali, yaitu sejak dimulainya penciptaan pertama oleh Brahman, Tuhan Yang Maha Esa. Karena sangat tuanya, dalam perjalanan waktu yang beratus-ratus bahkan beribu-ribu abad lamanya, ilmu pengetahuan yoga ini kerapkali hampir lenyap ditelan masa.
(3) sa eva 'yam maya te 'dya
yogah proktah puratanah
bhakto 'si me skha che 'ti
rahasyam hy etad uttamam
artinya :
yoga yang tua itu pulalah
yang Ku-ajarkan kepadamu kini
sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku
inilah rahasianya yang terutama
dalam kedadaan pudar, bagaikan nyala lilin yang hampir mati dihembuskan angin ajaran-ajaran yoga yang kekal abadi ini, yang hampir lenyap ditelan jaman. Perlu diselamatkan dan diajarkan kembali kepada manusia demi kesejahteraan masyarakat. Demikianlah Brahman menjelma kedunia berulang kali pada saat-saat umat manusia menghadapi kris kemusnahan lahir dan batin, dalam bentuk manusia yang berjiwa seperti Nabi-nabi dan pemimpin-pemimpin agama Mahavira, Gautama Buddha, Krisna dan sebagainya.
Dalam sloka ini Krisna mengungkapkan suatu rahasia yang tertinggi dimana Dia memandang Arjuna sebagai pengikut (bhakta) dan kawan (saktha) Nya. Ini berarti betapa dekatnya hubungan Tuhan dengan manusia yang akan mencapai kesadaran yang tinggi dalam menemukan yang abadi dalam hidup ini.
(4) arjuna uvacha:
aparam bhavato janma
param janma vivasvatah
katham etad vijaniyam
tvam adau proktavan iti
artinya :
Arjuna bertanya:
Kelahiran-Mu baru belakangan kini
Sedang kelahiran wiwaswan adalah dahulu
Bagaimana aku dapat mengerti
Engkau mengajarkannya pada mulanya?
Dalam sloka ini Arjuna bertanya-tanya kepada Krisna dalam istilah pengertian sejarah, betapa mungkin kiranya Krisna yang ada dihadapanya kini pada jaman dahulu sekali dapat mengejarkan yoga yang teramat tua ini kepada wiwaswan. Memang arjuna sendiri belum mengerti, bahwasanya yoga yang kekal-abadi ini tidak mengenal waktu dalam artian sejarah yang digambarkan oleh manusia. Waktu yang dihubungkan dengan sejarah oleh manusia adalah bersifat relatif, sedangkan Brahman Yang Maha absolut Langgeng, yang selalu ada dahulu dan sekarang tidak dibatasi oleh waktu.
(5) sribhagavan uvacha:
bahuni me vyatitani
janmanbi tava cha 'rjuna
tany aham veda sarvani
na tvam vettha paramtapa
artinya :
Sri bagawan berkata:
Banyak kelahiran-Ku dimasa lalu
Demikian pula kelahiranmu, arjuna
Semuanya ini Aku tahu
Tetapi engkau sendiri tidak, Parantapa
Disini Krisna menerangkan kepada Arjuna tentang reinkarnasi atau numitis atau penjelmahan kembali. Referensi yang dikemukan oleh Krisna disini hendaknya dihubungkan dengan lahirnya kedunia manisfestasi Brahman dalam wujud Avatara, yaitu reikarnasi dari pada-Nya. Kelahiran-Nya dan kelahiran arjuna sendiri sebagai manusia biasa dimasa-masa yang lampau haruslah diartikan bahwasanya Krisna sebagai manisfestasi. Dia Yang Maha langgeng selalu sadar akan kelahiran ini, sedangkan arjuna sendiri tidak.
(6) ajo 'pi sann avyayatma
bhutanam isvaro 'pi san
prakritim svam adhishthaya
sambhavamy atmamayaya
sambhavamy atmamayaya
artinya :
walaupun aku tak terlahirkan, tak termusnahkan
dan aku adalah pencipta mahkluk hidup
segala namun atas pengeasan sifat-Ku sendiri
dan denga kekuatan maya-Ku aku menjelma
perkataan atmayaya berarti : dengan kekuatan mayaku aku menjelma. Maya adalah kekuatan pikiran untuk menciptakan bentuk kelihatannya nyata, tetapi sebenarnya hanya berupa ilusi. Krisna, sebagai penjelmahan Brahman yang menguasai prakriti, dengan sadar lahir kedunia tanpa mengalami proses hukum karma, yaitu dengan kekuatan maya ini.
Tetapi hidup dan pembentukkan jasmani dari mahkluk biasa, seperti halnya Arjuna sendiri, bukanlah atas kehendak sendiri, melainkan oleh prakriti yang dikuasai oleh sifat ketidak-tahuannya. Maka ia menjelma lagi dan menjelma lagi tidak henti-hentinya.
(7) yada-yada hi dharmasya
glanir bhavanti bhatara
abhyutthanam adharmasya
tada 'tmanam srijamy aham
artinya :
manakala dharna hendak sirna
dan adharma hendak merajalela
saat itu, wahai keturunan Batara
aku sendiri turun menjelma
perkataan dharma berarti : kebenaran spiritual, dan adharma berarti : ketidak-benaran atau dosa.
Arjuna juga dipanggil dengan sebutan "batara" atau "keturunan Batara" sebab Batara adalah kakek dari kuru sedangkan kuru adalah nenek-moyang Kaurawa dan Pandawa, seperti telah dijelaskan dalam Bab I (PERCAKAPAN PERTAMA).
(8) paritranaya sadhunam
vinasaya cha dushkritam
dharma samsthapanarthaya
sambhavami yuge-yuge
artinya :
demi untuk melindungi kebajikkan
demi untuk memusnahkan kejaliman
dan demi untuk menegakkan dharma
aku lahir kedunia dari masa-ke-masa
perkataan yuga berarti : abad, jaman atau masa. Krisna sebagai avatara (yaitu penjelmahan Brahman) lahir kedunia pada jaman dimana kebajikkan diteror dan kebenaran diperkosa, yang pada masa peperangan besar Mahabarata berkecamuk yang memusnahkan segala. Demi untuk melindungi kebajikkan dan menegakkan kebenaran bagi umat manusia inilah Krisna lahir kedunia. Satu yuga abad diantara kelahiran seorang avatara yang satu dan avatara yang lain. Tetapi pengertian satu abad disini haruslah diartikan dalam hubungannya dengan sejarah spirituil manusia, dan bukan satu abad yang berarti 100 tahun.
(9) jamna karma cha me divyam
evam yo vetti tattvatah
tyaktva deham punarjanma
nai ;ti mam eti so 'rjuna
artinya :
dia yang mengenal rahasia inti
perbuatan dan kelahiran-Ku yang suci
tak menjelma lagi setelah meninggalkan jasmaninya
dan datang kepada-Ku, oh Arjuna
disini Krisna sebagai seorang avatara menjelaskan misteri jiwa manusia yang telah mencapai kesempurnaan bersatu dengan Brahman. Sebagai seorang avatara Krisna juga memenuhi proses kosmos ini, yaitu hidup bersama-sama dan ditengah-tengah manusia, dengan maksud mendidik dan memberi contoh kepada manusia kehidupan spirituil dan mencapai kelepasan.
(10) vita raga bhaya krodha
manmaya mam upasritah
bahavo jnana mpasa
puta madbhavam agatah
artinya :
terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci
bersatu dan berlindung pada-Ku
dibersihkan oleh budi pekerti
banyak yang telah mencapai diri-Ku
dalam sloka ini dijelaskan bahwa untuk memasuki kehidupan abadi, bersatu dengan Brahman, tiadalah sesuatu yang amat sukar atau paling istimewa, asalkan seseorang dapat membebaskan dirinya dari ketiga musuh dalam hidup ini yaitu hawa nafsu dan amarah (benci). Dan jalan untuk itu adalah jnana tapasa, disiplin dan kesucian budipekerti.
(11) ye yatha mam prapadyante
tams tathai 'va bhajamy aham
mama vartma 'nuvartante
manushyah partha sarvasah
artinya :
jalan manapun ditempuh manusia
kearah-Ku semuanya Ku-terima
dari mana-mana semua mereka
menuju jalan-Ku oh parta
dalam sloka ini Krisna menyatakan bahwa Tuhan menemui tiap orang yang mengharapkan karunia daripada-nya dan menerima mereka yang menempuh jalan-Nya. Dia tidak hendak mengahapus harapan tiap-tiap orang yang tumbuh menurut kodratnya dan tiada berat sebelah. Hanya pada masing-masing orang menurut jalan dan kepercayaannya sendiri untuk mencapai Dia-lah terletak perbedaan, yang bukan merupakan pilihan-Nya.
Jalan upacara, jalan sembhayang, jalan falsafah atau jalan meditasi semuanya Tuhan yang satu. Disini Krisna tidak menyebut cara, jalan atau agama yang tertentu untuk mencapai hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hanya orang yang belum spirituil dewasalah tidak bisa mengakui cara atau jalan orang lain untuk mencapai Dia Yang Satu.
(12) kankshantah karmanam siddhim
yajanta iha devatah
kshipram hi manushe loke
siddhir bhavati karmaja
artinya :
mereka yang mengharapkan buah kerja
disini berbakti kepada para-dewata
sebab didunia manusia hasil kebaktian
segera lahir dari pengorbanan
sloka ini mencoba menjelaskan bahwa dalam dunia manusia kita ini hasil kebaktian dapat segera lahir menjadi kenyatan, tetapi tidak demikian halnya dalam dunia spirituil yang lebih tinggi, untuk mencapai kelepasan.
(13) chatur varnyam maya srishtam
guna karma vibhagasah
tasya kartaram api mam
viddhy akartaram avyayam
artinya :
catur warna adalah ciptaanku
menurut pembagian kwalitas dan kerja
tetapi ketahuilah walau pencitanya
aku tidak berbuat dan merobah diri-Ku
perkataan chatur varna berarti: empat warna atau empat kategori dalam masyarakat manusia, yang didasarkan atas guna dan karma. Adapun yang dimaksudkan dengan dasar guna dan karma ini ialah sifat, atribut dan karakter (kwalitas) dan kerja seseorang anggota masyarakat terhadap pengebdiannya kepada kehidupan spirituil, mencapai kelepasan menuju Brahman. Referensi agama tentang chatur warna ini adalah empat kasta, yaitu : brahmana (pendita dan alim-ulama), kesatria (prajurit dan pahlawan), waisia (pengusaha dan pedegang) dan sudra (pekerja dan pelayan).
Krisna menekankan disini bahwa pembegian kwalitas dan kerja (guna dan karma ) bukanlah didasarkan atas status, melainkan pengabdian dan pengorbanan
(14) na mam karmani limpanti
na me karmaphale spriha
iti mam yo 'bhijanati
karmabhir na sa badhyate
artinya :
kerja tidak membawa akibat kepada-Ku
juga Aku tidak mengharapkan pahala kerja
mereka yang mengetahui Aku begitu
tidak lagi terikat oleh kerja
dalam sloka ini Krisna mencoba menerangkan betapa seseorang walaupun bekerja namun terbebas dari segala ikatan dan akibat kerja itu sendiri, dengan memberi contoh yang agung seperti apa yang telah dikerjakan (perhatikan sloka diatas, IV.13) sendiri oleh-Nya.
(15) evam jnatva kritam karma
purvair api mumukshubhih
kuru karmai 'va tasmat tvam
purvaih purvataram kritam
artinya :
mengetahui ini, orang dijaman dahulu
melaksanakan kerja mencapai kelepasan
karena itu, bekerjalah engkau
seperti mereka dahulu kala itu
orang-orang yang berfikir sederhana melaksanakan kerja untuk membersihkan jiwa sendiri (atmasuddhyartham) dan orang-orang yang arif-bijaksana melaksanakan kerja demi kesejahteraan umat manusia didunia (lokasamgrahartham). Ini dilasanakan oleh orang-orang dijaman dahulu juga mengetahui hal ini. Arjuna diharapkan untuk melaksanakan kerjanya sebagai ksatria.
(16) kim karma kim akarme 'ti
kavayo 'py atra mahitah
tat te karma pravakshyami
yaj jnatva mokshyase 'subhat
artinya :
apakah kerja? Apakah tak kerka?
Para cendikiawan pun bingung pula
Hendak Ku-beritahu, dan setelah mengetahuinya
Engkau akan terbebas daripada dosa
(17) karmano hy api boddhavyam
boddhavyam cha vikarmanah
akarmanas cha boddhavyam
gahana karmano gatih
artinya :
orang harus tahu srtinya kerja
demikianpula kerja yang salah
dan juga makna daripada tak-kerja
sungguhnya dalam artinya jalan kerja
kata-kata karma, vikarma dan karma dalam istilahnya sendiri berarti : kerja, kerja yang salah dan tak kerja.
Untuk menjelaskan lebih jauh akan arti kerja ini, dengan sangat hati-hati Krisna menerangkan bahwasanyaada tiga macam kerja yang klasifikasinya seperti berikut : (a) kerja (karma) yang lazim dilaksanakan tanpa mengharapkan buahnya, tiadalah mengikat; tetapi kalau kerja ini disertai dengan kepentingan-kepentingan pribadi, maka ia akan mengikat. (b) kerja yang salah (vikarma), termasuk kejahatan, pembunuhan, berbohong, jinah dan sebaginya, yang pada dasarnya memang mempunyai maksud-maksud tertentu, pasti mengikat. (c) tak kerja (akarma) vyang dilaksanakan baik jasmaniah maupun rokhaniah, tanpa keinginan atau motif apapun, tidak mengikat sama sekali. Ketiga macam kerja ini harus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh.
(18) karmany akarma yah pasyed
akarmani cha karma yah
sa buddhiman manushyeshu
sa yuktah krisnakarmakrit
artinya :
dia yang melihat tak kerja
dalam kerja dan kerja dalam tak-kerja
diantara manusia adalah bijaksana,
seorang yogi, walau dia terus bekerja
kerja (karma) walaupun dilaksanakan secara aktif oleh orang arif-bijaksana, tetapi karena tanpa kepentingan pribadi, maka ini adalah sama dengan tak-kerja (akarma). Tak-kerja (akarma) oleh orang yang bodoh diartikan tidak berbuat apa-apa, non aktif jadi akibatnya adalah malas; bermalas-malas dalam hidup ini,sama artinya dengan kerja (karma) yang disertai dengan motif-motif kepentingan pribadi, sebab kedua-duanya mengikat yang berarti tidak membersihkan jiwa untuk tujuan spiritual. Seseoarng yogi (budiman arif-bijaksana) mengetahui semua ini, dan walaupun ia bekerja terus, namun tidak ada sesuatu yang mengikat. Ia telah membersihkan jiwanya dari segala ikatan.
(19) yasya sarve samarambhah
kama samkalpa varjitah
jnanagni dagdha karmanam
tam ahuh panditam budhah
artinya :
yang bekerja tanpa nafsu dan motif
kerjanya dibakar api ilmu-pengetahuan
dinamakan orang-orang arif
sebagai seorang pendita budiman
perkataan pandita berarti : orang yang mencapai kebesaran jiwa. Kalimat "karyanya di bakar api ilmu pengetahuan" artinya segala pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan. Ia terbebas dari ikatan keduniawian menuju kelepasan
(20) tyaktva karma phala sangam
nityatripto nirasrayah
karmany abhipravritto 'pi
nai 'va kimchit karoti sah
artinya :
tanpa mengharapkan hasil kerja
selalu gembira, bebas dari segala
walaupun terus tekun bekerja
sesungguhnya ia tidak berbuat apa-apa
(21) niratsir yatachittatma
tyakta sarva parigrahah
sariram kevalam karma
kurvan na 'pnoti kilbisham
artinya :
tanpa mengaharpkan sesuatu apa
dengan pikiran dan hati terkendalikan
dan rela melepaskan milik segalanya
hanya jasmaniah bekerja, dia tidak berdosa
dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwasanya seseorang yang telah membebaskan jiwanya dari belenggu, bekerja hanya secara jasmaniah, ibarat orang tidur yang bergerak hanyalah badannya sedangkan jiwanya tidak berbuat apa-apa.
Dalam tingkatan ini orang telah mencapai kebajikan, terlepas dari hawa-nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Jiwanya lalu ibarat cermin yang membayangkan hasrat kesucian mempunyai kekuatan spirituil untuk mencapai Brahman.
(22) yadrichchha labha samtushto
dvandvatito vimatsarah
samahdiddhav asiddhau cha
kritva 'pi na nibadhyate
artinya :
puas akan apa-apa diperoleh seadanya
terbebas dari dualisme pertentangan
tanpa irihati, tenang dalam sukses dan kegagalan
walaupun ia bekerja, ia tidak terikat
baik dan buruk panas dan dingin, spritual dan duniawi dan sebagainya adalah dualisme yangs elalu bertentangan. Orang yang telah membebaskan jiwanya dari dualisme yang bertentangan tersebut diatas, tiada lagi terikat oleh kerja yang ia laksanakan.
(23) gatasangasya muktasya
jnanavasthita chetasah
yajnaya 'charatah karma
samagram praviliyate
artinya :
yang bebas, terlepas dari ikatan
pikiran terpusat pada ilmu pengetahuam
melaksanakan kerja demi pengabdian
segala kerjanya menuju kelepasan
sloka-sloka 19 sampai dengan sloka23 ini menguraikan kerja yang terlepas dari segala ikatan. Dalam sloka III.9 dikatakan bahwa kerja yang diperuntukkan bagi kepentingan berbakti tiada mengikat. Dan dalam sloka diatas ini Krisna menjelaskan bahwa kerja (karma0 yang mestinya membawa pahalapun kalau dilaksanakan dengan penuh pengabdian akan tidak lagi megikat, sebab kerja + pelaksana +hasilnya semua ditunjukan kepada Brahman.
(24) brahma 'rpanam brahma havir
brahmagnau brahmana hutam
brahmai 'va tena gantavyam
brahma karma samadhina
artinya :
dipujanya Brahman, persembahannya Brahman
oleh Brahman dipersembahkan dalam api Brahman
dengan memusatkan meditasinya kepada Brahman
dalam kerja ia mencapai Brahman
bila seseorang telah memusatkan segala sesuatunya dalam hidupnya kepada Brahman. Tuhan Yang Maha Esa, maka alat dan tujuan kerjanya, demikian pula sebab dan akibat kerjanya. Menjadi satu dan hukum kerja lenyap tidak terbekas lagi, dan ia mencapai Brahman.
(25) daivam eva 'pare yajnam
yoginah paryupasate
bbrahmagnav rahmanav apare yajnam
yajnenai 'vo 'pajuhvati
artinya :
beberapa yogi memuja Dewata
yang lain mempersembahkan sajian
dengan jalan membaktikan pemujaan
ini kedalam api Brahman
sloka ini menyatakan bahwasanya bagi orang yang belum mencapai kesadran yang tinggi adalah wajar kalau ia memuja Tuhan dengan mempersembahkan saji-sajian dalam upacara keagamaan. Tidaklah kiranya wajar dan adil kalau sekiranya ia disuruh berbuat lain daripada kemampuan materiil dan spirituil yang ada pada jiwanya. Namun satu hal yang nyata, bahwa apa yang ia kerjakan adalah untuk berbakti kepada Tuhan.
(26) srotradini 'ndriyany anye
samyamagnishu juhvati
sabdadin vishayan anya
indriyagnishu juhvati
artinya :
ada yang mengorbankan penglihatan
dan panindria lainya dalam api-disiplin
yang lain mengorbankan objek suara
dan objek lainya dalam api-nafsu keinginan
disini pengorbanan pancaindria (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan penyentuhan) dimaksudkan membatasi dan mengontrol alat-alat pancaindria (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit)untuk tidak leluasa mencari kenikmatan. Demikian pula mengorbankan objek-objek (suara yang merdu, pemandangan yang indah, bau yang harum, makanan yang lezat dan benda-benda yang mahal dan halus) dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari segala hawa-nafsu dan keinginan akan objek atau benda serba duniawi, mewah dan mahal. Semua ini dapat dilaksanakan dengan api-disiplin, yaitu dengan disiplin yang teguh dan menyala-nyala sehingga membakar segala nafsu dan keinginan sanpai musnah.
(27) sarvani 'ndriya karmani
prana karmani cha 'pare
atma samyama yogagnau
juhvati jnanadipite
artinya :
yang lain lagi mengorbankan semua kerja
pancaindria dan kekuatan sakti yoginya
kedalam api disiplin jiwanya
yang dinyalakan oleh ilmu-pengetahuan
ini adalah selangkah lebih mendalam daripada yang dinyatakan dalam sloka 26 diatas, yaitu tenggelam dalam renungan meditasi yang berpusat pada Brahman.
(28) dravyayajnas tapoyajna
yogayajnas tatha 'pare
svadhyaya jnanayajnas cha
yatayah samsitavratah
artinya :
ada yang mempersembahkan harta, ada tapa
ada yoga, dan yang lain pula
pikiran terpusat dan sumpah berat
mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi
dalam sloka ini diuraikan lima macam cara berbakti kepada Brahman, yaitu dengan jalan (1) persembahan rituil dengan benda-benda seperti saji-sajian, (2) bertapa, (3) yoga seperti yang diajarkan oleh Petanyali dalam yogasutra, (4) stude seperti diuraikan dalam Upanisahad dan (5) pendidikan budi.
(29) apane juhvati pranam
prane 'panam tatha 'pare
pranapanagati ruddhva
pranayama parayanah
artinya :
ada pula mengatur nafas sebagai persembahan
dengan jalan mengontrol nafas keluar dan masuk
mempersembahkan prana dalam apana
dan apana dalam prana sebagai kebaktian
perkataan pnanayama berarti : pengetur atau kontrol pernafasan Prana = nafas masuk. Dalam hubungan pranayama terdapat suatu ajaran yang disebut hathayoga, dimana segala sesuatu mengenai arti dan pelaksanaan pengaturan pernafasan ini diuraikan dengan jalan
(30) apare niyata harah
pranan praneshu juhvati
sarve 'py ete yajnavido
yajna kshapita kalmashah
artinya :
ada juga dengan mengatur makanan
mempersembahan nafas-hidup dalam nafas hidup
semua mereka ini mengetahui pengabdian
dan dengan kebaktian mereka melenyapkan dosa-hidup
mereka yang mengetahui pengabdian san persembahan kepada Brahman dengan cara yang dilukiskan dalam sloka-sloka 25-30 ini, yang manapun, akan melenyapkan dosa mereka dan dapat mencapai kedamaian.
(31) yajna sistamrita bhujo
yanti brahma sanatanam
na 'yam loko 'sty ayajnasya
kuto 'nyah kurusattama
artinya :
mereka yang makan dari sisa persembahan
mencapai Brahman yang kekal-abadi,
dunia ini bukan bagi yang tidak berbakti
apapula dunia yang lain, oh Kurusattama
kurusuttama = Arjuna sendiri, lihat penjelasan sloka 1.1 yang dimaksudkan dengan makanan sisa persembahan atau amrita adalah saji-sajian yang telah dipersembahkan kepada Brahman yang mengandung berkah keabadian daripada-Nya (lihat sloka III.13). krisna menjelaskan dalam sloka ini membawa undang-undang pada dirinya sendiri yang menyatakan hidup adalah pengorbanan (kebaktian) dan barang siapa yang tidak menyadari ini, tidak akan menemui kebahagian dalam dunia ini maupun dunia lain.
(32) evam bahuvidha yajna
vitata brahmano mukthe
karmajan viddhi tan sarvan
evam jnatva vimokshyase
artinya :
banyak dan beraneka warna persembahan
bakti dihaturkan kepada Brahman
semuanya ini berasal dari kerja
mengetahui ini, engkau 'kan moksha
perkataan moksha berarti emansipasi jiwa atau kelepasan, kerja sloka ini adalah kerja yang meliputi mental, jasmaniah dan spirituil.
(33) srayan dravyamayad yajnaj
jnanayajnah paramtapa
sarvam karma 'khilam partha
jnane perimsamapyate
artinya :
persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa
lebih bermutu daripada persembahan materi
dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu-pengetahuan, Oh Parta
parartapa = Parta = Arjuna. Maksud tujuan ilmu pengetahuan didunia ini adalah untuk mencapai kebebasan dan kelepasan jiwa dari ikatan kerja (karma).
(34) tad viddhi pranipatena
paripprasnena sevaya
upadekshyanti te jnanam
jnaninas tattvadarsinah
artinya :
belajarlah dengan wujud displin,
dengan bertanya dan dengan kerja berbakti,
guru budiman yang melihat kebenaran
akan mengajarkan padamu ilmu budi-pekerti
tiga cara yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk belajar mencapai kebenaran abadi, yaitu pranipatena (hormat, sujud dan disiplin kepada guru yang memberi pendidikan), pariprasena (bertanya, mencari dan memikirkan sendiri ilmu-pengetahuan yang diberikan kepadanya) dan sevaya (berbakti, melayani dan setia dengan tulus iklas kepada guru). Ketida cara ini harus dituntun oleh seorang guru yang telah melihat Brahman dalam dirinya.
(35) yaj jnatva na punar moham
evam yasyasi paandava
yena bhutany aseshena
drakshyasy atmany atho mayi
artinya :
setelah mengetahui segala ini
engkau tidak lagi kebingungan pandawa
dengan demikian melihat, tanpa kecuali
segala mahkluk dalam Atman, dalam diri-Ku
(36) api ched asi papebhyah
sarvebhyah papakrittamah
sarvam jnanaplavenai 'va
vrijinam samtarishyasi
artinya :
walau seandainya engkau paling berdosa
diantara manusia yang memikul dosa
dengan perahu ilmu-pengetahuan ini
lautan dosa engkau akan seberangi
ilmu-pengetahuan (yang juga sama artinya dengan ilmu budi pekerti) melenyapkan segala keraguan dan kebingungan, serta mengahpus segala dosa dan melepaskan segala ikatam jasmaniah.
Pandawa = Arjuna
(37) yathai 'dhamsi samiddho 'gnir
bhasmasat kurute 'rjuna
jnanaghih sarvakarmani
bhasmasat kurute tatha
artinya :
bagaikan api menyala, oh Arjuna
membakar kayu api menjadi abu
api-ilmu pengetahuan demikian pula
membakar segala karma menjadi abu
karma = kerja. Api ilmu-pengetahuan membakar karma atau kerja, mengehapus dualisme (buruk dan baik, panas dan dingin dan sebagainya), mengantar jiwa kealam kebebasan abadi.
(38) na hi jnanena sadrisam
pavitram iha vidyate
tat svayam yogasamsiddhah
kalena 'tmani vindati
artinya :
tidak ada sesuatu dalam dunia ini
dapat menyamai ilmu-pengetahuan
mereka yang disempurnakan dalam yogi
menemuinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya
pada umumnya yoga diartikan orang sebagai praktek disiplin yang spiritual, yang kesempurnaanya membutuhkan waktu lama, tetapi sesungguhnya yoga, bila dimengerti sewajarnya, melingkupi teori kesucian ilmu pengetahuan dan praktek disiplin yang spiritual. Orang yang melaksanakan yoga dengan disiplin tetapi tanpa kesucian ilmu-pengetahuan, usahanya adalah sia-sia, demikian pula sebaliknya, orang yang memiliki teori kesucian ilmu-pengetahuan tanpa praktek disiplin yang spiritual tidak mungkin menjadi yogi, oranmg yang mencapai kelepasan.
(39) sraddhavaml labhate jnanam
tatparah samyatendriyah
jnanam labdhva param satim
achirena 'dhigachchati
artinya :
ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai
pancaindrianya, mencapai ilmu-pengetahuan
setelah memiliki ilmu-pengetahuan
dengan segera ia menemui kedamaian abadi
perkataan sraddha berarti : kepercayaan, keyakinan. Sesungguhnya perkatan sraddha walaupun berarti kepercayaan, namun bukanlah kepercayaan yang membabi-buta. Perkataan sraddha (kepercayaan) harus diikuti dengan perkataan samyatedriyah (penguasaan atas pancaindria, hawa-nafsu) untuk mencapai param santim (kedamaian abadi, tertinggi)
(40) ajnas cha 'sraddadhanas cha
samsayatma vinasyati
na 'yam loko 'sti na paro
na sukham samsayatmanah
artinya :
tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya
dan bersifat ragu, akan hancur sirna
bagi yang ragu-diri, baginya tiada bahagia
bagi dunia ini, pun dunia sana
dalam kehidupan sehari-hari nyatanya banyak orang yang bimbang dan ragu-ragu, tetapi mereka tidak apa-apa tidak hancur ataupun sirna. Adapun yang dimaksudkan dalam sloka ini, yang hancur adalah kehidupan spirituilnya, sebagai sebaliknya, basis positif dalam hidup ini adalah memiliki kepercayaan atau keyakinan.
(41) yoga samnyasta karmanam
jnana samcchinna samsayam
atmavanism na karmani
nibadhnanti dhanamjaya
artinya :
ia yang bebas menurut ajaran yoga, Dananjaya,
yang mengikis keraguannya dengan ilmu pengetahuan
yang telah menguasai jiwanya sendiri,
hukum kerja tidak membelenggunya lagi
sloka ini memberi kesimpulan apa yang diuraikan Krisna kepada Arjuna dalam Bab IV, yaitu hubungan timbal balik antara kerja yang benar, ilmu-pengetahuan yang suci dan disiplin jiwa yang teguh.
(42) tasmad ajnana samnhutan
hritstham jnanasina 'tmanah
chhittvai 'nam samsayam yogam
atishtho 'ttishtha bhaarata
artinya :
sebab itu, setelah memotong keraguan
dalam hatinya karena ketidak-tahuan
dengan pedangnya ilmu pengetahuan
berpegang pada yoga, bangkitlah! Oh Barata
bara = Arjuna. Dengan kerja yang benar, ilmu-pengetahuna yang suci dan disiplin jiwa yang teguh, serta terhapusnya keraguan dalam hati, Arjuna diharapkan bangkit, bertindak!
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
Brahmavidyayam yogasastre
Srikrishnarjunasamvade
Jnanayogo nama chaturtho 'dhyayah
Maka berakhirlah bab keempat Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu-pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antara Sri krisna dan Arjuna
Yang berjudul JNANAYOGA
BAB 6
V. PERCAKAPAN KELIMA
KARMA SAMNYASA YOGA
Arjuna bertanya, yang manakah lebih baik membebaskan diri dari kerja atau bekerja tanpa kepentingan pribadi?. Dalam bab keenam ini Krisna menjawab bahwa kedua-duanya sama, tetapi kerja tanpa kepentingan pribadi lebih baik.
Samnyasi (membebaskan diri dari kerja) maupun Yogi (bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama. Samyasi walaupun membebaskan diri dari kerja, namun apa yang diperbuatnya sehari-hari adalah motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Secara mental ia meninggalkan kerja.
Ia bekerja tanpa pengeruh ikatan kerja, sebab sadar bahwa kenikmatan berasal dari hubungan duniawi dan hanya merupakn sumber penderitaan belaka.
Ia memandang semuanya sama, rendah maupun tinggi, tidak bergirang karena senang dan tidak bersedih karena duka dan berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa, hanya pancaindria yang bergerak diantara objek-objek benda''
Ia memutuskan hubungan dengan objek duniawi, memikirkan dan menyerahkan seluruh jiwanya kepada Brahman, bermeditasi mengahpuskan dosa mencapai kedamaian abadi.
Dialah Samnyasi
V. Percakapan Kelima
(1) arjuna uvacha:
samnyasam karmanam krishna
punar yogam cha samsasi
yach chhreya etayor ekam
tan me bruhi sunischitam
artinya :
arjuna bertanya:
Engkau memuji pembebasan diri dari kerja
Kemudian kerja tanpa kepentingan pribadi
Oh Krisna, katakanlah padaku dengan pasti
Manakah yang lebih baik diantara keduanya?
Dalam Bab V ini, Arjuna mempersoalkand ua istilah yang sulit, yaitu samnyasa dan yoga (dalam hubungan pertanyaan diatas ini, yang dimaksudkan yog adalah karmayoga). Perkataan samnyasa berarti : pembebasan diri dari kerja dan perkataan karmayoga berarti kerja tanpa kepentingan pribadi. Kedua istilah ini dalam pengertiannya masing-masing masih membingungkan Arjuna;karena itu ia bertanya kepada Gurunya.
Dalam bab III.17 dijelaskan bahwa yang bersatu dengan Atman hidup bahagia dan tidak dibelenggu oleh ikatan kerja. Dalam Bab IV. 18, 19, 21, 22, 24, 32, 33, 37 dan 41. Krisna mengutarakan makna daripada pembebasan diri dari segala kerja. Tetapi kemudian dalam sloka IV.42. Krisna meminta agar Arjuna berpegang pada yoga yaitu kerja.
Bagi orang sederhana, yang diliputi oleh ketidaktahuan selalu, kerja (karmayoga) sudah pasti lebih baik daripada pembebasan diri dari kerja (samyasa). Yang menjadi pertanyaan arjuna disini adalah bagi orang yang tidak tergolong sederhana tetapi belum menemui Atman dalam jiwanya sendiri, manakah yang lenih baik sebab kedua-duanya mengandung kontradiksi atau sama lai?
(2) sribhagavan uvacha:L
samnyasah karmayogas cha
nihsreyasakarav ubhau
tayos tu karmasamnyasat
atinya ;
Sri Bagawan menjawab:
Membebaskan diri dari kerja
Dan bekerja tanpa kepentingan pribadi,
Keduanya membawa kebahagian tertinggi
Tetapi diantara kedua-duanya ini,
Kerja tanpa kepentingan pribadi
Lebih baik dari bebas-diri dari kerja
Dalam sloka ini mula-mula Krisna menjelaskan bahwa samnyasa (pembebasan diri dari kerja) dan karmayoga (kerja tanpa kepentingan pribadi) adalah sama bila dilihat dari segi tujuan terakhir daripada emansipasi spirituil manusai. Tetapi kalau ditinjau dari segi cara (jalan) dan pelaksanannya, maka samnyasa dan karmayoga adalah bebeda, walaupun kedua-duanya tidak bertentangan.
Kalau samnyasa menekankan ilmu pengetahuan tentang Atman sebagai alat untuk mencapai kedamainan abadi dan bersatu dengan Brahman, maka karmayoga menitik beratkan keamanan dan usaha keras sebagai alat untuk mencapai-Nya. Tetapi disini, yang langsung dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari adalah karmayoga kerja tanpa motif kepentingan untuk diri sendiri.
(3) jneyah sa nityasamnyasi
yo na dveshti na kankshati
nirdvandvo hi mahabaho
sukham badhat pramuchyate
artinya :
dia yang disebut samnyasa selalu
tidak membenci dan tidak bernafsu
bebas dari dualisme pertentangan oh Mahabahu
dengan mudah (ia) terlepas dari belenggu
mahabahu = Arjuna. Orang yang melaksanakan samnyasa disebut samyasi dan orang yang melaksanakan yoga disebut yogi.
(4) samkhyayogau printhag balah
pravadanti na panditah
ekam apy astihitah samyag
ubhayor vindante phalam
artinya ;
hanya kanak-kanak berkata bahwa karmayoga
berbeda dengan samkhya, bukan orang arif-bijaksana
dia yang melaksankan salah satu daripadanya
memetik pahala dari kedua-duanya
(5) yat samkhyaih prapyate sthanam
tad yogair api gamyate
ekam samkhyam cha yogam cha
yah pasyati sa pasyati
artinya :
tempat yang tercapai oleh seorang samnyasa
juga tercapai oleh serang yogi
dia yang melihat, melihat samkhya
dan yoga sebagai satu kesatuan
perkataan balah berarti : kanak-kanak. Tetapi disini perkataan tersebut dimaksudkan juga orang-orang dungu, yang jalan pikirannya seperti kanak-kanak. Perkataan sthanam berarti : tempat atau status.
Sloka 4 dan 5 ini hendaknya dihubungkan dengan sloka II.39, dimana Krisna telah menyinggung prihal karmayoga dalam hubungannya dengan sakhya dan juga sloka III. 3 dan 4. Seperti dalam sloka 1 dan 2 dalam bab V ini dengan samnyasa juga dimaksudkan samkhya, atau dengan perkataan lain :
Samnyasa = samkhya
Dalam sloka diatas ini jelaslah bahwa baik seorang samnyasi (yang membebaskan diri dari kerja) maupun seorang yogi (yang bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama, tidak ada kontradiksi, yaitu kedamaian abadi. Seorang samnyasa yang betul walaupun telah membebaskan diri dari segala kerja, namun apa yang ia perbuat sehari-harinya adalah kerja tanpa motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian pula seorang yogi walaupun bekerja tanpa motif kepentingan pribadi, namun apa yang ia perbuat sehari-harinyaadalah kerja yang membebaskan dirinya dari ikatan kerja. Jadi kedua-duanya adalah menuju satu kesatuan; dan sesungguhnya keduanya adalah merupakan sikap mental.
(6) samnyasas tu mahabaho
dunkham aptum ayogatah
yogayukkto munir brahma
nachirena 'dhigachchati
artinya :
tetapi samnyasa tanpa yoga
sungguh sukar dicapai, oh Mahabahu
seorang mini dilengapi dengan yoga
mencapai Brahman dengan segera
perkataan muni berarti : orang yang bersamadi, teguh iman (lihat sloka II. 56)
samnyasa (pembebasan diri dari kerja) adalah suatu bentuk yang sangat sukar untuk dicapai, sebab jalan untuk mencapainya penuh dengan penolakkan kesenangan, kewajiban yang berat, larangan yang keras, tabu bagi berbagai hal, pantang dengan berbagai tindakkan dan sebagainya. Pendeknya penug dengan kedukaan (duhkham aptum) dan kesukaran. Oleh karena itu, seperti telah diuraikan dalam sloka 2 bab V ini, yoga (kerja tanpa kepentingan pribadi) adalah lebih baik, sebab lebih mudah jalan untuk mencapainya.
Bukanya samnyaasa yang didasarkan ilmu-pengetahuan tentang atman tidak lebih tinggi daripada yoga yang didasarkan atas kemauan dan usaha yang keras, melainkan karena yoga ini lebih mudah dicapai oleh mereka yang baru mulai, dan pada waktunya dapat meningkatkan diri mereka pada jalan yang lebih tinggi dengan pikiran dan jiwa yang telah disucikan. Maka itulah Krisna menganjurkan agar samnyasa disertai dengan yoga atau seorang muni dilengkapi dirinya dengan yoga.
(7) yoga yukto visuddhatma
vijitatma jitendriyah
sarva bhutatma bhutatma
kurvann api na lipyate
artinya :
dia yang melaksanakan yoga, berjiwa suci
menguasai diri, menaklukan pancaindria
atmanya adalah atman mahkluk semua
walaupun bekerja, tidak terpengaruh ikatan kerja
perkataan sisaddha berarti jiwa yang bersih (suci), vijiatma berarti dia yang menguasai jiwanya dan jitendriyah berarti dia yang telah menaklukan pancaindrianya. Disini kelihatannya dengan nyata betapa perkembangan dan kemajuan spirituil seseorang yang melaksanakan yoga. Secara mental ia menjatuhkan jiwanya dengan jiwa mahkluk semua lainnya, yang menyebabkan segala kegiatan sehari-hari tidak lagi diikat oleh pahala kerja (karma).
(8) nai 'va kimchit karomi 'ti
yukto manyeta tattvavit
pasyan srinvan sprisan jighrann
asnan gachchhan svapan svasan
artinya :
seorang yogi yang mengetahui inti kebenaran
berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa"
walaupun sedang melihat, mendengar,
meraba, mencium, makan, pergi, tidur, bernafas
(9) pralapan visrijan grihnann
unmishan nimishann api
indriyani 'ndriyartheshu
vartanta iti dharayan
artinya :
takkala berbicara, melepaskan, mengenggam
membuka dan memejam mata
ia beranggapan : "hanya pancaindria belaka bergerak diantara objek benda
benda"
hanya orang yang benar-benar mengetahui inti kebenaran dapat memisahkan jiwanya yang bersih (suci) dan bebas daripada prakriti (objek benda-benda duniawi). Ia mengerti benar bahwa komponen-komponen ego pada diri seseorang tidaklah permanen, yang merupakan arus yang berobah-obah setiap saat, yang bergerak diantara objek benda-benda duniawi.
Adalah berbahaya kalau orang memberi interprestasi bahwa kedua sloka ini mempunyaiarti "bukan aku yang melaksankannya, melainkan pancaindriaku" dan lalu membiarkan hawanafsunya, seakan-akan ia tidak bertanggung jawab terhadap pancaindrianya sendiri, yang sebenarnya harus dikontrolnya.
(10) brahmany adhaya karmani
sangam tyaktva karoti yah
lipyate na sa papena
padmapattram iva 'mbhasa
artinya :
dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya
kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa
tidak terjamah oleh dosa-papa
bagaikan air meluncur didaun teratai
seperti telah dinyatakan sloka 2, Krisna mengehendaki agar Arjuna bekerja dan bertindak dengan jalan menuju segala kerja dan tindakkannya kepada Brahman Yang Maha Esa. Daun teratai tidak dibasahi air walaupun kena hujan, demikian pula orang walaupun bekerja sehari-hari sebagaimana mestinya, sebab perbuatannya tidak lagi mengahsilkan karma.
(11) kayeta manasa buddhya
kevalaair indriyair api
yoginah karma kurvanti
sangam tyaktva 'tmasuddhaye
artinya :
para yogi menanggalkan keinginan
hanya bekerja mempergunakan badan
pikiran, budi dan bahkan pancaindria
demi untuk mencucikan jiwa
(12) yaktah karmaphalam tyaktva
sdantim apnoti naishthikim
ayuktah kamakarena
phale sakto nibhadyate
artinya :
seorang yogi yang menanggalkan pahala
akhirnya akan mencapai kedamaian abadi
tetapi yang tidak bersatu dengan Atman
diperbudak oleh nafsu dan belenggu kerja
kedamaian abadi adalah merupakan tingkatan kesempurnaan yang dicapai dengan jalan berangsur-angsur, yang mula-mula tumbuh dari pertama kebersihan hati, kedua mencapai ilmu-pengetahuan, ketiga melepaskan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginan pribadi dan keempat keseimbangan jiwa dalam melaksanakan bakti.
(13) sarvakarmani manasa
samnyasya 'ste sukham vasi
navadvare pure dehi
nai 'va kurvan na karayan
artinya :
setelah secara mental menanggalkan segala kerja
jiwa, penghuni jasmani ini, menguasai dirinya
bertakhta dengan damai dikota sembilan gapura
tiada bekerja, pun tidak menyebabkan kerja
dalam sloka ini Krisna menjelaskan bahwa jiwa yang ada didalam diri manusia diibaratkan sebagai seorang raja yang bertakhta dalam kota yang mempunyai pintu gerbang sembilan buah. Sembilan pintu gerbang tersebut adalah : dua biji mata, dua lobang hidung, dua lobang kuping, satu lobang mulut, satu lobang pantat dan satu lobang kemaluan.
Setelah jiwa itu menanggalkan segala kerja, maka ia berthakta dalam diri manusia, dengan damai dan bahagia menguasai dirinya. Ini berarti ia tidak lagi bekerja atau menyuruh orang lain bekerja, dan hubungan dengan dunia luar melalui kesembilan pintu gerbang tersebut diatas tidak ada lagi, Atau perkataan lain, ia telah mengontrol pancaindrianya dan objek benda-benda duniawi tidak lagi mempunyai hubungan apa-apa dengan dia.
Perkataan sarvakarmani berarti : segala kerja atau semua tindakkan. Dalam hubungan ini, kerja manusia dapat dibagi menjadi empat : yang diharuskan = Atya, yang mnenjadi kebiasaan atau tradisi = naittika, yang mempunyai maksud tujuan = kamya dan yang dilarang = nishiddha. Keempat macam kerja ini, bagi orang yang telah mencapai kedamaian abadi tidak mempunyai pengaruh apa-apa lagi.
(14) na kartritvam na karmani
lokasya srijati prabhu
na karmaphalasamyogam
svabhavas tu pravartate
artinya :
Yang Maha Kuasa tidak menciptakan alat apa-apa
Juga tiada berbuat untuk dunia manusia
Dan tidak menghubungkan kerja dengan pahalanya
Ini sebenarnya manisfestasi alam benda
Perkataan prabhuh berarti : Yang Maha Kuasa
(15) jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham adityavaj jnanam
prakasayati tat param
artinya :
Brahman Seru-Sekalian-Alam tiada menerima
Baik dosa maupun kebajikan seseorang manusia
Budipekerti yang diselubungi ketidak-tahuan
'lah menyebabkan mahkluk tersesat dijalan
perkataan vibbhuh berarti : Brahman Seru-sekalian Alam
(16) jnanena tu tad ajnanam
yesham nasitam atmanah
tesham adityavaj jnanam
prakasayati tat param
artinya :
tetapi mereka yang ketidak-tahuannya
dilenyapkan oleh pengetahuan tantang Atman
pengetahuan itu bercahay bagaikan matahari
memperlihatkan Yang Maha Tinggi
perkataan tatparam berarti : kebenaran, Yang Maha tinggi.
Didalam ketiga sloka diatas ini konsep tentang Tuhan dijelaskan oleh krisna sebagai Yang Maha Kuasa, Brahman Seru-Sekalian-Alam, Atman, Yang Maha tinggi (kebenaran). Dalam sloka 14 Tuhan dikatakan Yang Maha Kuasa, namun ia tidak menciptakan alam dan membantu manusia untuk memisahkan dirinya dari hukum karma yang merukan manisfestasikan alam-benda prakriti. Selama jiwa manusia masih terbelenggu oleh ketidak-tahuan (ajnanena), selama itu ia akan menjalani hukum karma, memetik buah perbuatan apa saja ia lakukan dalam hidupnya, dan selama itu pula ia tidak mempunyai hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
Dalam sloka 15 Tuhan dikatakan Brahman Seru-Sekalian-Alam. Ia meliputi seluruh alam semesta yang paling tinggi, paling luas dan paling dalam. Maka itu ia dikatakan lebih kecil daripada atom, tetapi lebih besar daripada bumi + bulan + bintang + matahari sekaliannya. Oleh karena ia meliputi segalanya, maka ia tidak menerima orang yang berbuat dosa, sebab kedua-duanya (dan sesungguhnya semuanya dan segala sesuatunya) ada pada-Nya, dan diliputi oleh-Nya. Adalah menjadi kewajiban manusia sendiri untuk berusaha mengahspuskan ketidaktahuanya, melepaskan egonya yang dibelenggu hukum-karmadan bersatu dengan BrahmanSeru-Sekalian-Alam, yang meliputi segala-galanya. Dalam sloka 16 Tuhan dikatakan kebenaran, Yang Maha Tinggi. Secara psikologis status atau tempat yang ketinggian adalah lebih baik dan lebih sempurna. Maka itu kebenaran yamg paling sempurna tempatnya adalah paling tinggi. Orang yang ingin bersatu dengan Atman harus mencapai tempat Yang Maha Tinggi itu, dengan jalan menghapus belenggu karmanya.
Inilah konsep Tuhan yang diutarakan dalam seluruh dialog Krisna dengan Arjuna dalam Bhagavadgita ini.
(17) tadbuddhayas tadatmanas
tanishthas tatparayanah
gachchanty apunaravrittim
jnana nirdhuta kalmashah
artinya :
mereka yang memikirkan-Nya menyerahkan jiwa
seluruh kepada-Nya, menjadikan-Nya tujuan utama
memuja harus pada-Nya, akan pergi tidak kembali
dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan budi-pekerti
perkataan apanuravritti berarti : suatu keadaan tidak kembali lagi, dengan perkataan lain tidak mengalami inkarnasi lagi langgeng. Keadaan ini dicapai kalau dosa (kalmashah) sudah dihapus dengan ilmu pengetahuan budi-pekerti (lihat sloka IV.36).
(18) vidya vinaya sampanne
brahmane gavi hastini
suni chai 'va svapake cha
panditah samadarsinah
artinya :
orang arif bijaksana mnelihat semua
sama. Baik brahmana budiman dan rendah hati
maupun seekor sapi, gajah dan anjing
ataupun orang hina-papa tanpa kasta
perkataan vinaya berarti : rendah-hati. Dalam kitab Tripitaka (ajaran buddha) perkataan ini juga berarti disiplin. Perkataan svake sebenarnya berarti orang yang makan daging anjing yaitu orang pariah, tanpa kasta.
Pendita dan orang arif-bijaksana yang jiwanya telah suci melihat manusia dan mahkluk lainya sama tinggi-rendahnya. Pandangan yang demikian itu menumbuhkan perasaan kasih sayang kepada sesama mahkluk hidup dan mengangkat tanggapan akan persamaan hidup yang menjadi karakteristiknya kehidupan spiritual.
(19) ihai 'va jitah sargo
yesham samye sthitam manah
nirdesham hi samam brahma
tasmad brahmani te sthitah
artinya :
didunia ini sekalipun inkarnasi diatasi
oleh mereka yang pikirannya seimbang harmonis,
sebab Brahman seimbang dan sempurna
maka merekapun bersatu dengan Brahman
dalam tingkatan dimana pikiran telah mencapai keseimbangan yang harmonis, dimana dualisme pertentangan (panas dan dingin, suka dan duka, dan sebagainya) tidak ada lagi dan jiwa seimbang dalam Brahman, maka hukum karma dan inkarnasi lenyap, serta kelepasan dapat tercapai sekalipun orang masih hidup didunia ini.
(20) na prahrisyet priyam prapya
no 'dvijet prapya cha 'priyam
sthirabuddhir asammudho
brahmavid brahmani sthitah
artinya :
dia yang tidak bergirang menerima suka
dan juga tidak bersedih menerima duka
tetap tinggal tenang dan berteguh iman
mengetahui Brahman. Bersatu dengan Brahman
(21) bahyasparseshv asaktatma
vindaty atmani yat sukham
sa brahmayoga yuktatma
sukham akshayam asnute
artinya :
dia yang jiwanya tak-lagi berhubungan dengan
duniawi menemui kabahagian dalam Atman,
dia yang mengontrol hatinya demikian
dalam yoga pada Brahman menikmati restu abadi
kedua sloka diatas ini melukiskan tingkatan dimana seseorang telah membebaskan dirinya dari segala ilusi yang ditimbulkan oleh pancaindrianya dan kotak daripadanya dengan objek-objek benda-benda, hidup dalam keabadian dan menikmati restu langgeng dari Brahman.
(22) ye hi samsparsaja bhoga
duhkhayonaya eva te
adyantavatah kaunteya
na teshu ramate budhah
artinya :
kenikmatan berasal dari hubungan duniawi
hanya merupakan sumber penderitaan belaka
ada awalnya ada akhirnya, oh Kuntipura
tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini
perkataan duhkayonaya berarti : sumber kedukaan. (bandingkan pula sloka ini dengan sloka II.14 terdahulu).
(23) saknoti 'hai 'va yah sodhum
prak sarira vimokshanat
kamakrodhodbhavan vegam
sa yuktha sa sukhi narah
artinya :
dia yang kuasa menahan nafsu birahi
dan amarah murkanya didunia ini
sebelum meninggalkan jasad raganya
ada yogi, dia adalah orang yang bahagia
(24) yo 'ntahsukho 'ntararamas
tatha 'ntarjyotir eva yah
sa yogi brahmanirvanam
brahmabhuto 'dhigachchhati
artinya :
dia yang menemui kebahagian pada dirinya
tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya
yogi yang begini ini menjadi suci
perkataan Brahmanrvana dala kitab suci agama budha berarti kebahagian tertinggi (lihat sloka II.72) dan perkataan Brahmabhutah dalam kitab suci Upanisad berarti menjadi satu dengan Brahman. Kedua tingkatan ini bisa dicapai oleh manusia semasih hidup didalam dunia ini ditengah-tengah masyarakat, apabila ia benar-benar telah melaksanakan dan mencapai tingkatan seperti yang dilukiskan dalam kedua sloka diatas ini.
(25) labhante brahmanirvanam
rishayah kshinakamashah
chhinnadvaidha yatatmanah
sarvabhutahite ratah
artinya :
orang suci yang dosanya telah dimusnahkan
keraguannya dihapus, pikiranya dipusatkan
kebahagiannya berbuat kebajikan bagi mahkluk semua
mencapai nirmawana bersatu dengan Brahman
dalam sloka ini Krisna menerangkan bahwa keyakinan hidup harus dilihat dari segi diri sendiri dan masyarakat yaitu kebahagian untuk menyucikan jiwa sendiri
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk semua (sarvabhu tahite ratah)
(26) kama krodha viyuktanam
yatinam yatahetasam
abhito brahmnirvanam
vartate viditatmanam
artinya :
dia yang menguasai diri pribadinya
mengontrol pikiranya bebas dari nafsu dan murka
mengetahui Atman ada disekitar dirinya
mencapai nirwana bersatu dengan Brahmana
kesadaran akan pendekatan jiwa dengan Atman yang ada disekitar dirinya mempercepat proses seseorang untuk mencapai nirwana, dan proses ini bisa dicapai dalam hidup ini sekalipun.
(27) Sparsan kritva bahir bahyams
Chakshus chai 'va 'ntare bhruvoh
Pranapanam samau kritva
Nasal hyantaracharinau
Artinya :
Dengan memutuskan hubungan objek benda
Memusatkan mata diantara kening
Mengatur keluarnya prana dan masuknya spana
Diantara lobang hidung dengan seimbang
(28) yatendriya mano bhuddhir
munir mokshaparayanah
vigatechchha bhaya krodho
yah sada mukta eva sah
artinya :
menguasai panca indria, perasaan dan pikiran
seluruh jiwa menghasratkan kelepasan
membuang jauh nafsu, takut dan murka
orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya
(mengenai istilah prana dan apana lihat sloka IV.29). setelah memutuskan hubungan pancaindria dengan objek benda-benda lahiriah, lalu dilakukan meditasi dengan jalan memejamkan mata setengah tertutup, hanya biji mata saja ditengah-tengah kening tertuju kepada ujung hidung, dan keluar masuknya nafas diatur. Dalam posisi begini, seluruh konsentrasi jiwa dipusatkan kepada hasrat akan kelepasan (moksha). Tentang hal ini, akan dijelaskan oleh Krisna lebih jauh dalam Bab berikut.
(29) bloktaram yajnatapasam
sarvaloka mahesvaram
suhridam sarvabhutanam
jnatva mam santim richchhati
artinya :
setelah mengetahui aku sebagai penerima
persembahan bakti dan tapa-meditasi
sebagai Seru-Sekalian-Alam, pencipta mahkluk semua
ia mencapai kebamaian abadi
kalau kurang dialami, seolah-olah sloka diatas ini mengandung pertentangan dengan sloka-sloka 14 dan 15. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Sebab Tuhan, Brahman, Seru-Sekalian-Alam bukan pelaksana, tidak dapat dilukiskan, tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tidak terucapkan. Hanya manusialah yang mencoba menerangkan dengan berbagai cara, berbagai penjelasan berbagai antribut-sifat-kwalitas menurut pengertiannya masing-masing.
Untuk mengetahui Brahman sesungguhnya kita harus melaksanakan kewajiban kita dengan jalan mempersembahkan kebaktian, studi, bersedekah, hidup sederhana, berguru dan meditasi, bukan dengan kata dan penjelasan.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjunasamvade
Karmasamnyasayogo nama panchamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kelima Upanisad Bhagavadgita
Mengenai ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna dan
Arjuna yang berjudul KARMASAMNYA-SAYOGA
BAB VII
VI. PERCAKAPAN KEENAM :
DHANA YOGA
Yogi memusatkan pikiran terus-menerus pada jiwa (Atman) ditempat yang aman, sunyi dan bersih sendirian menyucikan jiwanya.
Badan, leher dan kepala tegak duduk diam tidak bergerak, mengkonsentrasikan pikiran dan menjaga keseimbangan jiwa. Berdisiplin dalam makan, tidur, jaga, langkah, bicara, dan kerja. Bagaikan nyala pelita ditempat yang hening tidak berangin. Yoga harus dilaksanakan dengan keteguhan hati dan keyakinan yang menbaja, menanggalkan semua nafsu keinginan untuk pribadi dan memandang Atman ada pula pada semua mahkluk insani yang sama dengan jiwa sendiri.
Arjuna bertanya kalau pikiran itu liar, bagaimana bisa diperoleh keseimbangan, sukar dikendalikan seperti mengendalikan angin? Krisna menjawab, dengan latihan bekerja tanpa keinginan untuk diri pribadi.
Arjuna bertanya walaupun ada keyakinan, tetapi tidak bisa menguasai diri, pikiran pengembara, Yogi yang begini pergi kemana? Krina menjawab bahwa berbuat kebajikan, walaupun gagal melaksanan yoga, lahir kemb
bali dalam posisi dan situasi yang lebih baik, dan berusaha lagi sampai menuju kekesempurnaan.
Seorang Yogi lebih besar daripada pertapa, sarjana dan dari yang melakukan upacara persembahyangan.
VI. Percakapan keenam
(1) sribhagavan uvacha:
anasritah karmaphalam
karyam karma karoti yah
sa samnyasi cha yogi cha
na niragnir na cha 'kriyah
artinya :
Sri Bagawan berkata;
Dia yang bekerja tanpa keinginan untuk pribadi
Adalah seorang samnyasi dan juga seorang yogi
Bukanya dia yang tidak menyalakan api
Pemujaan dan tidak melakukan sembah bakti
Api diperlukan pada waktu diadakan upacara pemujaan sebagai alat yang menghubungkan antara pemuja san Brahman. Dalam kiasanya, api juga dipergunakan sebagai alat untuk menerangi jiwa manusia agar dapat melihat Brahman. Banyak orang yang menafsirkan bahwa samyasi (yang telah membebaskan diri dari kerja tidak perlu lagi menjalankan api pemujaan, tidak perlu lagi mengadakan upacara persembahyangan. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Absen dari api pemujaan dan upacara persembahyangan. Tetapi tanp[a semangat samnyasa yang sesungguhnya adalah sia-sia belaka. Maka itu Krisna menjelaskan kepada Arjuna bahwa seorang samnyasi tidak seharusnya melupakan api pemujaan dan upacara persembahyangan.
(2) yam samnyasam iti prahur
yogam tam viddhi pandava
na hy asamnyastasamkalpo
yogi bhavati kaschana
artinya :
yang dinamakan pembebasan diri dari kerja
adalah sama dengan melaksanakan yoga
oh Pandawa, tak seorang pun bisa jadi yogi
tanpa menanggalkan nafsu-keinginan pribadi
(pandawa = Arjuna ) Krisna menekankan sekali lagi dalam sloka ini bahwa samnyasa adalah sama nilainya dengan yoga (lihat sloka V.4 dan 5).
(3) arurukshor, muner yogam
karma karanam uchyate
yogarudhasya tasyai 'va
samah karanam uchyate
artinya :
bagi seorang muni yang melakukan yoga
kerja-lah disebut alat baginya
dan setelah ia mencapai yoga
ketentraman-lah disebut menjadi alatnya
(Untuk perkataan muni lihat sloka-sloka II.56 dan V.6). bagi seorang muni yang melakukan yoga tiada kekayaan dihadapan matanya yang berharga selain kesatuan, harmoni, kebenaran, kesucian, keseimbangan, kelemah-lembutan, kejujuran dan pengenduran diri lambat laun dari segala kegiatan kerja (lihat Mahabharata, Santiparva 175,38).
(4) Yadhi ne 'ndriyartheshu
na karmasv anushajjate
sarva samkalpa samnyasi
yogaruhas tado 'chyate
artinya :
bila ia merasa bebas sungguh dari ikatan
objek pancaindria dan kerja
dan membuang segala maksud keinginan
maka ia dikatakan mencapai yoga
perkataan yogarudha berarti : naik mencapai yoga, dan perkataan samkalpa berarti : maksud, keinginan dan nafsu.
Menurut manu semua nafsu keinginan lahir dan samkalpaatau dengan perkataan lain samkalpa adalah sumber-sumber nafsu-keinginan (Mahabharata, Santiparva 177,25 : "Oh Nafsu-keinginan, aku tahu dimana akarmu berada. Engkau dilahirkan dan tumbuh dari samkalpa. Aku tidak akan memikirkan engkau, dan engkau akan berhenti tumbuh").
Jadi seorang muni yang telah mencapai yoga tidak lagi memikirkan maksud-keingainan yang egoitis dan dengan jalan begini samkalpa tidak lagi tumbuh padanya.
(5) uddhared atmana 'tmanam
na 'tmanam avasadayet
atmai 'va hy atmano bandhur
atmai 'va ripur atmanah
artinya :
biarlah dia mengangkat jiwanya dengan jiwa
janganlah jiwa menjerumuskan dirinya
sebab hanya jiwa adalah teman jiwanya
dan hanya jiwa adalah musuh jiwanya
(6) bandhur atma 'tmanas tasya
yena 'tmai 'va 'tmana jitah
anatmanas tu satsrutve
varteta 'tmai satruvat
artinya :
jiwa menjadi teman jiwa yang bisa
menguasai jiwanya dengan jiwanya
tetapi bagi yang jiwanya tidak ditaklukan
jiwa, seperti musuh, menjadi lawan
dalam kedua sloka diatas jiwa manusia dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai objek dan subjek peningkatan spirituil seseorang, dimana ego bertindak atas aspek yang satu dan sebaliknya dimana ego ditindak oleh aspek yang lainnya. Sesungguhnya Jiwa (Atman) ada pada diri kita, tetapi oleh karena ego kita bertindak, maka kesadaran kita tertekan kebawah yang menyebabkan kita tidak mengetahui-Nya (lihat sloka III,38) dan menyebabkan jiwa kita terpisah dengan jiwa (Atman).
Jiwa seseorang menjadi temanya sendiri, apabila ia dapat memisahkan benda-jasmaniah dan mengontrol pancaindrianya didalam ia menempuh kehidupan spiritual sehari-harinya.
Tatapi kalau sebaliknay, maka jiwanya akan menjadi musuhnya sendiri. Untuk itu orang harus menyadari bahwa "jiwa adalah penguasa Jiwa" dan "jiwa adalah tujuan jiwa" (Dhammapada 160 dan 380).
(7) jitatmanah prasantasya
paramatma samahitah
stoshna sukha duhkheshu
tatha manapamanayoh
artinya :
yang dapat menguasai jiwanya dengan jiwa tertinggi
dan mencapai ketentraman sempurna
ia seimbang tenang dalan panas dan dingin,
dalam suka dan duka, dalam puji dan caci
perkataan paramatma berarti: jiwa (Atman) Yang Maha Tertinggi. Apabila jiwa telah dikuasai (bersatu dengan) oleh Paramatman maka dualisme pertentangan tidak terasa lagi.
(8) jnana vijnana trintatma
kutastho vijitendriyah
yuktah ity uchyate yogi
sama loshta ;sma kanchanah
artinya :
yang jiwanya penuh ilmu dan budipekerti
teguh iman, pancaindrianya dikuasai'
memandang segumpal tanah, batu dan emas, sama,
maka ia-lah disebut seorang yogi
(mengenai istilah jnana dan vijnana lihat keterangan sloka III.41)
(9) suhrin mitrar yudasina
madhyastha dveshya bandhushu
sadhushv api cha papeshu
samabuddhir visihyate
artinya :
dia adalah orang pertama yang melihat
sama antara kawan akrab, teman dan lawan
antara yang netral dan penengah, yang dibenci
dan keluarga, antara yang budiman dan yang jahat
dalam masyarakat biasa, manusia kehidupan sosial sehari-hari diliputi oleh adanya golongan-golongan seperti antara keluarga dan orang lain, bangsa sendiri dan orang asing, orang saleh dan orang munafik dan seterusnya, dimana diantara golongan-golongan itu timbul perbedaan dan pertentangan.
Tetapi bagi seorang yogi perbedaan dan pertentangan tersebut tidak mempengaruhi apa-apa (lihat juga sloka V18 sebagai suatu perbandingan)
(10) yogi yunjita satatam
atmanam rahasi sthitah
ekaki yatachittatma
nirasir aparigrahah
artinya :
biarlah yogi itu memusatkan pikirannya
terus-menerus pada Atman ditempat aman
sendirian, menguasai jiwa dan raganya
bebas dari nafsu-keinginan akan kekayaan
dalam sloka ini dan sloka-sloka seterusnya oleh Krisna dijelaskannya tentang yoga menurut garis-garis yang diajarkan oleh Pantanyali dalam bukunya yang bernama Yoga Sutra. Tujuannya yang utama adalam untuk mengengkat kesadaran manusia dalam menghadapi perjuangan hidup dan pergulatan bhatinya sehari-hari menuju kearah kedamaian jiwa yang lebih sempurna sehingga ia terbebas dari siksa dunia ini.
Untuk mencapainya, orang harus memusatkan pikirannya terus-menerus ditempat yang suci dan aman, sendirian untuk mendengarkan suara-suara suci yang terpendam. Hanya ditempat sunyi dan sendirianlah hal itu dapat dilakukan, sebab kesadaran dan suara hati datangnya dari dalam.
(11) suchau dese pratishth pya
sthiram asanam atmanah
na 'tyuchchhritam na 'tinicham
chaila jina kusottaram
artinya :
dengan duduk teguh ditempat yang bersih
tidak tinggi dan juga tidak rendah
ditumbuhi oleh rumput suci kusa
diatasnya kulit rusa dan kain silih bertindih
(12) tatrai 'kagram manah kritva
yata chittendriya kriyah
upavisya 'sane yunjyad
yogam atma visuddhaye
artinya :
disana, dengan penyatupaduan hatinya
mengendalikan pikiran dan gerak pancaindria
ia bersilah diatas tempat duduknya
melaksanakan yoga menyucikan jiwa
kusa adalah nama sebangsarumput yang dipandang suci. Untuk mengeathui kebenaran oang harus melepaskan dirinya dari cnegkraman hawa-nafsu pribadi yang selalu berkisar pada benda-benda duniawi. Dan untuk sampai kepada kebenaran abadi orang harus berani hidup dan disiplin spiritual. Bhagavadgita mengajarkan kepada kitra untuk hidup berdisiplin dengan jalan yajna + dana + tapas, yaitu melakukan upacara persembahyangan + bersedekah (beramal + betapa atau meditasi. Meditasi ini harus dilakukan sendiri dan ditempat yang suci.
(13) saman kayasirogrivam
dharayann achalam sthirah
samprekshya naasikagram svam
disas cha 'navalokayan
artinya :
dengan badan, kepala dan leher tegak
duduk diam tiada bergerak-gerak
tetap memandang keujung hidungnya
dan tanpa menoleh-noleh sekitarnya.
Pandangan harus diarahkan keujung hidung, sebab kalau tidak demikian pandangan bisa mengembara kemana-mana, dan konsentrasi pikiran tidak dapat dicapai, tetapi sesungguhnya pandangan kearah ujung hidung itu hanyalah merupakan pandangan pertama, sebab setelah konsentrasi pikiran tercapai, dengan mata setengah tertutup pandangan diarahkan kepada Atman (jiwa).
(14) Prasantatm vigatabhir
brahmacharvrate sthitah
manah samyamya machchitto
yukta assita matparah
artinya :
dengan tentram damai tiada gentar
teguh sebagai cantrik, menaklukkan hatinya
dengan harmonis memikirkan Aku belaka
biarlah ia duduk, Aku jadi tujuannya
perkataan Brahmacari berarti : cantrik, yaitu orang yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin, bersih dari kehidupan sexuil.
(15) yunjann evam sada 'tmanam
yogi niyata manasah
santim nirvana paramam
matsamstham adhigachchhati
artinya :
dengan selalu menjaga keseimbangan jiwanya
yogi yang telah menaklukan hatinya
mencapai nirvana, kedamaian abadi
yang tertinggi, yang ada pada-Ku
(16) na 'tyasnatas tu yogo 'sti
na chai 'kantam anasnatah
na cha 'tisvapnasilasya
jagrato nai 'va cha 'rjuna
artinya :
sesungguhnya yoga bukanlah bagi orang
yang makan terlalu bangyak atau puasa terlalu banyak
oh Arjuna, bukanlah untuk orang
yang tidur terlalu banyak atau melek terlalu banyak
ekses yang berlebih-lebihan, baik dalam soal makan, puasa, tidur, melek maupun dalam hal yang menyangkut bentuk-bentuk nafsu dan keinginan manusia harus dihindari. Yoga dimaksudkan oleh Krisna adalah yang terbaik, apabila menempuh jalan tengah.
(17) yuktahara viharasya
yukta chechtasya karmasu
yukta svapnavabodhasya
yogo bhavati duhkhala
artinya :
bagi yang berdisiplin dalam makanan
hiburan dan langkah usaha kerjanya
berdisiplin dalam tidur dan jaga
yoga ini menjadi penghapus dukanya
bukan sama sekali menghapuskan atau absen dari kebutuhan hidup sehari-hari, seperti makan-minum, tidur-bangun dan berekreasi, melainkan berdisiplin agar hidup spirituil dapat ditempuh dengan jalan yang lebih mudah dan tidak penuh dengan penderitaan.
(18) yada viniyatam chittam
atmany eva 'vatishthate
nihsprihah sarva kamebhyo
yukta ity uchyate tada
artinya :
bila pikiranku yang telah terkendalikan
terpaku hanya kepada Atman,
bebas dari nafsu dan segala keinginan,
maka ia dikatakan berhasil dalam yoga
(19) ya dipo nivatastho
ne 'ngate so 'pama smrita
yogina yatachittasya
yunjato yogam atmanah
artinya :
bagaikan nyala pelita yang tak tergoyangkan
ditempat tak berangin, demikian yogi
dengan pikiran yang dikendalikan
melaksanakn jikonsentrasi pada Atman
dengan pikiran yang terkendalikan, konsentrasi jiwa dapat dilaksanakan dengan baik. Konsentrasi jiwa ini, bagaikan api pelita, membakar segala hawa nafsu dan keinginan yang menyebabkan jiwa itu bersih suci dan tertuju kepada Atman.
(20) yatro 'paramate chittam
niruddham yogasevaya
yatra chai 'va 'tmana 'tmanam
pasyann atmani tushyati
artinya :
disana dimana pikiran telah tentaram
terkendalikan oleh konsentrasi yoga
menyaksikan Jiwa dengan jiwa
dan jiwa merasa dalam jiwa
(21) sukham atyantikam yat tad
buddhigrahyam atindriyam
vetti yatra na cjai 'va 'yam
shitas chalati tattvatah
artinya :
dimana dijumpai kebahagian tertinggi
dengan intelek diluar kemampuan pancaindria
disana ia mencapai tujuan
dan tiada lagi jatuh dari kebenaran
(22) yam labdhva cha 'param labham
manyate na 'dhikam tatah
yasmin shrito na dunkhena
guruna 'pi vichalyate
artinya :
dimana tercapai apa yang terpikirkan
dan tiada lagi lebih mulia diluar itu
yang dapat dicapai, disan ia tertuju
tiada tergoyahkan oleh duka terberat sekalipun
(23) tam vidyad dunkhasamyoga
voiyogam yogasamjnitam
sa nischayena yoktavyo
yogo 'nirvinnachetasa
artinya :
ketahuilah bahwasanya itu dinamakan yoga,
yaitu putus-hubungan dengan siksa derita
sesungguhnyalah yoga harus dilaksanakan
dengan keteguhan hari dan keyakinan
sloka 20-23 diatas ini merupakan satu kesatuan mengenai pengertian yoga yang diuraikan Krisna kepada Arjuna dan sloka 23 menjadi kunci dari uraian dalam sloka 20 sampai dengan sloka 22.
Dalam sloka 21 dijelaskan bahwa intelek dapat merenungkan Atman. Tetapi intelek (buddhi) yang dimaksud adalah intelek yang tidak berhubungan dengan(atau diluar) pancaindria.
(24) samkalpa prabhavan kamams
tyakva sarvan aseshatah
manasai 'va 'ndriyagramam
viniyamya samatatah
artinya :
dengan tanpa kecuali menanggalkan
nafsu keinginan untuk diri pribadi
dan mengendalikan semua alat pancaindria
dari semua jurusan dengan kekuatan pikiran
nafsu, keinginan untuk diri pribadi dan semuaalat pancaindria harus dikontrol, ibarat seekor penyu menarik kepala dan anggota-badannya (lihat sloka II.58). supaya jiwa menjadi harmonis (seimbang).
(25) sanaih-sanair uparamed
buddhya dhritgrihitaya
atmasamstham manah kritva
na kimchid api chintayed
artinya :
biarlah ia lambat laun mencapai ketenangan
dengan pikiran terkendali oleh keseimbangan
dan pikiran itu tertuju kepada Atman
biarlah ia tidak memikirkan apa-apa
(26) yato-yato nischarati
manas chanchalam asthiram
tatas tato niyamyai 'tad
atmany eva vasam nayet
artinya :
apapun yang menyebabkan pikiran lemah
terombang ambing mengembara kemana-mana
biarlah dia mengendalikan dan mengembalikannya
hanya kebawah pengawasan Atman.
(27) prasanta manasam hy enam
yoginam sukham uttamam
upaiti santarajasam
brahmabhutam akalmasham
artinya :
sebab kebahagian tertinggi tiba pada yogi
yang pikirannya tentram damai
yang hawa nafsunya tiada lagi,
yang tiada noda, bersatu dengan Brahman
perkataan sukham uttamam berarti : kebahagian utama (tertinggi). Bandingkan dengan perkataan sukham atyantikam dalam sloka 21 yang berarti : kebahagian terakhir (tertinggi)
(28) yunjann evam sada 'tmanam
yogi vigatakalmashah
sukhena brahmasamparsam
atyantam sukham asnute
artinya :
dengan menjadikan jiwa selalu seimbang
maka yogi yang telah menghapus dosa
dengan mudah menikmati restu abadi
yang berhubungan dengan Yang Maha Abadi
sesungguhnya agama adalah hal-hal yang tidak menyangkut dialektika, melainkan menyangkut fakta-fakta pengalaman orang-orang suci secara universiil dimana-mana dan kapan saja. Pengalaman ini diketemukan dibergagai tempat yang suci dibagian dunia ini diketemukan diberbagai waktu yang kramat dalam sejarah kehidupan spirituil manusia. Demikianlah seorang yogi dikatakan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Abadi.
(29) sarvabhutastham atmanam
sarvabhutani cha 'tmani
ikshate yogayuktatma
sarvatra samadarsanah
artinya ;
dia yang melihat aku dimana-mana
dan melihat segalanya ada padku
aku tidak bisa lepas daripanya
dan tidak bisa lepas daripada-Ku
(30) yo mam pasyati sarvatra
sarvam cha mayi pasyati
tasya 'ham na pranasyami
sa cha me na pranasyati
artinya :
dia ynag jiwanya terkonsentrasi oleh yoga
meliaht Atman ada pada semua insan
dan semua insan pada Atman
dimana-mana ia melihat yang sama
sebagai hasil ilmu-pengetahuan yang dinyatakan oleh Krisna dalan sloka IV.35 (segala mahkluk Atman, dalam diri-Ku) seorang yogi kini sampai pada pengalaman dimana ia bersatu dengan Atman melahirkan sikap jiwa pada yogi tersebut bahwa apa yang ada pada subjek, pada objek dan diantara kedua-duanya adalah sama. Sikap jiwa inilah menumbuhkan rasa persaudaraan dan kasih sayang pada sesama insani.
.
(31) savabhutasthitam yo mam
bhajaty ekatvam asthitah
sarvatha vartamano 'pi
sa yogi mayi vartate
artinya :
dia yang telah masuk dalam kesatuan
memuja Aku yang ada pada semua insan
yogi demikian walaupun bagaimana
dalam segala hal pada-Ku
(32) atmaupam ena sarvatra
samam pasyati yo 'rjuna
sukham va yadi va dunkham
sa yogi paramo matah
artinya :
dia yang melihat segala sesuatu sama
dalam persamaan jiwanya sendiri, oh Arjuna
baik dalam suka maupun dalam duka
dia dinamakan yogi yang sempurna
selanjutnya sikap jiwa yang demikian merasakan bahwa suka dan duka pada dirinya sendiri adalah sama dengan suka duka pada mahkluk yang lain. Akhirnya yogi yang sempurna ini mengharapkan kebaikkan bagi semua mahkluk dan bukan untuk siapa-siapa. Ia tidak menyakiti insani ia melaksankan ahimsa (tidak menyakiti, tidak melukai, tidak membunuh) terhadap semua mahkluk.
(33) arjuna uvacha:
yo 'yam yogas tvaya proktah
samyena madhusudana
etasya 'ham na pasyami
chanchalatvat sthitim sthiram
artinya :
Arjuna berkata:
Yoga yang engkau nyatakan ini
Sebagai suatu keseimbangan pikiran, oh Madusadana
Aku tidak melihat suatu fondasi yang pasti
Atas dasar bahwa pikiran itu liar
(34) chanchalam hi manah krishna
pramathi balavad dridham
tasya 'ham nigraham manye
vayor iva sudushkaram
artinya:
sebab pikiran berobah-obah, krisna
liar, kuat dan tidak mudah dibelokkan
aku kira sukar untuk dikendalikan
seperti halnya mngendalikan angin
(Madusuna = Krisna). Arjuna belum dapat meyakinkan dirinya bahwa pikiran yang begitu kuat dan liar akan dapat dikendalikan. Ia mengingatkan Krisna akan perumpamaan tentang pikiran ini ibarat angin topan melanda perahu hanyut dalam samudera (lihat sloka II.67)
(35) sribhagavan uvacha:
asamsayam mahabaho
mano durnigraham chalam
abhyasena tu kaunteya
vairagyena cha grihyate
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Tidak dapat diragukan lagi, oh Mahabahu
Pikiran itu liar, sukar ditaklukan
Tetapi ia bisa dikendalikan Kuntiputra
Dengan latihan dan kerja tanpa keinginan
(36) asamyatatmana yogo
dushprapana iti me matih
vasyatmana tu yatata
sakyo 'vaptum upayatah
artinya :
aku percaya, yoga sukar dicapai
oleh orang yang tidak bisa mengendalikan diri
tetapi dia yang bisa, dapat dicapai
dengan usaha dan alat yang benar
(Mahabahu = Kuntiputra = Arjuna). Betapun sukarnya. Krisna menyakinkan bahwa pikiran itu dapat dikendalikan dengan latihan terus-menerus dan kerja tanpa keinginan-keinginan untuk pribadi yang bersifat nafsu birahi. Bukankah falsafah Bagavata mengatakan : "Bila bumi terbentang dibawah kita, kenapa susah-payah mencari tempat berbaring?
Bila lengan ini masih ada, kenapa kita masih butuhkan bantal? Bila telapak tangan kita masih ada, mengapa bingung mencari piring-cangkir? Bila cuaca-udara masih ada, kulit kayu dan sebagainya, mengapa masih membutuhkan sutera ? inilah suatu contoh bagaimana pikiran itu harus dilatih supaya tidak bekerja dengan keinginan-keinginan yang berlebih-lebihan.
(37) arjuna uvacha:
ayatih sraddhayo 'peto
yogach chalitamanasah
aprapya yogasamsiddhim
kam gatim krishna gachchati
artinya :
Arjuna bertanya:
Orang yang tidak dapat menguasai diri
Walaupun keyakinan ada, dengan pikiran mengembara
Terlepas dari yoga dan gagal mencapai yoga
Oh Krisna ia lalu pergi kemana?
(38) kachchin no 'bhayavibhrashtas
chhinnabhram iva nasyati
apratishtho mahabaho
vimudho brahmanah pathi
artinya :
apakah ia tidak lenyap, oh Mahabahu
bagaikan tebaran awan, musnah dari kedua-duanya
dan dengan tanpa pegangan apa-apa
bingung pada jalan menuju Brahman?
(39) etan me samsayam krishna
chhettum arshasy aseshatah
tvadanyah samsayasya 'sya
chhetta na hy upapadyate
artinya :
engkau harus lenyapkan sama sekali
keragu-raguan ini, oh Krisna
sebab tiada seseorang pun selain dikau
yang dapat menghapus keragu-raguan ini
dalam sloka 38 Mahabahu adalah Krisna sendiri, sebab krisna juga dipanggil dengan julukkan 'Yang Bersenjata Sakti Perkasa' (Mahabahu).
Yang memberatkan pikiran arjuna untuk mengejukan pertanyaan tersebut diatas adalah karena ia berpikir : apakah jadinya jiwa orang yang setelah berusaha keras, namun gagal juga? Tidak terhitung jumlah mereka yang tidak berhasil menjalankan yoga ini karena sukar dan beratnya sampai akhir.
Sekali orang jatuh, ia musnah dari kedua-duanya. Yaitu gagal dengan jalan ilmu-pengetahuan dan jalan kerja kebajikan (mengedakan upacara persembahyangan, kebaktian dan sebagainya), dan jatuh dalam hidup didunia ini dan dalam dunia yang yang akan datang.
(40) sribhagvan uvacha:
partha nai 've 'ha na 'mutra
vinasas tasya vidyate
na hi kalyanakrit kaschid
durgatim tata gachchhati
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Tidak dalan hidup ini dan tidak juga nanti
Akan ada kebiasaan baginya, oh Parta
Sebab orang yang berbuat kebajikkan , wahai kawan
Tidak akan pernah menempuh jalan kedukaan
(41) prapya punyakritam
ushitva sasvatih samah
suchi nam srimatam gehe
yogabrashto 'bhijayate
artinya :
setelah mencapai dunia kebajikkan
dan dunia disana dalam waktu yang lama
orang gugur dalam melaksanakan yoga
lahir kembali dalam keluarga suci dan bahagia
(42) athava yoginam eva
kule bhavati dhimatam
etad dhi durlabhataram
loke janma yad idrisam
artinya :
mungkin ia lahir dalam keluarga yogi
yang diberkahi dengan budi-pekerti
karenanya, kelahiran seperti ini
sukar diperoleh dalam dunia ini
(43) tatra tam buddhisamyogam
labhate paurvadehikam
yatate cha tato bhuyah
samsiddhau kurunandana
artinya :
disana ia menemui kembali
karakteristik kesadaran hidupnya yang dulu
dan dengan ini ia berusaha lagi
menuju kearah kesempurnaan, oh Kurunanda
(Kurunanda = Arjuna, lihat penjelasan sloka I.1). memang orang yang jujur dan selalu berbuat kebajikkan, walaupun menderita, tidak pernah menyesal dan berduka cita.
Sebab ia tahu bahwa sukses dalam hidup menempuh jalan yang sukar dan kesempurnaan tiba dengan sangat perlahan-lahan. Orang mungkin menempuh inkarnasi beberapa kali untuk sampai kepada kesempurnaan yang tertinggi, tetapi langkah-langkah kebajikkan yang pernah ditenpuh dalam kehidupan yang terdahulu tidak akan lenyap. Semua itu merupakan batu loncatan untuk langkah-langkah sehingga kita menemui Brahman, Yang Maha Kekal Abadi.
(44) purvubhyasena tenai 'va
hriyate hy avaso 'pi sah
jijnasur api yogasya
sabdabrahma 'tivartate
artinya :
dengan usaha-pengalaman domasa lampau
mendorng ia mau tidak meneruskan,
dan hanya dengan tujuan untuk mengetahui yoga
ia melampaui kitab-kitab suci wada
perkataan sabdaharma berarti : suara Brahman, suara Yang Maha Kuasa. Dalam hubungan sloka diatas ini sabdabrahma dimaksudkan kitab-kitab suci Weda dalam keseluruhannya.
Usaha pengetahuan dan pengalaman dalam hidup-hidup dimasa yang lampau sebelum hidup ini, mau tidak mau mendorong seorang yogi, yang telah pernah gugur, untuk maju terus mencapai tingkat yang lebih sempurna, sehingga ia dapat melampaui apa yang tersirat dan tersurat dalam kitab-kitab suci Weda.
(45) prayatnad yatamanas tu
yogi samsuddha kilbishah
anekajanma samsiddhas
tato yati param gatim
artinya :
tetapi yogi yang berusaha terus sekuat hati
menghapus sama-sekali segala dosa
disempurnakan melalui berbagai kelahiran
mencapai idaman yang tertinggi
walaupun gagal mencapai tujuan kesempurnaan tertinggi, karena kelemahan, namun usaha-usaha dan pengelaman-pengelaman kebajikannya akan tetap ada padanya setelah meninggal dunia, dan akan tetap menolong dia dalam menempuh hidupnya yang lain, sehingga pada waktunya ia mencapai tujuan Terakhir.
(46) tapasvibhyo 'dhiko yogi
jnanibhyo 'pi mato 'dhikah
karmabhiyas cha 'dhiko yogi
tasmad yogi bhava 'rjuna
artinya :
seorang yogi lebih besar dari pertapa,
ia lebih mulia daripada sarjana
lebih utama dari yang melakukan upacara
karenanya, menjadilah yogi, oh Arjuna
seorang yogi sempurna harus memiliki kwalifikasi yang menyatakan bahwa inti-jiwanya harus menyatukan diri dengan Atman, ia harus mempunyai kepercayaan penuh dan ia harus seorang bhakta (pengikut yang setia berbakti penuh kesadaran).
(47) yoginam api sarvesham
madgatena 'ntaratmana
sraddhavan bhajate yo mam
sa me yuktatamo matah
artinya :
dan juga diantara semua yogi
dengan penuh kepercayaan menyembah aku
dengan inti jiwa bersatu pada-Ku
ia adalah yogi terbaik bagi-Ku
oleh karena Brahman dipersonifikasikan dalam diri Krisna, maka itu untuk Brahman dipergunakan perkataan 'Aku' atau 'Ku'. Ini bukanlah suatu anthropomorphi yang kekanak-kanakan, melainkan harus dilihat dari segi seni kesusastran bahsa Bhagavadgita sendiri.
Ity srimad bhagavadgitavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjunasamvade
Dyana nama shashtho 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ke tujuh Upanishad
Bhagavadgita mengenai ilmu pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krishna dan Arjuna
Yang berjudul DHYANAYOGA
BAB VIII
VII. PERCAKAPAN KETUJUH :
JNANA VIJNANA YOGA
Krisna masih menjelaskan tentang meditasi, memusatkan pikiran yang terpaku kepada Brahman dalam Bab kedelapan ini
Selanjutnya Krisna menerangkan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari Guru-guru dan kitab suci (jnana) merangkan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari Guru-guru dan kitab suci (jnana) dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan perbandingan-perbandingan yang dihadapi dalam kenyataan hidup ini. Kedua ilmu-pengetahuan ini adalah untuk mengejar kesempurnaan.
Aspek Brahman ada dua, yaitu unsur alam (tanah, air, api, udara, ether, pikiran, ego dan intelek atau akal budi) dan unsur hidup (jiwa). Brahman adalah segala dan ada dimana-mana.
Karena empat macam orang penyembah Brahman berdasarkan pengetahuan masing-masing : yang sengsara, yang mengejar harta-benda, yang mengejar ilmu-pengetahuan dan yang berbudi luhur. Hanya yang berbudi luhur, berhati bersih, mempunyai kemauan dan pengebdian yang menunggal kepada-Nya yang mulia.
Karena kekuatan ilusi Maya orang tidak mengetahui Brahman.
Mereka yang memiliki ilmu-pengetahuan, berbudi pekerti tinggi, bernaung kepada-Nya, mengetahuikebenaran jiwanya dan hukum karma - mengetahui Brahman.
(1) Percakapan ketujuh
sribhagavaan uvacha:
mayy asaktamanah partha
yogam yunjan mada srayah
asamsayam samagram mam
yatha jnasyasi tach chhrinu
artinya :
dengarkanlah kini, oh Parta, melaksanakan yoga
dengan pikiranmu terpaku kepada-Ku
dengan Aku sebagai pelindungmu
tanpa ragu kau akan mengenal Aku sepenuhnya
(Parta =Arjuna). Dalam bab ini Krisna hendak menjelaskan kepad Arjuna pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh tentang Brahman, Seru-Sekalian-Alam, tidak saja dari segi dunia Jiwa-Nya melainkan juga dari segi dunia Alam-Semesta-Nya, dan Krisna sendiri sebagai manisfestasi-Nya didunia ini.
(2) jananam te 'ham savijnanam
idam vakshyamy aseshatah
yaj jnatva ne 'ha bhuyo 'nyaj
jnatavyam avasishyate
artinya :
kepadamu selengkapnya akan Kuajarkan
budipekerti ini bersama-sama dengan ilmu-pengetahuan
dengan mengetahui semuanya, tiada lagi
sesuatu yang tertinggal untuk diketahui
mengetahui istilah jnana dan vijnana, baca keterangan, sloka III.41.
(3) manushyanam sahasreshu
kaschid yatati siddhaye
yatatam api siddhanam
kaschin mam vetti tattvatah
artinya :
diantara beribu-ribu manusia
hampir tak seorang-pun mengejar kesempurnaan
dan diantara mereka yang berhasil
hampir tak seorangpu mengenal Aku dalam kebenaran
kalimat 'hampir tak seorang' dalam sloka diatas ini dimaksudkan 'sangat sedikit dan jarang' orang yang mampu menempuh jalan menuju kesempurnaan ini. Tetapi ini adalah suatu gambaran yang relatif belaka untuk menyatakan betapa sukarnya jalan kearah itu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh Krisna sendiri dalam sloka IV.10 dan 11 banyak juga yang telah mencapai Brahman.
(4) bhumir apo 'nalo vayuh
kham mano buddhir eva cha
ahamkara iti 'yam me
bhinna prakritir ashtadha
artinya :
tanah, air, api
dan udara, ether, akal budi
pikiran dan ego merupakan
delapan unsur alam-Ku
(5) apare 'yam itas tv anyam
prakritim viddhi me param
jivabhutam mahabaho
yaye 'dam dharyate jagat
artinya :
inilah unsur alam-ku yang lebih rendah
dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi
oh Mahabahu, unsur hidup yaitu Jiwa
yang mendukung alam semesta ini
disini Krisna menjelaskan bahwa Tuhan (Brahman Yang Maha Esa) terdiri dari unsur yang lebih rendah, yaitu unsur alam, dan unsur yang lebih tinggi yaitu unsur hidup. Kedua-duanya, yaitu unsur alam (tanah, air, api, udara, ether, akal budi, pikiran dan ego) dan unsur hidup (jiwa) bersatu merupakan suatu kesatuan yang kita sebut Tuhan (Brahman, Yang Maha Esa). (Mahabahu = Arjuna).
(6) etadyonini bhtani
sarvani 'ty upadharaya
aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha
artinya :
ketahuilah bahwa semua insani
mempunyai sumber-kelahiran disini,
Aku adalah asal-mula alam-semesta ini
Demikian pula kiamat-kelaknya ini
Dalam sloka ini dengan jelas diuraikan oleh Krisna bahwa Tuhan (Brahman) adalah sumber-kelahiran segala mahkluk asal-mula (prabhavah) dan kiamst kelaknya (pralayah) alam semesta ini. Semua berasal dari Dia dan kembali kepada-Nya.
(7) mattah parataram na 'nyat
kimchid asti dhanamjaya
mayi sarvam idam protam
sutre manigana iva
artinya :
tiada yang lebih tinggi daripada-Ku
oh Dananjaya, yang ada disini
semua terikat pada-Ku bagaikan rangkaian
mutiara pada seutas tali
kelahiran alam-semesta ini terikat pada jiwa Tertinggi, ibarat rangkaian mutiara pada seutas tali, atau ibarat jembatan yang menghubungi dunia ini dan dunia sana diatas mana manusia dapat menyebrang (Mundaka Upanishad II, ii.5), atau ibarat burung-burung yang kembali kepohon (Orasna Upanishad IV, iv 7-9). (Dananjaya = Arjuna)
(8) raso 'ham apsu kaunteya
prabha 'smi saisuryayoh
pranavah sarvavedeshu
sabdah khe paurusham nrishu
artinya :
Aku adalah rasa dalam air, Kuntiputra
Aku adalah cahaya dibulan dan matahari
Aku adalah huruf AUM dalam Kitab Suci Weda
Aku adalah suara di-Ether dan kemanusian pada manusia
(Kuntipura = Arjuna). Brahman sebagai sumber dan semuanya terjalin pada-Nya sebagai manisfestasi-Nya. Huruf AUM berarti pula Tuhan (Brahman).
(9) punyo gandhah prithivyam cha
tejas cha 'smi vibhavasau
jivanam sarvabhuteshu
tapas cha 'smi tapasvisnu
artinya :
Aku adalah harum-sucinya tanah
Dan benderang-nyalanya-api
Aku adalah nyawanya semua insani
Dan semangat tapabratanya pertapa
(10) bijam mam sarvabhutanam
viddhi partha sanatanam
buddhir buddhimatam asmi
tejas tejasvinam aham
artinya :
ketahuilah, oh Parta. Aku ini
adalah benih abadi dari semua insani
Aku adalah budipekerti dari kaum intelektual
Aku adalah cemerlangnya keindakan
(11) balam balavatam cha 'ham
kamaraga vivarjitam
dharmaviruddho bhuteshu
kamo 'smi bhatarash abba
artinya :
Aku adalah kekuatan dari yang perkasa
Bebas dari keinginan dan nafsu birahi
Aku adalah cintanya semua insani
Yang tidak bertentangan dengan dharma , oh Baratasaba
(Arjuna juga dipanggil dengan nama Baratasaba, yang berarti Pemimpin bangsa Barata, yaitu nenek-moyang Pandawa). Didalam ketiga sloka diatas nyatalah betapa gambaran tentang Brahman (Tuhan) didalam semua kedua aspeknya seperti harumnyanya tanah, nyalakan api, nyawanya insani, benihnya mahkluk dan seterusnya, baik aspek unsur alam-Nya maupun aspek unsur hidup-Nya.
(12) ye chai 'va sattvika bhava
rajasas tamasas cha ye
matta eve 'ti tan viddhi
na tv aham teshu te mayi
artinya :
walaupun bagaimana keadaan sifat itu
baik suci, lincah maupun beku
ketahuilah, semua berasal dari Aku
bukan Aku dalam mereka, tetapi mereka didalam-Ku
tanpa adanya kepercayaan yang lebih tinggi kalimat 'bukan Aku (Brahman) dalam mereka, tetapi mereka didalam-Ku' sukar dapat dimengerti dengan logika biasa. Tetapi dapat kiranya dijelaskan dengan perumpamaan berikut ini : seseorang yang berdiri dalam gelap gulita melihat bayangannya, melainkan bayangan itulah ada didalam sosok tubuh orang yang kebetulan ada dalam tempat yang gelap itu. Oleh karena sifatnya memang penakut maka orang yang dalam gelap itu disangkanya bayangan setan yang mengerikan.
Demikian pula Brahman yang bukanya ada dalam bayangan ilusi, melainkan kekuatan ilusi (maya) itulah ada dalam Brahman
(13) tribhir gunamyair bhavair
ebhih sarvam idam jagat
mohitam na bhijanati
mam ebhyah param avyayam
artinya :
dikelabuhi oleh ketiga sifat alam ini
kiranya seluruh dunia tidak mengetahuinya
sesungguhnya Aku ini lebih tinggi
daripada mereka, dan kekal abadi
yang dimaksudkan dengan ketiga sifat alam dalam sloka ini adalah : suci (sattva), lincah (rajas) dan beku (tamas). Selanjutnya mengenai istilah-istilah sattva, rajas dan tamas lihat keterangan sloka II.45.
(14) daivi hy esha gunamayi
mama maya duratyaya
mam eva ye prapadyante
mavam etam teramti te
artinya :
bayangan suci kekuatan ilusi-Ku ini
yang disebabkan oleh sifat-sifat itu sukar diatasi
tetapi hanya mereka yang berlindung kepadaku
dapat melampaui kekuatan ilusi itu
yang dimaksudkan dengan 'kekuatan ilusi' adalah maya (mengenai istilah ini baca keterangan sloka IV.6)
(15) na mam dushkritino mudhah
prapadyante naradhamah
mayaya 'pahatajnana
asuram bhavam asritah
artinya :
mereka yang jahat hidup nista
diantara manusia-manusia berhati hina
tidak datang kepada-Ku, sebab pikiran
mereka diliputi kekuatan ilusi dan bersifat setan
orang-orang jahat tidak bisa mencapai hidup spirituil; sebab ia tidak dikendalikan oleh jiwanya melainkan oleh egonya. Langkah yang pertama yang mereka harus lakukan adalah berhenti berbuat jahat, kemudian melaksankan norma ethika dalam masyarakat orang baik-baik. Setelah itu mereka baru dapat menempuh kehidupan spirituil, dimana jiwa mereka dapat menaklukan ego mereka.
(16) chaturvidha bhajante mam
janah sukritino 'rjuna
arto jijnasur artharthi
jnani cha bharatashabha
artinya :
ada empat macam orang yang baik hati
memuja pada-Ku, wahai Baratasaba
mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu,
yang mengejar harta dan yang berbudi, Arjuna
(Baratasaba = arjuna, lihat sloka 11).
(17) tesham jnani nityayukta
ekabhaktir visishyate
priyo hi jnanino 'tyartham
aham sa cha mama priyah
artinya :
diantara mereka, yang berbudi selalu
memusatkan pikiran dan berbakti pada Yang Satu
adalah mulia sebab itu dialah aku
sangat kasihi dan dia kasih kepada-Ku
diantara mereka yang sengsara yang mengejar ilmu-pengetahuan, yang mengejar harta-benda dan yang berbudi-luhur, menurut Mahabarata ketiga-tiga yang pertama memuja dan berbakti kepada Brahman dengan mengharapkan anugerah daripada-Nya. Yang disebut phalakama. Hanya yang keempatlah, yaitu yang berbudi luhur, tidak mengharapkan apa-apa kecuali memusatkan pikiran dan baktinya kepada Brahman.
(18) udarah sarva evai 'te
jnani tv hi yuktatma
asthitah sa hi yuktatma
mam eva 'nuttamam gatim
artinya :
:
semua mereka itu adalah mulia
tetapi yang berbudi Ku-pegang sebagai diri-Ku
sebab jiwanya seimbang dengan sempurna
dan tujuannya tertinggi hanya bernaung kepada-Ku
menurut Krisna, keempat kategori manusia yang memusatkan Tuhan (Brahman) itu adalah semuanya baik, sebab mereka memiliki kepercayaan akan adanya Brahman. Namun demikian, orang yang berbudi luhur, berhati bersih, mempunyai kemauan dan pengabdian menunggal kepada-Nya, adalah yang termulia. Pembagian kategori ini bukanlah kemauan Brahman, melainkan adalah kehendak manusia sendiri atas sikapnya terhadap Brahman.
(19) bahunam janmanam ante
jnanavan mam prapadyate
vasudevah sarvam iti
sa mahatma sudurlabha
artinya :
pada banyak akhir kelahiran manusia
orang yang berbudi datang kepada-Ku
karena tahu, Wasudewa adalah segalanya
sungguh sukar dijumpai jiwa agung serupa itu.
Wasudewa adalah sebutan lain dari Atman atau Brahman. Krisna sendiri juga disebut Wasudewa, karena ia adalah manisfestasi dari Brahman dan kebetulan pula ia adalah putera Maharaja Wasudewa dari keturunan bangsa Yadawa yang terkenal dalam kisah Mahabarata.
(20) kamais tais-tair hritajnanah
prapadyante 'nyadevatah
tam-tam niyamam asthaya
prakritya niyatah svaya
artinya :
tapi mereka yang dikendalikan nafsu duniawi
pergi ketempat pemujaan para dewata
mempersembahkan aneka-warna upacara
menurut cara-cara mereka sendiri
karena mengharapkan anugerah dari upacara pemujaan mereka, maka mereka pergi ketempat-tempat persembahyangan para dewata menurut cara mereka masing-masing. (lihat juga sloka IV.12)
(21) yo-yo yam-yam tanum bhaktah
sradhaya 'rchitum ichchhati
tasya-tasya 'chalam sraddham
tam cva vidadhamy aham
artinya :
apapun bentuk kepercayaan yang ingin
dipeluk oleh penganut agama
Aku perlakukan mereka sama
Supaya tetap teguh dan sejahtera
disini Krisna menjelaskan bahwa Brahmana memperlakukan kepercayaan manusia, apapun bentuk dan cara yang dipergunakannya selama manusia merasa sujud kepada-Nya sama tanpa perbedaan apa-apa. Bagaimana bentuk dan caranya, selama manusia bersujud kepada-Nya, ia pasti menemui kemajuan budi-pekerti yang mendekatkan dirinya kepada Brahman.
Dengan sloka ini Krisna juga berhasrat menanamkan rasa toleransi beragama diantara manusia didunia ini, dan berharap agar manusia berpegang teguh kepada masing-masing kepercayaan demi kesejahteraan mereka sendiri.
(22) sa taya sraddhaya yuktas
tasya 'radhanam ihate
labhate cha tatah kaman
mayai 'va vihitan hi tan
artinya :
berpegang teguh pada kepercayaan itu
mereka berbakti pada keyakinan itu pula
dan daripadanya memperoleh harapan mereka
yang sebenarnya hanya dikabulkan oleh-Ku
(23) antavat tu phalam tesham
tad bhavanty alpamedhasam
devan devayajo yanti
madbhakta yanti mam api
artinya :
akan tetapi hasil yang didapat meraka,
orang-orang yang berpikiran licik, adalah sementara
yang menyembah dewata pergi kepemujaan dewa-dewa
supaya tetap teguh dan sejahtera
sesungguhnya segala bentuk pemujaan, pada tujuannua terakhir, adalah pemujaan kepada Brahman, segala bentuk kepercayaan kepada Brahman. Dan oleh karenanya yang diperoleh adalah anugerah yang bersifat materiil (duniawi) adalah sementara, sebab tujuan hidup terakhir adalah mencapai kelepasan, bersatu dengan Brahman ditempat yang kekal-abadi.
(24) avyaktam vyaktim apannam
mayante mam abuddhayah
param bhavan ajananto
mama 'vyayam anuttamam
artinya :
orang yang picik pengertian beranggapan
Aku yang tan berbentuk seperti mansifestasi
Tidak mengetahui sifat-Ku yang kekal abadi
Tidak berubah-ubah. Yang Maha Tertinggi
Brahman, Tuhan Yang Maha Esa, tidak dapat dilukiskan dengan predikat apapun, baik secara methdologi maupun secara epistemologi, atau benda nyata, pandangan dan pengertian kita adalah terbatas dan tidak sempurna, dan karena itu satu-satunya jalan yang terbaik untuk mengetahui Brahman adalah menempuh jalan berbakti dengan penuh kesabaran agar pandangan dan pengertian kita bertambah baik dan pada suatu ketika kelak menjadi sempurna. Dengan perkataan lain ,adanya pengabdian dan kebaktia
an adalah sangat penting.
(25) na 'ham prakasah sarvasya
yogamaya samavritah
mudho 'yam na 'bhijanati
loko mam ajam avyayam
artinya :
terselubungi oleh kekuatan cipta-maya-Ku
aku tidak kelihatan bagi semuanya,
dunia yang kacau ini tidak mengetahui Aku
yang tidak terlahirkan dan tidak pernah sirna
perkataan yogamaya dalan sloka ini berarti : kekuatan ilusi yang unik dan mistirius yang ada pada Brahman, ibarat kabut atau awan yang membatasi pandangan mata kita, sehingga tidak dapat melihat apa yang ada dibalik awan atau kabut itu. (mengenai istilah ini, lihat juga keterangan sloka 14 dan sloka IV.6).
(26) veda 'ham samatitani
vartamanani cha 'rjuna
bhavishyani cha bhutani
mam tu veda na kaschana
artinya :
Aku tahu semua mahkluk yang terdahulu
Yang hidup kini dan lahir nanti
Tetapi tiada seorang jua pun
Wahai Arjuna, yang mengenal Aku
(27) ichchhadvesha samutthena
dvabdvamohena bharata
sarvabhutani sammoham
sarge yanti paramtapa
artinya :
semua mahkluk sejak lahir, oh barata
telah tersesatkan oleh dualisme pertentangan
yang lahir dari hawa-nafsu ketamakkan
dan amarah-dengki, wahai prantapa
(Barata = Panrantapa = Arjuna). Manusia hidup didunia ini dalam kenyataan antara panas dan dingin, antara kaya dan miskin, antara kecintaan dan kebencian dan sebagainya. Dualisme pertentangan inilah harus dilenyapkan.
(28) yesham tv antagatam papam
jnanam punyakarmanam
te dvamdvamoha nirmukta
bhajante mam dridhavratah
artinya :
tetapi mereka yang berhati suci
yang tidak mempunyai dosa lagi
bebas dari dualisme pertentangan ini
memuja Aku dengan sumpah sepenuh hati
(29) jaramarana mokshaya
mam asritya yatanti ye
te brahma tad viduh kristnam
adnyatmam karma cha 'khilam
artinya :
mereka yang bernaung dibawah-Ku berusaha
untuk kelepasan dari hari-tua dan kematian
mereka mengetahui Brahman, kebenaran jiwanya
dan hukum karma dalam keseluruhan
(30) sadhibhutadhi daivam mam
sadhiyajnam cha ye viduh
prayaakale 'pi cha mam
te vidur yktachetasah
artinya :
mereka yang mengetahui Aku memangku
segala aspek alam-semesta, jiwa dan upacara
dengan jiwa tenang, meski disaat ajal mereka
sudah sampai, meraka tetap memuja Aku
dosa yang dilukiskan dalam sloka 28, bukanlah kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya pelanggaran terhadap hukum atau undang-undang dan peraturan-peraturan yang dirumuskan dalam konvebsi maupun yang dibuat oleh manusia. Melainkan dosa itu adalah bersumber pada kedunguan dan kepicikan manusia yang dikuasai oleh egonya. Ego yang mencekam manusia menyebabkan ia memburu kesenangan dan kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Inilah yang dimaksudkan dengan dosa dalam kehidupan spirituil.
Orang yang sudah tidak mempunyai dosa, jiwanya bersih dan kesadarannya tinggi, dan sampai ajalnya pun tetap tenang dan tidak berubah. Sebab ia memiliki ilmu-pengetahuan dan budipekrti tentang Brahman, yang diuraikan oleh Krisna dalam Bab ke-VII ini.
Ity srimad bhagavadgitasuoanishatsu brhmavidyayam
Yogasastre srikrishnajunasamvade
Jnanavinanayogo nama saptamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kedelapan Upanisad
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul JNANA VIJNANA YOGA
BAB IX
VII. PERCAKAPAN KEDELAPAN
AKSHARA BRAHMA YOGA
Krisna masih meneruskan dengan keterangannya tentang renungan meditasi menuju Brahman dalam Bab kesembilan ini
Arjuna bertanya apakah sebenarnya Brahman, Adyatman, Karma, Adhibhuta, Adhidaiva dan Adhyajna. Krisna menjawab bahwasanya Brahman : Yang kekal-abadi, Maha Agung-Adhyatman : manisfestasi pertama Brahman = intisari alam semesta + mahkluk hidup - karma : daya cipta Brahman dalam hubungannya dengan evolusi penciptaan-Adhyajna : basis bakti persembahan.
Selanjutnya Krisna menjelaskan tentang meditasi dan konsentrasi jiwa ini dalam yoga, sehingga tercapai pengertian bahwasanya Brahman adalah kekal-abadi dan tidak termusnahkan.
Dari Brahman kebawah, sumua mahkluk mengalami kelahiran kembali, tetapi kalau sidah bersatu dengan Brahman tidak ada inkarnasi lagi
Yogi yang mencapai tempat Brahman, dikala ajal memanggil bila ada api, cahaya, sianghari, purnama dan snam musim matahari ada di Utara, bermeditasi dan berkonsentrasi dalam yoga mengucapkan aksara tunggal AUM, meninggalkan badan-jasmani ini, menuju tujuan yang tertinggi.
VII Percakapan kedelapan
(1) arjuna uvacha:
kim tad brahma kim adhyatmam
kim karma purushottama
adhibhutam cha kim proktam
adhidaivan kim uchyate
artinya :
Arjuna bertanya:
Apakah itu Brahman, apakah itu Adhyatman
Dan ada pula itu Karma, oh Parushottama
Apakah yang dinamakan Adhibhuta
Dan pap pula yang disebut Adhidaiva?
(2) addhiyajnah katham ko 'tra
dehe 'smin madhusadana
prayanakale cha katham
jneyo 'si niyatatmabhih
artinya :
apakah itu Adhyajn adalam badan kita
bagaimana, oh Madusudana, dan betapa pula
Engkau bisa diketahui oleh mereka
Yang telah menguasai diri disaat ajal tiba?
(Purushottama = Madusudana = Krisna. Perkataan purushottama berarti : Manusia Yang Utama. Krisna dipanggil demikian, sebab Ia adalah Rasul Brahman yang turun kedunia ini).
Dalam Bab ke VIII sloka 29 dan 30, istilah-istilah Adhiyajna, adhidaiva, adhibhuta dan adhyatman, telah disebut-sebut oleh Krisna. Karena masih ragu-ragu akan pengertiannya, maka Arjuna beratnya akan arti masing-masing istilah tersebut.
(3) sribhagavan uvacha:
aksharam brahma paramam
svabhavo 'dhyatmam uchyate
bhutabhavodbhavakaro
visargah karmasamjnitah
artinya :
Sri Bagawan menjawab:
Yang Kekal-Abadi, Maha Agung, adalah Brahman
Intisari alam dinamakan Adhyatman,
Karma adalah nama diberikan pada daya cipta
Yang melahirkan mahkluk hidup didunia
(4) adhibhutam ksharo bhavah
purushas cha 'dhidaivatam
adhiyajno 'ham eva 'tra
dehe dehabhritam vara
artinya :
basis segala yang tercipta adalah alam beku ini
basis elemen suci adalah jiwa semesta
dan basis semua bakti-persembahan dibadan ini
adalah aku, oh Manusia-termulia (Arjuna)
(Oleh Krisna, arjuna dipanggil dengan julukan bhritam vara yang artinya 'pengemban badan jasmani yang paling mulia', jadi manusia termulia, sebab dalam badan jasmani Arjuna jiwa yang mulia, lagipula pada saat tahap ini arjuna sudah dianggap mempunyai pengertian lebih maju
dalam bab ke-IX ini Krisna ingin mengungkapkan berlangsungnya evolusi alam-semesta dari awal-mulanya sampai pada akhirnya. Krisna menjelaskan bahwayang permulaan ialah Brahman, yang kekal-abadi, yang Maha Agung, pusat segala kegiatan yang meliputi
semua mahkluk hidup, bakti persembahan, para dewata (mahkluk yang lebih tinggi dan bercahaya-cahaya) kerja dan gerakkan, serta segala sesuatu yang ada dalam jagat raya alam-semesta ini.
Aspek yang pertama daripada Brahman dalam evolusi alam semesta ini adalah Adhyatma
an(adhi + atman) jadi Adhyatman adalah manisfestasi pertama dari para Brahman yang merupakan intisari alam-semesta dan mahkluk hidup. Proses penciptaan alam semesta dan mahkluk hidup yang ada pada Brahman disebut karma; dengan perkataan lain Karma adalah daya cipta Brahman dalam hubungan evolusi penciptaan ini.
Basis proses penciptaan ini adalah alam beku dan segala sesuatu yang bersifat materiil, yang mempunyai kelahiran dan kematian, disebut dengan nama adhibhuta sedangkan basis tempat berpijak segala sesuatu yang bersifat halus-suci adalah jiwa universiil dan aspek halus-suci lainnya, yang bersemayam dalam mahkluk hidup dan mempunyai kekuatan indria (rasa), yang dinamakn adhidaibata. Dan basis daripada bakti persembahan (termasuk kegiatan dan kerja untuk kebajikan) badan jasmani ini yang disebut Adhiyajna. Bakti persembahan bersumber pada Brahman, maka itu segala bakti-persembahan harus ditujukan kepada-Nya untuk menyucikan jiwa yang ada dalam basis ini (yaitu badan-lihat jasmani kita). Dalam hubungan bakti- persembahan ini lihat sloka III.10, sloka III.15 dan sloka IV.24)
(5) antakale cha mam eva
smaran muktva kalevaram
yah prayati sa madvam
yati na 'sty atra samsayah
artinya :
barang siapa pada waktu ajal tiba
berpulang, meninggalkan badan-jasmani ini
dengan mengenang Aku selalu, datang kepada-Ku
ini tidak dapat diragu-ragukan lagi
perkataan antakale berarti : waktu ajal tiba. (Lihat pula sloka VIII.30). sloka ini mencoba memberi tekanan kepada apa yang terpikirkan oleh seseorang terakhir sebelum ia menghembuskan nafasnya penghabisan dikala mengehadapi maut, sebab pikiran terakhir ini menentukan kelahirannya kembali pada hidup yang akan datang (inkarnasi yang kemudian). Hal ini juga ditekannkan oleh kitab-kitab Upanishad. Mahabharata dan Ramayana.
(6) yam-yam va 'pi smaran bhavam
tyajaty ante kalevaram
tam-tam evai 'ti kaunteya
sada tadbhavabhavitah
artinya :
apa saja terpikirkan pada saat ajalnya
meninggalkan badan jasmani ini, oh Kuntiputra
ia akan sampai pada keadaan yang terpikirkan itu
sebab ia terus-menerus terbenam dalam pikiran itu
jiwa orang yang meninggal pergi kepada apa yang terpikirkan olehnya pada saat ia menghembuskan nafas penghabisan, pikiran dalam kehidupan yang terdahulu menentukan kelahiran yang akan datang. Inilah hukum inkarnasi.
(7) tasmat sarveshu kaleshu
mam anusmara yudhya cha
mayy arpitamanobuddhir
mam evai 'shyasy asamsayah
artinya :
sebab itu kapan saja ingatlah pada-Ku
selalu, dan berjoanglah terus maju
dengan pikiran dan budipekerti tetap pada-Ku
engkau pasti datang kepada-Ku
kalimat anusmara yudhya berarti 'ingatlah pada-Ku dan berjoanglah terus maju!'. Disini Krisna menganjurkan kepada Arjuna, agar sebagai seorang kesatria ia bertempur terus maju melawan musuh-musuhnya, dan sebagai manusia dalam kehidupan spirituil ia terus berjuang melawan kekuatan-kekuatan gelap yang ada pada dirinya dengan selalu mengenangkan Brahman.
(8) abhysa yoga yuktena
chetasa na 'nyagamina
paramam purusham divyam
yati partha 'nuchintayan
artinya :
dengan pikiran tak mengembara kemana-mana
terpusat berkat latihan tak-henti-hentinya
dia yang melaksanakan meditasi pada Yang Mahautama
pergi, oh Parta, menuju Brahman, Yang Mahasuci
bukan cemas memikirkan bila kenatian itu akan tiba, melainkan terus-meneru memusatkan pikiran itu sirna dan kematian dihadapi dengan tenang.
(9) kawin puranam anussasitaram
anor aniyamsam anusmared yah
sarvasah dhataram achintyarupam
adityavarnam tamash parastat
artinya :
orang yang memusatkan pikiran pada yang mahatahu
terpurba, mahakuasa, lebih halus daripada atom,
pendukung segala dunia, bentuknya tak terlukiskan
bercahaya bagaikan matahari, diatas segalanya
(10) prayanakale manasa 'chalena
bhaktya yuktho yogabalena chai 'va
bhruvor madhye pranam avesya samyak
sa tam param purusham upaiti divyam
artinya :
dan dengan bermeditasi saat ajal tiba
pikiran tenang, tetap berbakti dengan kekuatan yoga
dan nafas hidup tetap ada diantara kedua kening
ia mencapai Dia Yang Maha Suci
gambaran yang diberikan dalam sloka 9 dan 10 diatas ini tentang Tuhan (Brahman), hendaknya tidak saja dilihat dari segi realiti belaka (anusasitaram = Yang Maha Kuasa), melainkan juga dari sudut theologi (anusmaredyah = lebih halus dari pada atom), dari sudut mistik (yogabalena = dengan kekatan yoga) dan juga dari segi spirituil (purusham upaiti divyam = mencapai dia, Yang Maha Suci).
(11) yad aksharam vedavido vadanti
visanti yad yatato vitar
visanti yad yatato vitaragah
yad ichchhanto brahmacharyam charanti
tat te padam samgrahena pravakshye
artinya :
yang disebut ahli kitab suci weda 'kekal abadi'
ketempat pertapa yang bebas dari hawa-nafsu menuju
dan yang dinginkan oleh brahmacari
hendak Ku-jelaskan dengan singkat kepadamu
perkataan brahmacari berarti : cantrik (lihat sloka VI.14). yang disebut 'kekal-abadi'dan yang menjadi tujuan terakhir bagi orang yang yang beragama dan menempuh kehidupan spirituil, dijelaskan oleh Krisna dalam sloka-sloka berikutnya. (aksharam = kekal-abadi)
(12) sarvadvarani samyamya
mano hridi nirudhya cha
mardhny adhaya 'tmanah pranam
asthito yogadharana
artinya :
semua pintu-gerbang dikuasai
pikiran dibatasi oleh hati
nafas-hidup berpusat dikepala
tegak dalam konsentrasi yoga
(13) aum ity ekaksharambrahma
vyaharan mam anusmaram
yah prayati tyajan deham
sa yati paramam gatim
artinya :
dia yang mengucapkan aksara tunggal AUM
yaitu Brahman, dan mengenangkan Aku
sewaktu ajal telah memanggil kembali
meninggalkan jasmai, pergi ketujuan tertinggi.
Perkataan sarvadvarani berarti 'semua pintu gerbang' dimaksudkan semua pancaindria yang ada dalam badan kita seperti mata, kuping, hidung, mulut, pori-pori (lubang kulit) dan kemaluan (lihat sloka V.13 tentang sembilan pintu-gerbang). Kalimat 'pikiran dibatasi ileh hati' mengandung pandangan hidup (falsafah hidup). Spiritual yang sangat tinggi, sebab betapapun tingginya kemajuan intelek seseorang, pikirannya harus dibatasi oleh perasaan halusnya demi untuk mencapai hidup damai berdampingan dengan sesamanya. Dan dalam hubungannya dengan hidup spiritual hal ini sangat penting demi untuk tidak membiarkan pikiran itu mengembara kemana-mana, supaya terpusat pada pengebdian.
Kitab Yoga sstra mengajarkan kepada kita, bahwa sewaktu ajal telah tiba, jiwa keluar dari hati (jantung) melalui sushumanadi (yang terletak dipusat uratnadi dalam sumsum tulang belakang terus menuju brahmarandhra (yang terletak dalam tengkorak kepala) dan darisana keluar pergi menuju Brahman.
Huruf atau aksara-tunggal AUM berarti "Tuhan Yang Tunggal" (Brahman). Huruf ini dikatakan tunggal menurut bunyi atau suara takala mulut menyebut huruf AUM itu. Prosesnya adalah sebagai berikut : ketika mulut dibuka bunyi yang terdengar adalah a, waktu mulut sedang terbuka bunyi yang terdengar adalah U dan takkala mulut hendak ditutup bunyi yang terdengar adalah M dalam keseluruhan proses terbukanya mulut satu kali terdengarlah bunyi 'AUM'. Dengan perkataan lain, Brahma adalah aksara-tunggal AUM atau Brahman adalah segala aksara (huruf) dari yang mula sampai yang akhir : (lihat juga sloka VIII.8).
(14) ananyachetah satatam
yo mam smarati nityasah
tasya 'ham sulabhah partha
nityayuktasya yoginah
artinya :
dia yang terus-menerus mengenang Aku
tidak memikrkan apa dan siapa lagi
selalu menguasai dirinya sebagai yogi
oh parta, dengan mudah sampai pada-Ku
(15) mam upetya punarjanma
dunkhala yam asasvatam
na 'pnuvanti mahatmanah
samsiddhim paramam gatah
artinya :
setelah sampai kepada-Ku, mereka
yang berjiwa besar ini tak-lagi menjelma
ketempat penuh duka didunia tak-kekal ini
dan mereka tiba pada kesempurnaan tertinggi
setelah ajal tiba dan jiwa meninggalkan badan-jasmani ini, dua kemungkinan bisa terjadi, yaitu menjelma, kembali atau pergi untuk selama-lamanya. Disini letaknya perbedaan!
(16) a brahmabhuvanal lokah
punaravartino 'rjuna
mam upertya tu kaunteya
punarjanma na vidyate
artinya :
dari tempat Brahman kebawah selanjutnya, Arjuna
semua dunia mengalami kelahiran kembali
tetapi setelah mencapai Aku, wahai Kuntiputra
tidak akan kembali ke-kelahiran lagi
kecuali Brahman, semuanya tidak kekal, semuanya mengalami perobahan, terbatas oleh waktu dan ruang.
(17) sahara yuga paryantam
ahar yad brahmano viduh
ratrim yugasahasrantam
te 'horatravido janah
artinya :
yang mengetahui bahwa hari Brahman
sama dengan jangka waktu seribu yuga
dan bahwa malam daripada-Nya seribu yuga.
Adalah mereka yang mengetahui hari dan malam
(18) avyaktad vyaktayah sarvah
prabhavanty aharagame
ratrygame praliyante
tatrai 'va 'vyaktasamjnake
artinya :
pada saat datangnya siang hari
semua yang nyata muncul dari yang tak nyata
dan pada waktu tibanya malam-hari
yang nyata kembali pada yang dinamakan tak-nyata
(19) bhutagramah sa eva 'yam
bhutva-bhutva praliyate
ratryagame 'vasah partha
prabhavaty aharagame
artinya :
banyak yang nyata yang sama ini pula
bolak-balik muncul kembali
dan lenyap lagi tak bekerja pada tibanya malam
oh Parta, muncul lagi pada datangnya hari
menurut tradisi kuno, hari dan malam brahman mengambil jangka waktu masing-masing 1000 yuga (lihat juga sloka IV.8)
tradisi itu pula mengetakan bahwa waktu itu dibagia tas empat jaman, yang masing-masing jaman itu mempunyai panjangnya sendiri-sendiri, yaitu jaman krita = 4000 tahun, jaman tretra = 3000 tahun, jaman dvapara = 2000 tahun dan dan jalam kali = 1000 tahun. Lama saat transisi antara keempat jaman itu adalah 2000 tahun. Jadi jumlah semuanya = 12000 tahun. Ini adalah merupakan tahun-tahun para dewata, kalau dijadikan tahun manusia ini menjadi 360 x 12000 tahun = 4.320.000 tahun. Kesimpulannya hari dan malam Brahman masing-masing, bagi manusia, akan memakan waktu selama : 1000 x 4.320.000 tahun = 4.320.000.000 tahun. Ini disebut satu kalpa.
Betapapun fantastisnya kelihatan angka-angka tersebut diatas, namun apa yang dimaksudkan oleh sloka ini, adalah bahwasanya hari Brahman sama artinya dengan periode manisfestasi kosmos ini dan malam Brahman dimaksudkan periode tak termanisfestasikan kosmos ini.
Yang 'bolak balik muncul kembali' adalah disebabkan oleh akibat daripada karma-nay sendiri, tetapi Brahman. Yang Maha tertinggi tidak terkena oleh periode munculnya dan lenyap-nya semua ini.
(20) paras tasmat tu bhavo 'nyo
'vyakto 'vyaktat sanatanah
yah sa sarveshu bhuteshu
nasyatsu na vinasyati
artinya :
namun dibalik semua yang tak nyata ini
ada pula yang tak nyata, kekal abadi
tidak termusnahkan, walaupun semua
yang lain musnah sirna
perkataan avyakta berarti : yang tak-nyata (tak-termansifestasi). Ada pula macam yang tak-nyata, yang ada kalanya harus dibedakan. Yang tak-nyata pertama dimana makluk yang belum dapat menembus karmanya masuk, sedangkan yang tak-nyata kedua (yang disebut juga sudhhatattwa) adalah dimana jiwa yang telah suci masuk. Yang belakangan ini dikenal juga dengan istilah 'yang-tak-nyata' yang suprakosmos yang tidak mengalami perubahan, yang kekal-abadi.
(21) avyakto 'kshara ity uktas
tam ahuh paramam gatim
yam prapya na nivartante
tad dhama paramam mama
artinya :
yang-tak-nyata ini disebut 'Kekal-abadi'
yang dikatakan memiliki Tempat Tertinggi
jadi siapa mencapai-Nya, tak-kembali
itulah tempat-Ku yang tertinggi
pada saat itulah manusia tidak lagi mengalami lingkaran kelahiran dan kematian, tidak mengalami mansifestasi kosmos (prabhava) dan tidak mengalami yang tak-nyata dari kosmos ini (pralaya).
(22) purusha sa parah partha
bhaktya labhyas tv ananyaya
yasya 'ntahsthani bhutani
yena sarvam idam tatam
artinya :
Dia, Jiwa Yang Tertinggi ini, oh Parta
Didalam mana semua yang ada tinggal
Dan yang mana meliputi segala yang ada
Sesungguhnya dapat dicapai dengan kebaktian tunggal
Krisna menekankan bahwa yang terpenting adalah semangat berbakti dan sujud kepada-Nya, dan tidak ada pilihan lain.
(23) yatra kale tv anavrittim
avrittim chai 'va yoginah
pravata yanti tam kalam
vakshyami bharatashabha
artinya :
hendak Ku-nyatakan kepadamu kini
oh Baratasaba, bilamana para yogi
yang menemui ajal tak-pernah kembali
dan juga bilamana yang pergi tetap kembali
(Baratasaba = Arjuna) Yogi yang menemui ajal tidak pernah kembali menjelma lagi dan yogi yang setelah menemui ajal kembali lagi menjelma, bukanlah merupakan pertentangan, melainkan soal tingkatan belaka, artinya yang sudah sempurna tidak menjelma lagi tetapi yang belum sempurna mengalami inkarnasi lagi.
(24) agnir iyotir ahah suklah
sanmasa attarayanam
tatra prayata gachchhanti
brahma brahmavido janah
artinya :
dikala api, cahaya, sianghari, purnama
dan enam bulan musim matahari ada di Utara
apalagi pada saat itu ajal tiba
orang yang mengetahui Brahman pergi kepada Brahman
(25) dhumo ratris tatha krishnah
sanmasa dakshinayanam
tatra chandramasam iyotir
yogi prapyu nirvartate
artinya :
dikala asap, malam hari, bulan-mati
dan enam bulan musim matahari ada diselatan
apabila saat itu ajal telah memanggil,
yogi yang mencapai cahaya-bulan, kembali lagi
kedua sloka 24 dan 25 diatas ini melikiskan saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi segera setelah ajalnya memanggil berpulang kealambaka. Saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti tersebut dalam sloka 24 diatas dinamakan Uttarayana yang juga disebut Devayana, sedangkan saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti digambarkan dalam sloka 25 diatas dinamakan Daksinayana, yang juga disebut Pitriyana.
Baik Uttarayana (Devayana) maupun Daksinayana (Pitriyana) kedua-duanya tersebut dalam kitab-kitab suci Upanishad, Brahma sutra dan rigveda. Interprestasi dari kedua istilah ini adalah sebagai berikut, pertama. Saat yang dilukiskan dalam Uttarayana (dalam sloka 24) adalah waktu yang sangat tepat untuk ditempuh apabila tiba, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang penuh dengan budu-pekerti yang luhur. Kedua, saat yang digambarkan dalam Dakshinayana (dalam sloka 25) adalah waktu yang tidak baik untuk ditempuh apabila ajal telah memangil, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang penuh dengan kegelapan, hanya diterangi oleh refleksi sinar bulan yang tidak bercahaya sendiri seperti matahari.
Singkatnya, perbedaan saat dan jalan yang tempuh oleh jiwa seseorang yang telah meninggalkan badan jasmaninya dikala ajal tiba, tergantung pada langkah-langkah yang telah ditempuh olehnya pada masa hidupnya dan pada masa hidup sebelum ini.
(26) suklakrishne gati hy ete
jagatah sasvate mate
ekaya yaty anavrittim
anyaya 'vartate punah
artinya :
terang dan gelap ini adalah dua jalan
yang dipandang jalan dunia kekal-abadi
yang satu ditempuh orang tidak kembali lagi
yang lain ditempuh orang tetapi kembali lagi
benarlah dalam hidup ini selamanya ada dua konflik antara yang terang dan yang gelap. Jalan yang terang dimaksudkan ini, ialah jalan untuk kelepasan dan bebas dari inkarnasi, sebab jalan ini diterangi oleh ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang luhur. Sedangkan jalan yang gelap adalah jalan untuk kembali menjelma kedunia, sebab jalan tersebut diliputi oleh kegelapan ketidak-tahuan dan ketidak-sucian jiwa.
(27) nai 'te sriti partha janam
yogi muhyati kaschana
tasmat sarveshu kaleshu
yogayukto bhava 'rjuna
artinya :
yogi yang mengetahui kedua jalan ini
oh Parta, tidak pernah bimbang-hati
karena itu, setiap saat, wahai Arjuna
teguhkan imanmu dalam ajaran yoga
orang yang mengetahui kedua jalan ini, apapun tugas pekerjaannya dalam hidup ini, tidak pernah bimbang dan setiap saat selalu ingat kepada kebajikkan yang bersemayam pada Yang Kekal Abadi.
(28) vadeshu yajneshu tapahsu chai 'va
daneshu yat punyaphalam pradishtam
atyeti tat sarvam idam viditva
yogi param sthanam upaiti cha 'dyam
artinya :
pahala kebajikkan tersirat dalam kitab-kitab suci Weda
bakti persembahan, tapa brata dan sedekah sumbangan
semuanya itu dilampaui oleh yogi yang mengetahui
segala sesuatu ini dan mencapai tempat utama tertinggi
hasil kebajikkan yang diperoleh dengan jalam mendalami kitab-kitab suci agama, bertapa serta berpuasa dan dengan jalan memberi sumbangan serta sedekah masih merupakan tingkat dibawah hasil kebajikan yang dilaksanakan oleh yogi yang segera setelah ajal sampai pergi ketempat utama yang tertinggi, yaitu Brahman.
Dengan ini, maka terjawablah ketujuh pertanyaan Arjuna dalam sloka 1 dan 2 dalam Bab ke-IX ini, yaitu mengenai : Brahman, Adhyatman, Karma, Adhibhuta, Adhidaiva, Adhyajna dan "bagaimana Krisna mengetahui mereka yang telah menguasai diri disaat ajal tiba'.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmanvidyayam
Yogasastre srikrishnarjunasamvade
Aksharabrahmayogo nama 'shtamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ke sembilan Upanishad
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul AKSHARA BRAHMA YOGA
BAB X
IX. PERCAKAPAN KESEMBILAN
RAJA VIDYARAJA GUHYA YOGA
Krisna dalam Bab kesepuluh ini menjelaskan misteri ilmu-pengetahuan tertinggi dan rahasia terbesar kepada Arjuna, dan dengan ilmu-pengetahuan tertinggi dan rahasia terbesar ini orang mencapai Brahman.
Krisna menguraikan betapa Bapa, Ibu, Datuk dan pelindung alam semesta ini, dan ia adalah objek segala ilmu-pengetahuan.
Semua yang berbakti dengan kepercayaan, sebetulnya berbakti kepada brahman, tetapi yang tidak menuruti hukum-hukum ajaran, mereka jatuh menjelma kembali.
Orang yang terjahat dari semua yang jahatpun kalau ia memuja Brahman dengan pengabdian yang terpusat, ia juga bertindak menuju jalan yang benar.
Dan orang yang berasal dari kelahiran yang terhinapun juga mencapai Brahman, sebab mereka berlindung hanya kepada Brahman.
IX. Percakapan Kesepuluh
(1) sribhagavan uvacha:
idam tu te guhyatamam
pravakshyamy anasuyave
jnanam vijnanasahitam
yaj jnatva mokshyase 'subhat
artinya :
Sri Bagavan berkata:
Kepadamu yang tiada suka kerewelan
Hendak Ku-jelaskan rahasia tersembunyi
Dari kebajikkan dan ilmu pengetahuan ini
Setelah mengetahui, kau terhindar dari kejahatan
(2) rajavidya rajaguhyam
pavitram idam uttamam
pratyaksahavagamam dharmyam
susukham kartum avyayam
artinya :
inilah ilmu pengetahuan terbesar
alat kesucian tertinggi, mudah dimengerti
dengan pengalaman langsung, jalan yang benar
mudah dilaksanakan dan kekal-abadi
perkataan rajavidya dan rajaguhyam sebenarnya berarti : raja ilmu-pengetahuan dan raja rahasia tetapi dalam hubungan pengertian sloka ini diterjemahkan dengan ilmu-pengetahuan terbesar (tertinggi) dan rahasia terbesar (tertinggi). Disini Krisna menjelaskan bahwa ilmu-pengetahuan dan budipekrti (kebajikan) tidak cukup dipelajari hanya dengan theori, berargumentasi atau tutur kata dan nasehat belaka, melainkan harus dimengerti dengan pengalaman langsung (pratyakshavagamam). Kebenaran Brahman harus dilihat oleh mata-jiwa-sendiri melalui pertumbuhan kesadaran dan kesucian diri pribadi seseorang yang memiliki kepercayaan dan pengabdian kepada-Nya.
(3) asraddadhanah purusha
dharmasya 'sya paramtapa
aprapya mam nirvartante
mrityu samsara vartmani
artinya :
mereka yang tidak memiliki kepercayaan
pada ilmu-pengetahuaan dan budi pekerti ini
tidak mencapai aku, wahai Prantapa,
kembali kejalan dunia inkarnasi
karena Arjuna memiliki kepercayaan, maka Krishna sebagai penjelmahan Brahman yang Maha Esa membukakan rahasia dan mengajarkan ilmu-pengetahuan yang terrtinggi ini. Sesungguhnya sloka diatas ini mengungkapkan, bahwasanya orang yang memiliki kepercayaan sajalah yang mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti ajaran-ajaran yang dituturkan oleh Krisna dalam Bhagavadgita ini, yang menyebabkan pelaksanaan yoga menjadi lebih mudah. tanpa adanya kepercayaan ini, orang akan kembali dan kembali saja menjadi bulan-bulanan inkarnasi dan kesengsaraan.
(4) maya tatam idam saryam
jagat avyaktamurtina
matshani sarvabhutani
na cha 'ham teshv avasthitah
artinya :
alam semesta ini diliputi oleh-Ku
dengan wujud-Ku yang tak-nyata
semua mahkluk ada pada-Ku
tetapi Aku tidak berada pada mereka
seluruh alam semesta ini adalah merupakan perwujudan Brahman, namun berbagai bentuk yang ada dalam alam semesta ini tidaklah mampu emenyatakan betapa sebenarnya bentuk Brahman itu, karena segala bentuk tersebut terbatas pada ruang dan waktu tambahan pula tidak cukup mengandung unsur keseluruhan Brahman, (lihat juga sloka VIII.12)
(5) na cha matsthani bhutani
pasya me yogam aisvaram
bhutabhrin na cha bhutastho
mama 'tma bhutabhavanah
artinya :
namun mahkluk tidak terdiam dalam-Ku
ketahuilah keagungan yoga suci-Ku
Aku menjadi sumber tidak terdiam dalam mereka
Tetapi aku tidak terdiam dalam mereka
(6) yatha 'kasathito nityam
vayuh sarvatrago mahan
tatha sarvani bhutani
matsthani 'ty upadharaya
artinya :
ibarat angin yang perkasa selalu
bertiup dimana-mana diangkasa
ketahuilah olehmu, demikian pula
semua yang ada berdiam dalam-Ku
keagungan yoga suci (yogam aisvaram) Brahman yang memiliki kekuatan misterius menjadi sumber dan pendukung semua mahkluk yang ada pada-Nya, namun Brahman sendiri tidak ada dalam mahkluk. Semuanya ini hanyalah bahasa manusia yang tidak cukup mempunyai kesanggupan untuk melukiskan betapa sesungguhnya wujud Brahman itu
untuk itu krisna mencoba memberi perumpamaan bahwasanya. Brahman adalah ibarat angkasa, dimana semuanya termasuk bumi kita, bulan, matahari dan palanet-palanet lainnya ada dalamnya dan udara (angin) bertiup diangkasa, namun angkasa sendiri tidak ada pada udara dan semua planet itu. Dam segala gerakan yang ada dalam alam semesta ini adalah disebabkan oleh yogam aisvaram Brahman.
(7) sarvabhutani kaunteya
prakritim yanti mamikam
kalpakshaye punas tani
kalpadau visrijamy aham
artinya :
semua mahkluk datang pada prakriti-Ku
pada akhir peredaran kalpa, Kuntiputra
dan pada permulaan kalpa yang berikutnya
Aku kirim mereka kembali
(8) prakritim svam avashtabhya
visrijami punah-punah
bhutagramam imam kritsnam
avasham prakriter vasat
artinya :
diliputi oleh prakriti-Ku ini
berulang-ulang Aku kirim kembali
seluruh mahkluk ini, yang banyak ini
tak bergaya karena dikuasai prakriti
(Prakriti = alam, benda-benda, badan-jasmani mahkluk hidup. Lihat juga keterangan sloka II.20 dan keterangan sloka IV.6). jiwa manusia karena ketidaktahuannya selalu ditarik oleh prakriti dan dengan tidak bergaya apa-apa selalu oleh karma, yang menyebabkan inkarnasi datang berulang kali.
Peredaran kalpa sekali memakan waktu sepanjang 4.320.000 tahun menurut perhitungan tahun manusia (lihat keterangan sloka VIII.17, 18, dan 19).
(9) na cha mam tani karmani
nibadhnanti chanamjaya
udasinavad chanamjaya
asaktam teshu karmasu
artinya :
namun perbuatan itu tidak mengikat Aku
oh Danajaya, sebab Aku duduk
seolah-olah acuh-tak-acuh,
tidak tersangkut dengan perbuatan itu
(10) maya 'dhyakshena prakritih
suyate sachracharam
hetuna 'nena kaunteya
jagad viparivartate
artinya :
alam semesta ini dibawah pengawasan-Ku
memberi kelahiran kepada segala sesuatu
yang bergerak dan yang tidak bergerak
oh Kuntipura, dengan ini dunia berputar
(Dananjaya, Kuntiputra = Arjuna). Walaupun Brahman mengawasi penciptaan dab kiamatnya alam-semesta ini, namun Dia tidak terlibat proses dan perkembangan kosmos setelah terciptanya alam-semesta ini. Brahman adalah melebihi ciptaan-Nya. Dia adalah supra-kosmos, oleh karenanya ia tidak terpengaruh oleh effek berlangsungnya proses kosmos dan berputarnya dunia ini. Proses kosmos ini berlangsung selama hari Brahman dan kiamat pada waktu malam Brahman tiba.
(11) avajananti mam mudha
manushim tanum asritam
param bhavam ajananto
mama bhutamahsvaram
artinya :
mereka yang tolol tidak menghiraukan Aku ini
mengenakan badan-jasmani manusia,
tidak mengetahui sifat-Ku yang lebih tinggi
sebagai Pelindung Agung segala yang ada
(lihat juga sloka VIII.24). krisna sebagai penjelmahan lahiriah dari Brahman dalam bentuk badan manusia, oleh manusia biasa pada jamanya hanya dilihat badan luarnya belaka dan tidak jiwa sucinya yang bersemayam dalam badan tersebut. Orang hanya melihat jasmani luarnya saja dan tidak mekihat kebenaran didalamnya.
Dipergunakannya suatu patung atau benda suci lainnya dalam suatu agama sebagai pemujaan terhadap Tuhan Yng Maha Esa hanyalah merupakan suatu alat atau simbol untuk memusatkan kebaktian kepada-Nya. Dalam kitab falsafah Bhagavata, karena massa manusia tidak cukup mempunyai kemampuan untuk membayangkan dan merenungkan apa Tuhan itu, maka Tuhan dikatakan : "Aku ada dalam semua mahkluk hidup sebagai Jiwa-nya, tetapi karena ketidak-tahuan dan tanpa menghiraukan kehadiran-Ku, maka manusia membuat sebuah patung pemujaan' (Bhagavata.III.29,21)
(12) moghasa moghakarmano
moghajnana vichetasah
rakshasim asurim chai 'va
prakritim mohinim sritah
artinya :
dengan dikuasai sifat-sifat jahat
raksasa dan setan, aspirasi mereka tersesat
tindakan mereka kasar, pengetahuan kabur
dan pertimbangan mereka simpang-siur
sifat-sifat buruk dan jahat pada diri manusia dilukiskan sebagai raksasa dan setan, yang sesungguhnya berarti bahwa orang-orang demikian mempunyai pandangan rendah dan nilai hina justru karena hanya mengejar hawa-nafsu dan keinginan pribadi sepuas-puasnya (lihat juga sloka VIII.15).
(13) mahatmanas tu mam partha
daivim prakritim asritah
bhajanty ananya manaso
jnatva bhutadim avyayam
artinya :
yang bejiwa mulia, memiliki sifat suci
mengetahui Aku yang tak termusnahkan ini
sebagai sumber segala mahkluk. Oh Parta
sujud kepada-Ku dengan memusatkan jiwa
sifat-sifat jahat (mohini prakriti) lawanya sifat-sifat suci (daivi prakriti) yang melikiskan kesadaran seseorang. Kalau ia memiliki sifat-sifat jahat (mohani prakriti) maka pusat segala kegiatan hidupnya terletak pada kepentingan ego-nya, yang menyeret ia untuk memenuhi hawa nafsu dan kepentingan dirinya belaka, yang akibatnya membawa ia tenggelam kedalam duniasengsara dan menempuh jalan inkarnasi berulang-ulang sampai pada suatu masa dimana sifat-sifat suci (dalvi prakriti) maka kesadarannya terbuka bagi tujuan-tujuan mulia dan seluruh hidupnya diarahkan untuk berbuat kebajikkan kepada sesama manusia serta bersujud kepada Brahman.
(14) satatam kirtayanto mam
yatantas cha dridhavratah
namasyantas cha mam bhaktya
nityayukta upasate
artinya :
dengan selalu mengagung-agungkan Aku
berusaha dengan teguh memegang sumpah
sujud kepad-Ku dalam pengabdian dan
dengan disiplin jiwa berbakti kepada-Ku
dalam sloka ini terlukiskan kehidupan seseorang yang memiliki sifat-sifat mulia, dimana ia dengan ilmu-pengetahuannya dan kesadaran jiwanya memuji-memuji kebesaran Brahman (kirtayantah) dengan pengabdiannya bersumpah (vratah) dan bersujud (namasyantah) kepada Brahman dan dengan kerjanya melaksanakan kebaktian (upasana) kepada Brahman.
(15) jnayajnena cha 'py anye
yajanto mam upasate
ekatvena prithaktvena
bahudha visvato mukham
artinya :
yang lain pula memuja dengan persembahan
ilmu-pengetahuan dan sujud kepada-Ku
sebagai Yang Tunggal, Yang Terpisah
Yang Menyeluruh dan ada disemua penjuru
Sloka ini mengungkapkan kepada kita betapa Bhagavadgita tidak hendak memisahkan agama, mistik dan falsafah (yang pada umumnya dimasa belakangan ini dipisah-pisahkan satu sama lain) dan memberi petunjuk kepada kita agar agama, mistik dan falasafah tidak dipertentangkan. Ilmu-pengetahuan (falsafah hidup), agama (sembah bakti kepada Tuhan) dan mistik (mempersatukan jiwa dengan Brahman kedamaian dan kebenaran abadi, karenanya Bhagavadgita melihat ketiga-tiganya dengan penuh semangat toleransi.
Dengan kemampuan, kesadaran dan kepercayaannnya ada orang memandang jalan untuk bersujud kepada Brahman adalah Advaita (Tuhamn sebagai Eka-Tunggal = Yang tunggal), yang lain adalah Dvalta (Tuhan sebagai Dwi Tunggal = Yang terpisah yang berwujud sebagai jiwa dalam badan manusia dan jiwa dalam alam-semesta) dan yang lain lagi (Visishtadvaita (Tuhan sebagai Multitunggal = Yang menyeluruh yang bersemayam dimana-mana, seperti : matahari, bulan, bumi, angkasa planet dan lain sebagainya). Namun jalan manapun yang h
hendak ditempuh, semuanya menuju kejalan Brahman.
(16) aham kratur aham yajnah
svadha 'ham aham aushadham
mantro 'ham aham eva 'jyam
aham agnir aham hutam
artinya :
karya-upacara, persembahyangan adalah Aku
saji-sajian, bahan reramuan adalah Aku
sabda suci, dupa-kemenyan adalah Aku
api dan api-kebaktain adalah Aku
kratu adalah karya-upacara yang termasuk dalam kitab suci Weda, yajna adalah persembahyangan yang dirumuskan dalam kitab Smriti, svadha ialah saji-sajian yang dipersembahkan untuk leluhur aushadham ialah reramuan obat sayur-mayur, mantra adalah sabda suci. Ajyam adalah dupa-kemenyan yang dibakar dalam api pimujaan dan agni ialah api-kebaktian.
Dalam sloka diatas ini dapat dirasakan betapa satunya alat dan tujuan, jalan dan hendak dicapai, yang kedua-duanya adalah Brahman. Ini berarti bahwa kalau seseorang hendak mencapai Brahman, jalan yang harus ditempuhnya haruslah jalan Brahman (yaitu kebajikan dan kesucian). (lihat juga sloka IV.24).
(17) Pita 'ham asya jagato
mata dhatapitamahah
vedyam vapitram aumkara
rik sama yajur eva cha
artinya :
Aku adalah Bapa, Ibu, Pelindung
Dan Datuk alam-semesta ini
Aku adalah objek ilmu pengetahuan, pensuci
Aku adalah aksara Rik, sama, yajus dan AUM
(Mengenai aksara AUM, yang berarti Brahman, baca juga sloka VII.8 dan sloka .VII.13) yang dimaksudkan dengan rik, sama dan yajus ialah ketiga kitab suci Weda pertama, yaitu Rigveda, Yajurveda dan Samaveda. Sesungguhnya ada empat kitab suci Weda dan keempat adalah Atharvaveda. Tetapi Atharvaveda tidak termasuk yang pertama dan asli, melainkan yang belakangan dan tidak disebutkan oleh manu, manusia pertama, yang hanya mengatakan tiga kitab suci Rig, Yajus dan Sama yang pertama dan asli.
(18) gatir bharta prabhuh sakshi
nivasah saranam suhrit
prabhavah pralayah sthanam
nidhanam bijam avyayam
artinya :
Aku adalah tujuan, pengemban, penguasa
Aku adalah saksi, singgasana, perlindungan
Aku adalah kawan, asalmula, akhir, kesudahan
Aku adalah dasar, penyimpanan, benih abadi
(19) tapamy aham aham varsham
nigrihnamy utsrijami cha
amritam chai 'va mrityus cha
sad asach cha 'ham arjuna
artinya :
Aku adalah pemberi kehangatan
Menahan dan menurunkan hujan
Aku adalah kehidupan dan kematian
Mahkluk dan bukan mahkluk, oh Arjuna
Kedua sloka diatas ini mencoba menjelaskan Brahman dari berbagai aspek dilihat dari segi nilai-nilai renungan jiwa dan pemikiran manusia, dengan tujuan utama : Semoga Brahman menerima doa manusia, apapun jalan kebaktian yang ditempuhnya!
(20) traividya mam somapah putapapa
yajnair ishtva svargatim prarthayante
te punyam asadya surendralokam
asnanti divyan divi devabhogan
artinya :
yang mengetahui ketiga kitab suci, minum soma
bersih dari dosa, memuja-Ku dengan kebaktian
berdoa menuju kejalan sorga, tiba di indraloka
dan menikmati kebahagian para dewata di-sorga
(21) te tam bhuktva svargalokam visalam
kshine punye martyalokam visanti
evam trayidharmam anuprapanna
gatagatam kamakama labhante
artinya :
setelah menikmati sorga luas, mereka kembali
kedua manusia dikala niali kebajikan terhabisi
sesuai dengan ajaran dalam ketiga kitab suci
demi mencapai kenikmatan mereka datang dan pergi
yang dimaksudkan dengan ketiga kitab suci diatas adalah : Rigveda, yajurveda dab Samaveda. Indraloka adalah dunia Batara Indra, yaitu Pemimpin para devata, yang juga disebut sorgaloka atau sorga saja. Soma adalah sebangsa minuman keras (mengandung alkohol) yang dianggap suci.
Menurut ajaran kitab-kitab suci Weda, mereka yang melaksanakan upacara-upacara persembahyangan sesuai dengan pedoman-pedoman yang digariskan dalam kitab-kitab suci tersebut akan mencapai kenikmatan disorga setelah meninggal dunia bersama-sama para dewata di Indraloka tetapi mencapai sorga seperti ini bukanlah seperti ini bukanlah dianggap mencapai tujuan akhir. Sebab mereka yang melaksanakan semua ini masih terikat oleh hukum karma yang dilahirkan oleh masih adanya nafsu-keinginan (kama-kama. Akibatnya, mereka akan kembali mengalami proses inkarnasi.
(22) ananys chintayanto mam
ye janah paryupasate
tesham nityabhiyuktanam
yogakshemam vahamy aham
artinya :
tetapi mereka yang hanya memuja-Ku sendiri
merenungkan Aku selalu kepada mereka
kubawakan segala apa yang mereka tidak punya
dan Ku-lindungi segala apa yang mereka miliki
dalam bagian akhir dari sloka diatas ini terbayang oleh kita betapa Brahman yang dipuja oleh manusia memikul segala beban dan penderitaan mereka yang berbakti kepada-Nya : "Ku-bawakan segala apa yang mereka milik" mengandung pengertian yang dalam bahwasanya Brahman membawakan kesejahteraan dan keselamatan bagi umat manusia yang memuja-Nya.
Tetapi pengertian 'apa yang mereka tidak punya' dan 'segala apa yang mereka miliki' hendaknya diartikan bukan semata-mata sebagai milik benda-benda material. Melainkan juga harus dilihat secara lebih dalam lagi, yaitu dari segi milik moral dan budipekerti yang kini sedang diusahakan dan yang telah dicapai selama ini.
(23) ye 'py anyadevata bhakta
yajante sradhhaya 'nritah
te 'pi mam eva kaunteya
yajanty avidhipurvakam
artinya :
pun mereka yang memuja paradewata
yang berbakti dengan penuh kepercayaan
sesungguhnya juga memuja-Ku, Kuntiputra
walau sebenarnya tidak menurut hukum-hukum ajaran
(Kuntiputra = Arjuna) Yang dimaksud dengan 'tidak menurut hukum-hukum ajaran" adalah disebabkan oleh ketidaktahuan bahwasanya Brahman tidak dapat dibayangkan sebagai dewa atau manusia yang difersonifikasikan dalam bentuk dan cara bagaimana tidak mungkin (lihat juga sloka VII.20 dan 21)
(24) aham hi sarvayajnnam
bhokt cha prabhur eva cha
na tu mam abhijananti
tattvena 'tas chyavanti te
artinya :
sebab aku adalah pnikmat dan penguasa
segala puja bakti-persembahan, tetapi mereka
tidak mengetahui Aku dan sifat- Ku yang sejati
karena itu mereka gagal jatuh, kembali lagi
dengan tanpa adanya kepercayaan (seperti tersebut dalam sloka 3) pada ilmu-pengetahuan dan budi-pekerti dan tanpa adanya pengetahuan tentang Brahman, maka betapapun usaha yang dilaksanakn dalam memuja dan berbakti kepada Brahman akan menemui kegagalan dan kembali lagi mengalami azab sengsara dunia inkarnasi, hal ini bertambah jelas dilukiskan dalam sloka 21, dimana apabila nilai kebajikan telah habis seseorang kembali dari sorga lagi untuk menjalani inkarnasi.
(25) yanti devavrata devan
pitrin yanti pitrivratah
bhutani yanti bhutejya
yanti madyajino 'pi mam
artinya :
yang memuja devata pergi kepada devata
kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka
dan kepada rokh-alam perginya yang memuja rokh-alam
tetapi mereka yang memuja Aku datang pada-Ku
dalam sloka ini dijelaskan oleh Krisna bahwasanya ada tiga macam kekeliruan yang umumnya dilakuakn oleh seorang yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Brahman (ini adalah karakteristik diseluruh dunia), yaitu pertama pemujaan terhadap dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap leluhur (nenek-moyang) yang telah meninggal dunia dan ketiga pemujaan kepada jiwa atau rokh suci yang ada dalam alam.
Memang sebenarnya ketiga pemujaan tersebut diatas tidaklah salah, sebab setiap pemujaan (apapun bentuk dan tujuannya) akan mendatangkan pahala. Tetapi dipandang keliru, sebab tidak mencapai tujuannya yang sesungguhnya dan yang tertinggi. Dengan perkataan lain, pemujaan yang tebatas (kepada dewa-dewa atau leluhur dan rohk suci) menghasilkan anugerah terbatas pula, maka itu. Krisna menasehatkan : Pujalah Brahman! (lihat juga sloka VII.23)
(26) patiram pushpam phalam toyam
yo me bhaktya prayachchhati
tad aham bhakyupahritam
asnami prayatatmanah
artinya :
siapa yang sujud kepad-Ku dengan persembahan
setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan
atau seteguk air, sku terima sebagai bakti
persembahan dari orang yang berhati suci
setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan atau segeguk air dalam persembahan yang besifat simbolik. Yang terutama adalah hati suci, pikiran terpusatkan dan jiwa dalam kesimbangan tertuju kepada-Nya. Kerena itu. Bhagavadgita tidak menolak jalan yang ditempuh orang seperti tercantum dalam sloka diatas ini untuk memuja Brahman.
(27) yat karoshi yad asnasi
yaj juhoshi dadasi yat
yat tapasyasi kaunteya
tat kurushva madarpanam
artinya :
apapun yang kau kerjakan, kau makan
kau persembahkan, kau dermakan
dan disiplin diri apapun kau laksanakan
lakukan, Kuntiputra, sebagai bakti kepada-Ku
menghindari segala kegiatan yang ditijukan hanya demi untuk menghindari hawa-nafsu dan keinginan diri sendiri (seperti dinyatakan dalam sloka V.8 dan 9) adalah sama dengan melakukan segala kegiatan yang ditijukan demi untuk kebaktian kepada Brahman seperti yang dinyatakan oleh sloka diatas ini. Jadi, segala kegiatan dalam hidup ini dijiwai oleh semangat dedikasi kepada Brahman.
(28) subhasubha phalair evam
mokshyase karma bandhanaih
samnyasayoga yuktatma
vimukto mam upaishyasi
artinya :
dengan demikian kau terlepas dari belenggu
kerja yang membawa hasil baik dan cedera
dengan pikiran terpusat pada samnyasa
kau akan terbebas, dan datang mencapai Aku
dengan pengabdian dan persembahan seluruh hidup kepada kebajikan dan kesucian, maka jiwa terlepas dari belenggu ego yang selama ini jadi penghalang. Pada tingkat inilah seseorang tidak lagi mempertimbangkan dan tidak pula terikat oleh hasil kerja baik-buruk (lihat sloka II.57). mengenai perkataan samnyasa lihat keterangan sloka V.1
(29) samo 'ham sarvabhuteshu
na me dveshyo 'sti na priyah
ye bhajanti tu mam bhaktya
mayite teshu cha 'py aham
artinya :
Aku adalah sama bagi mahkluk semua
Bagi-Ku tiada yang terbenci dan terkasihi
Tetapi mereka yang berbakti pada-Ku dengan dedikasi
Mereka ada pada-Ku dan aku perlu mereka
Brahman adalah adil, Brahman tidak mengutuk dan menyanjung-nyanjung siapapun. Satu-satunya siapapun.satu-satunya jalan untuk mengabdi kepada Brahman adalah dengan kepercayaan dan dedikasi, dan tiap orang harus melaksanakan oleh dirinya sendiri
(30) api chet sudurcharo
bhajate mam ananyabhak
sadhur eva sa mantavyah
simyag vyavasito hi sah
artinya :
kendati seandainya seorang yang terjahat
memuja Aku dengan pengabdian yang terpusat
ia harus dipandang ada dijalan yang benar
sebab ia telah bertibdak menuju yang benar
brahman, ibaratkan api, siapa saja datang kedekat-Nya dengan kepercayaan dan dedikasi pasti menerima kahangatan-Nya (tetapi tidak mereka yang menjahui-Nya). Brahman, ibarat cahaya matahari, bersinar kemana-mana dan berefleksi dalam jiwa yang bersih (bagaikan cermin yang bersih menerima refleksi sinar bulan), yang tidak dikotori oleh dosa dan ketidaktahuan.
Namun demikian, sloka ini bukanlah harus diartikan bahwasannya seseorang dengan mudah dapat menghindarkan diri dari kejahatan dan dosa. Orang tidak dapat menghindari hukum sebab dan akibat. Tetapi bila seseorang yang paling jahatpun sadar akan perbuatannya lalu bertobat dan berusaha dengan keras untuk menghapus dosanya, dengan penuh kepercayaan mengebdi kepada Brahman yang mulai ia dekati. Ibarat batubara akan hilang bila api telah meresap kedalamnya, demikian pula dosa (lihat pula sloka IV.37). tidak ada dosa yang tidak berampun ! demikian Bhagavadgita.
Demikian pula dosa (lihat pula sloka IV.37). tidak dosa yang berampun!demikian Bhagavadgita.
(31) khipram bhavanti dharmatma
sasvachchhantim nigachchhati
kaunteya pratijanihi
na me bhaktah pranasyati
artinya :
dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran
dan mencapai kedamain kekal-abadi
ketahuilah, wahai Kuntiputra, dengan pasti
penganut-penganut-Ku tidak akan termusnahkan.
Perkataan dharmatma berasal dari kata-kata dharma + atma yang berarti : jiwa kebenaran.
(32) mam hi partha vyapasritya
ye 'pi syuh papayonayah
striyo vaisyas tatha sudras
te 'pi yanti param gatim
artinya :
sebab, mereka yang berlindung pada-Ku ini
walau mungkin berasal dari kelahiran rendah, Parta
perempuan, Waisia ataupun golongan Sudra
mereka juga mencapai tujuan yang tertinggi
sloka ini memberi tekanan bhawasanya Bhagavadgita membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi setiap orang tanpa menghiraukan perbedaan ras, bangsa, golongan kelamin maupun tingkatan sosialnya. Sloka ini menbantah adat-itiadat yang mengatakan bahwa perempuan, kaum Waisia dan kaum Sudra yaitu masing-masing pedagang-pengusaha dan rakyat jelata tidak diperbolehkan mempelajari kitab-kitab suci Weda, yang berarti mereka tidak dapat mencapai tujuan yang tertinggi, yaitu Brahman. (mengenai istilah Waisia dan Sudra, lihat juga keterangan sloka I.41).
(33) kim punar brahmanah punya
bhakta rajarshayasa tatha
anityam asukham lokam
imam prapya bhajasva
artinya :
lebih-lebih para Brahmana suci
dan pendita bangsawan saleh budiman
kini setelah engkau ada didunia ini
tak-kekal dan penuh duka, pujalah Aku!
Anityam asukham lokam berarti "dunia ini tak kenal penuh duka". Manusia dalam hidup ini tidak bisa menghindarkan diri dari kelahiran dan kematian, yang dalam jangka waktu diantara keduanya tidak kekal dan penuh dengan kedukaan dan kesengsaraan. Jalan untuk membebaskan diri daripadanya adalah menyucikan jiwa dan melaksanakn samnyasa. Para Brahman dan para ksatria (termasuk pendita bangsawan, yaitu orang-orang kesatria yang menjadi pendita) lebih mudah mencapai tujuan yang tertinggi dan kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan golongan Waisia dan Sudra. Namun demikian. Brahman tetap memandangnya sama.
(34) manmana bhava madbhakto
madyaji mam namskuru
mam evai 'shyasi yuktvai 'vam
atmanam matparayanah
artinya :
pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada-Ku
bersujud pada-Ku, sembahlah Aku
dan setelah kau mendisiplinkan jiwamu
Aku menjadi tujuanmu Tertinggi, kau'kan tiba pada-Ku
Karakteristik yang terbuka dan meninjol dari Bab kesepuluh ini dimana Krisna sebagai penjelmahan dan penyambung-lidah Brahman menjelaskan bahwasanya Bhagavadgita membuka pintu bagi setiap orang (sekali pun orang yang paling jahat dan hina-dina) untuk mengabdi dan bersujud kepada Brahman serta mencapai kelepasan (moksha) dan bersatu dengan Brahman, adalah merupakan intisari daripada ajaran-ajaran yang termaksud dalam kitab suci ini.
Ity rimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikrisharjunsamvade
Rajavidyarajaguhyayogo nama navamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kesepuluh Upanishad
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa kitab suci yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul RAJAVIDYARAJA GUHYAYOGA
BAB XI
X. PERCAKAPAN KESEPULUH
VIBHUTI YOGA
Selanjutnya dalam Bab kesebelas Krisna menguraikan manisfestasi Brahman dalam berbagai wujud, sebagai sumber segala-galanya. Mengetahui adalah mengetahui semua
Arjuna mempelajari dan mengakui nilai positif dan kebesarab Brahman, bahwasanya Brahman tak terlahirkan, tanpa asal mula, penguasa tertinggi, asal ada, segala tumbuh daripada-Nya, pensuci tertinggi dan dewata pertama.
Arjuna ingin mengetahui manisfestasi Brahman, dan ia bertanya tentang ini dan keagungan yoga Brahman, Krisna menjawab bahwasanya Wujud Brahman adalah jiwa yang terdiam dalam hati semua insani, permulaan + pertengahan + pengahabisan dari semua.
Kemudia Krisna menjelaskan berbagai manisfestasi Brahman dalam alam kosmos, dalam planet dalam kitab suci, dari diri devata, dalam manusia, dalam huruf, dalam binatang, dalam tumbuh-tumbuhan, dalam benda, dalam sifat, dalam pengetahuan dan dalam berbagai hal.
X. Percakapan kesepuluh
(1) sribhagavan uvacha:
bhuya ava mahabaho
srinu me paranam vachah
yat te 'ham priyamanaya
vakhyami hitakamyaya
artinya :
Sri Bagawan berkata :
Selanjutlah dengarkanlah, wahai Mahabahu
Kata-kata-Ku yang termulia ini, demi
Untuk mengahrapkan kebahagian bagimu
Hendak Ku-uraikan padamu, engkau yang kukasihi
(Mahabahu = Arjuna) dalam bab ke-IX terdahulu. Arjuna telah menunjukkan pengertian yang sebaik-baiknya kepada uraian Krisna, yang mendorong Sri Bagawan melanjutkan penjelasannya tentang Brahman sebagai sumber segalanya. Dan untuk mengetahuinya, Arjuna harus mengetahui segalanya!
"Engkau yang kukasihi" (priyamananya) demikian panggilan Krisna kepada Arjuna, sebagai suatu pernyataan betapa Krisna dengan sepenuh jiwanya ingin menolong Arjuna untuk mencapai kebenaran tertinggi.
(2) na me viduh suraganah
prabhavam na maharshayah
aham adir hi devanam
maharshinam cha sarvasah
artinya :
baik para dewata maupun rsi agung
tidak mengenal asal-mula-Ku
sebab dalam segala hal Aku
adalah sumber para dewata dan rsi agung
perkataan rel berarti : pendita penyair yang mendapat ilham, dan perkataan prabhawa berarti : asal-mula.
(3) yo mam ajam anadim cha
vetti lokamabesvaram
asammudhah sa martyeshu
sarvapapaih pramuchyate
artinya :
dia yang mengetahui Aku tak-terlahirkan
tapa permulaan, Penguasa perkasa
seluruh dunia ialah diantara manusia
tak bingung dan terhindar dari segala dosa
walaupun Brahman tidak terlahirkan dan tidak mempunyai permulaan, namun Brahman memiliki prabhawa, yaitu asal mula yang juga berrati kewibawaan yang tertinggi.
(4) buddhir jnanam asammohah
kshama satyam damah samah
sukham dumkham bhavo ;bhavo
bhayam cha 'bhayam eva cha
artinya :
budi pekerti, ilmu-pengetahuan, kesadran
kesabaran, kebenaran, kemawasan
ketenangan, kesukaan, kedukaan
kelahiran, kematian, ketakutan, keberanian
(5) ahimsa samata tubtis
tapo danam yaso 'yasah
bhavanti bhava bhutanam
matta eva prithagvidhah
artinya :
tanpa-kekerasan, keseimbangan jiwa, kepuasan
keprihatinan, kemurahan-hati, kemasyuran
dan kecemaran-karakteristik mahkluk semua
ini datangnya dari Aku belaka
kalau dalam sloka VII.4. brahman dilihat dari segi unsur alam yang lebih rendah, maka dalam kedua sloka diatas ini Brahman dilihat dari penomena yang lebih tinggi. Dan karakteristik yang dilukiskan diatas ini walaupun kepunyaan mahkluk, namun datangnya dari Brahman juga. Ini disebabkan oleh adanya phala karma dimasa-masa yang silam, dimana setiap mahkluk menerima dan memikul segala akibatnya sesuai dengan perbuatan masing-masing. Tetapi bagi mereka yang mengetahui Brahman, segala karakteristik ini lenyap, segala dosa hapus, jiwa mereka menemui kelepasan abadi.
(6) maharshayah sapta purve
chatvaro manavas tatha
madhava manasa jata
yesham loka imah prajah
artinya :
ketujuh Rsi, keempat orang dimasa lalu
dan para Manujuga menurut sifat-Ku
lahir dari pikiran-Ku, dan dari mereka
manusia berkembang-biak didunia
ketujuh Rsi yang dimaksud adalah : Marichi, Angiras, Atri, Pulastya, Pulaha, Kratu dan Vasishtha. Keempat orang dijaman purba ialah : Narada, Asita, Devala dan Vyasa. Para manu yang dimaksud yaitu empat belas : Svayambhuva, Svarochisa, Anuttami, Tamasa, Raivata, Chaksbhuva, Svarochisa, Anuttami, Tamasa, Raivata, Chakshusha, Vaivasvata, Sarvana, Dakshavarna, Brahmasavarna, Dharmasavarna, Rudrasarvana, Rauchya dan Bhautya. Jaraj waktu diantara kelahiran dua orang manu disebut manvantara (manu + antara), yang diartikan sebagai satu periode bangsa manusia dimana setiap munculnya seorang manu muncul pulalah bangsa manusia dalam satu kalpa (hari Brahman). Manu sebagai manusia pertama, adalah pencipta dan penegak hukum dan undang-undang kehidupan manusia (lihat pula sloka IV.1)
(7) etam vibhutim yogam cha
mama yo vctti tattvatah
so 'vikampena yogena
yujyate na 'tra samsayah
artinya :
dia yang benar-benar mengetahui yoga
dan Keagungan-Ku ini akan memiliki
keseimbangan jiwa dengan keteguhan yoga
hal ini tidak usah diragukan lagi
perkataan vibhuti berarti : nilai istimewa, keagungan. Mereka yang mengetahui Yoga dan Keagungan Brahman memiliki juga kekuatan dan budi pekerti yoga, dengan yoga mana mereka mengambil bagian aktif dalam melaksanakan ajaran-ajaran Rasul Brahman.
(8) aham sarvasya prabhavo
mattah sarvam pravartate
iti matva bhajante mam
budha bhavasamanvitah
artinya :
Aku ini adalah asal-mula segala
Dari Aku segala sesuatu tumbuh pertama
Mengetahui ini orang bijaksana memuja-Ku
Dengan rasa sadar sepenuh kalbu
mulai dengan sloka ini Krisna menyatakan diri-Nya bahwa ia adalah Isvara, Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan materi kehadiran dunia ini.
(9) machchitta madgataprana
bidhayantah parasparam
kathayantas cha mam nityam
tushyanti cha ramanti cha
artinya :
pikiran mereka terpaku pada-Ku
seluruh hidup mereka serahkan pada-Ku
saling memberi penerangan dan membicarakan Aku
mereka merasa puas dan bahagia pada-Ku
dengan jalan menyerahkan seluruh hidup kepada Brahman (seperti telah dijelaskan oleh Krisna dalam sloka IX.34) orang dapat mencapai kepuasan dan bersama Brahman. Adapun kepuasan dan kebagian yang dimaksudkan dalam sloka ini adalah apabila semua kahausan akan hawa nafsu dan keinginan pribadi telah lenyap.
(10) tesham satatayuktanam
bhajatam pritipurvakam
dadami buddhiyogam tam
yena mam upayanti te
artinya :
kepada mereka yang terus-menerus mengabdi
dan memuja Aku dengan kasih sayang
Aku anugerahkan yoga budipekerti
Dengan ini kepada-Ku mereka datang
Kasih-sayang diantara Brahman dan mereka mengabdi-Nya dan yoga budipekerti yang mereka terima dari Brahman melahirkan kekuatan pengertian yang mengahncurkan segala ketidaktahuan dan kegelapan yang selama ini menyelubungi jiwa mereka.
(11) arjuna uvacha:
param brahma param dharma
pavitram paraman bhavan
purusham sassvatam divyam
adidevam ajam vibhum
artinya :
arjuna berkata:
Engkau adalah Brahman, Yang Maha Tinggi
Tatha Tertinggi, Pensuci Tertinggi, Manusia Suci
Kekal-Abadi, Dewata pertama dari semua dewata
Tak-terlahirkan, Maha Kuasa meliputi segala
(12) ahus tvam rishayah sarve
devarshir naradas tatha
asito devalo vyasah
svayam chai 'va bravishi me
artinya :
semua rsi mengatakan tentang engkau begini
demikian juga Rsi-Sakti Narada,
Asita, Dewala serta Vyasa, dan kini
Engkau sendiri berkata kepadaku pula
Arjuna menerima vibhuti (keagungan dan nilai istimewa). Krisna sebagai Rasul Brahman, dan mengekui kebenaran apa yang telah diuraikan oleh Krisna kepadanya. Rahasia budipekrti tertinggi telah terungkapkan baginya dan arjuna kini tidak merasa bimbang ragu lagi, percakapannya dengan Krisna telah memberi pengertian kepadanya tentang priunsip-prinsip Brahman, namun demikian, Arjuna masih membutuhkan penjelasan-penjelasan mengenai pelaksanan ilmu-pengetahuan dan yoga budipekerti dalam kehidupan sehari-hari.
(13) sarvam etad ritam manye
yam mam vadasi kesava
na hi te bhagavan vyaktim
vidur deva na danavah
artinya :
aku percaya akan segala kebenaran
yang Engkau katakan kepadaku, oh kesawa
tetapi tidak para dewapun tidak raksasa
mengetahui manisfestasi-Mu, oh Bagawan
(15) svayam eva 'tmana 'tmanam
vettha tvam purushottama
bhutabhavana bhutesa
devadeva jagatpate
artinya :
benarlah engkau sendiri mengetahui
diri-Mu sendiri demgam Atman sendiri
oh Manusia Utama, sumberr segala insani
Tuhan segala mahkluk segala dewata dunia ini
(16) vaktum arhasy aseshena
divya hy atmavibhutayah
yabhir vibhutibhir lokan
imams tvam vyapya tishthasi
artinya :
terangkanlah dengan sesungguhnya kepadaku
tanpa tedeng aling-aling manisfestasi suci-Mu
Engkau, dengan manisfestasi suci-Mu ini
Meliputi seluruh alam semesta ini
(Purushottama = purusha + utama = manusia utama = Krisna) perkataan vibhutayah berarti : manisfestasi. Walaupun dalam Bab-bab terdahulu arjuna telah mendengar uraian tentang Brahman panjang lebar, namun dengan penuh enthusiasme ia masih bertanya kepada Krisna, Gurunya. iA mengharapkan agar krisna menerangkan segala-galanya tanpa tendeng aling-aling, tanpa ada yang ketinggalan (aseshena)
(17) katham vidyam aham yogim
stvam sada pearichintayan
keshu-keshu cha bhaveshu
chintyo 'si bhagavan maya
artinya :
betapakah aku dapat mengetahui Engkau
apakah dengan meditasi konstan, oh Mahayogi?
Dalam berbagai aspek yang manakah Engkau
Hendaknya aku renungkan, wahai bagawan
Untuk dapat menyatukan pikiran orang harus memusatkan perhatian keoada sesuatu objek tertentu. Inilah langkah pertama yang harus dillakukan oleh seseorang yang hendak menempuh jalan yoga. Sebagai Rasul Brahman, Krisna memiliki yogamaya, keagungan dan nilai-nilai dalam kesempurnaannya, sudah selaknya dapat julukan dari Arjuna sebagai Mahyogi (Yogi Yang Tertinggi) atau Yogeswara (yogi +Iswara = Tuhannya yogi). Dengan maksud mencapai tujuan yang sebaik-baiknyalah Arjuna bertanya tentang aspek Brahman yang harus direnungkan dalam meditasi. (Mahayogi = Yogeswara = bagawan = krisna).
(18) vistarena 'tmano yogam
vibhutim cha janardana
bhuyah kathaya triphir bi
srinvato na 'sti me 'mritam
artinya :
uraikan lagi selengkapnya kepadaku
oh Janardana, tentang keagungan dan yoga-Mu
sebab telingaku tak jemu-jemu mendengarkan
ajaran-Mu bagaikan madu sejuk menghidupkan
(Jnardana=Krisna). Dalam tujuh sloka tersebut diatas (sloka 12 sampai dengan sloka 18) arjuna memajukan pertanyaan atas keyakinannya terhadap ajaran-ajaran Krisna, dimana Arjuna mengahrapkan mansifestasi objektif Brahman dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yoga dan budipekrti.
(19) sribhagavan uvacha:
hanta te kathyayisyami
divya hy atmavibhutayah
pradhanyatah kurussreshtha
na sty anto vistarasya me
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Baiklah, hendak Ku-nyatakan kepadamu
Wujud suci-Ku, tetapi terutama hanya
Dari yang penting-penting saja, oh Kurusetra
Sebab tak habis-habisnya perincian-wujud-Ku
Perkataan kurusetra berarti : purta terbaik dari keturunan bangsa Kuru, jadi Arjuna dipandang putra yang terbaik dari seluruh keturunan bangsa kuru.
Krisna menjelaskan wujud atau manisfestasi Brahman yang penting-penting saja menurut tingkatan yang paling tinggi seterusnya kebawah
(20) aham atma gudakesa
sarva bhutasaya sthitah
aham adis cha madhyam cha
bhutanam anta eva cha
artinya :
Aku adalah jiwa yang terdiam dalam hati
Segala insani wahai Gudakesa
Aku adalah permulaan, pertengahan
Dan penghabisan dari mahkluk semua
Didalam menguraikan segala sesuatunya tentang Brahman dan manisfestasi-Nya, Bhagavadgita memperlakukan kosmologi sama dan berbarengan, tidak secara terpisah-pisah. Hal ini dapat dilihat dalam sloka diatas dan sloka-sloka berikiutnya (dan juga sloka VII.4). tetapi untuk menyatakan manisfestasi atau wujud Brahman yang penting-penting saja, yang teruatama sekali adalah Atman (jiwa), sebab seluruh dan gerakan dan hidup dalam keseluruhan alam-semesta ini dimilai dan dibuat harmonis oleh Atman ini. (Gudakesa = penakluk rasa kantuk, yaitu Arjuna sendiri)
(21) adityanam aham vishnur
jyotisham ravir amsumam
marichir marutam asmi
nakshatranam aham sasi
artinya :
diantara Aditaya, Aku adalah Wisnu
diantara cahaya, Aku adalah matahari
diantara angin, Aku adalah Marichi
diantara bintang , Aku adalah rembulan
setelah jiwa seperti disebutkan dalam sloka terdahulu, manisfestasi Brahman yang berikut adalah wujud-wujud kosmos yang bercahaya-cahaya, disebut aditya, yang berjumlak 12 (dua belas) masing-masing memimpin cahaya-cahaya ini adalah wisnu, wujud kosmos brahman yang berikut adalah matahari (ravi), yang setiap hari kita saksikan paling bercahaya, tetapi merupakan bagian daripada kosmos aditya yang memimpin segala cahaya tiap bulannya.
Kemudian wujud kosmos Brahman dalam marut adalah Marichi, yaitu nama yang diberikan kepada angin yang paling penting, seperti topan, puyuh, ribut dan sebagainya. Sesungguhnya perkataan marut bukan saja berarti angin, melainkan juga berarti unsur-unsur sinar yang menembus udara (termasuk angin) dan nafas hidup (baik nafas kosmos maupun nafas mahkluk seperti manusia, binatang dan sebagainya).
Jadi Marichi adalah yang terpenting dalam angin, unsur sinar yang menembus udara dan nafas-hidup).
Diantara konstelasi bintang-bintang, maka manisfestasi Brahman adalah rembulan. Tetapi dalam hiubungan sloka ini rembulan hendaknya jangan ditafsirkan menurut objek-objek astronomi yang nyata, dimana sesungguhnya rembulanbukanlah milik sinar cahaya unik sendiri yang melebihi bintang-bintang, melainkan harus diartikan dalan hubungannya dengan keindahan bahasa Bhagavadgita (yaitu bahasa sangsekerta) dimana perumpamaan keindahan rembulan melebihi bintang-bintang diwaktu malam. Keindahan inilah yang dimaksud terpenting oleh Krisna sebagai manisfestasi Brahman, dan bukan rembulan sebagai objek nyata dan astronomi.
Memang nilai-nilai agung dan istimewa tentang Brahman ini tidaklah mudah untuk dapat dimengerti, dari kenyataan-kenyataan objektif biasa. Oleh karenanya perlu contoh dan perumpamaan (simili), baik dalam arti sesungguhnya maupun arti kiasannya.
(22) vedanam samavedo 'smi
devanam asmi vasanah
indriyanam manas cha 'smi
bhutanam asmi chetana
artinya :
dari semua Weda Aku adalah Samaveda
dari semua Dewata Aku adalah Indra
dari semua Indria Aku adalah pikiran
dari semua mahkluk Aku adalah kesadaran
dari ketiga-tiga kitab suci Weda samaveda-lah yang dipandang paling indah, mengandung nyayian suci pujaan keagungan Brahman. (mengenai kitab suci Weda, lihat juga keterangan sloka IX.17).
yang dimaksudkan dengan Indria ialah pancaindria dimana pikiran merupakan titik pusatnya. Diantara mahkluk-mhkluk hidup didunia ini, yang tertinggi adalah mahkluk yang memiliki kesadaran (intelek)
(23) rudranam samkaras cha 'smi
vitteso yaksharakahm
vasunam pavakas cha 'smi
meruh sikharinam aham
artinya :
diantara Rudra, Aku adalah Sankara
diantara Yaksa dan raksasa, Aku adalah Kubera
diantara para Wasu, Aku adalah Pawaka
diantara semua gunung, Aku adalah Mahameru
rudra juga disebut Siwa, yaitu personifikasi kehancuran dan kemusnahan. Menurut kitab-kitab suci Weda, Upanishad dan purana ada sebelas Rudra atau sebelas kehancuran-kemusnahan yang dapat mengeluarkan bunyi yang hebat mengerikan (rudra) seperti misalnya gunung meletus, gempa bumi, petir menyambar dan sebagainya. Tetapi diantara kesebelas kemusnahan itu ada yang mendatangkan kebahagian yang disebut Sankara.
Yaksa dan Raksasa adalah sebangsa mahkluk (bukan manusia dan bukan binatang) yang berasal dari satu keturunan. Mahkluk ini dinyatakan memiliki sifat-sifat jahat, namun diantara mereka Kubera (juga disebut dengan nama Vittesa) adalah yang terkaya, terbaik dan memiliki sifat-sifat istimewa.
Wasu adalah personifikasi (penjelmahan) daripada kecemeriangan, kebaikkan, kedermawanan, kesucian dan sebagainya, yang berjumlah delapan. Yang teristimewa diantaranya adalah Pawaka.
Mahameru adalah puncak tertinggi di Gunung Himalaya, yang merupakan gunung yang tertinggi didunia.
(24) purodhasam cha mukhyam mam
viddi partha briphas[atim
senaninam aham skandah
sarasam asmi sagarah
artinya :
ketahuilah pula diantara pendita suci
oh parta, Aku adalah penditaBrihaspati
diantara jendaral perang Aku adalah Skanda
diantara danau Aku adalah samudera
Brihaspati adalah prototipe dari semua pendita yang dapat menghubungkan manusia dengan Brahman. Skanda (juga dapat disebut dengan nama Kartikeya) dilkenal sebagai jendral angkatan perang yang paling baik dan paling bijaksana.
(25) maharshinam bhigur aham
giram asmy ekam aksharam
yajnanam japayanto 'smi
sthavaranam himalayah
artinya :
Aku ini Brigu diantara Rsi (didunia)
Aku ini AUM diantara ucapan suci
Aku ini meditasi sunyi diantara cara memuja
Aku ini gunung himalaya diantara benda-benda mati
Brigu adalah rsi yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Ucapan suci aksara-tunggal AUM berarti Brahman (lihat juga sloka VIII.13 dan sloka VII.8) meditasi sunyi (yapa) adalah suatu cara yang dipandang paling baik untuk memuja Tuhan, sebab cara ini dengan langsung menghubungkan pemuja dengan yang dipuja dalam situasi dan lingkungan yang hening-sunyi. Memuja tuhan bukanlah suatu "standing sosial' yang harus diperlihatkan kepada publik sebagai suatu penilain sosial terhadap moral spiritual melainkan suatu persyaratan atas tanggung-jawab seseorang kepada kepercayaan dan keyakinan terhadap dirinya dan terhadap Tuhan-nya, yang harus merenungkan dalam semedi atau meditasi-sunyi
Dalam sloka ini gunung himalaya disebut sebagai suatu kiasan betapa kuat dan teguhnya manisfestasi Brahman itu.
(26) asvatthah sarvavrikshanam
devarshinam cha naradah
gandharvanam chitraratha
siddhanam kapilo munih
artinya :
dari segala kayu-kayuan Aku adalah Aswatha
dari semua dewa rsi Aku adalah Narada
diantara Gandharva Aku adalah Chitarata
diantara muni sempurna Aku adalah kapila
pohon kayu asvattha adalah sebangsa 'fikus religiosa' dari keluarga pohon beringin. Narada adalah Rsi yang merupakan penghubung diantara dua golongan spirituil, yaitu manusiadan para dewata (mahkluk yang bercahaya-cahaya). Gandharwa juga merupakan mahkluk spirituil yang mempunyai tingkatan diantara manusia dan para dewata. Diantara mereka Chitarata-lah yang paling utama Kapila, filosofi dan muni-sempurna, adalah pendiri aliran falsafah samkhya, yang membedakan purusa dengan prakriti atau dengan benda-jasmaniah.
(27) uchchaihsravasam asvanam
viddhi mam amritodbhavam
airavatam gajendranam
naranam cha naradhipam
artinya :
ketahuilah diantara bangsa kuda
Aku Ucaihhswara lahir dari madu amrita
Diantara gajah perkasa Aku adalah Airwata
Diantara manusia biasa Aku adalah maharaja
uchcaiharava adalah nama kuda kenaikkan indara amrita ialah air suci, manis sejuk menghidupkan yang juga dipergunakan dalam upacara persembahyangan. Airwata adalah nama gajah juga kepunyaan Indra
(28) ayudhanam aham vajram
dhenunam asmi kamadhuk
prajanas cha 'smi kandarpah
sarpanam asmi vasukih
artinya :
bajra diantara semua senjata adalah Aku
Kamandhenu diantara sapi-sapi adalah Aku
Dalam membiakkan keturunan Kandarpa adalah Aku
Diantara semua ular Wasuki adalah Aku
Bajra adalah senjata kepunyaan Indra. Kamadhem, juga disebut kamadhuk, yaitu sapi kepunyaan Rsi Vasista. Kandarpa adalah dewa-asmara (dewa-cinta) dan Wasuki raja dari segala ular.
(29) anantas cha 'smi naganam
varuno yadasam aham
pitrinam aryama cha 'smi
yamah samyamatam aham
artinya :
diantara naga Aku adalah Ananta
diantara penguasa air Aku adalah waruna
diantara arwah leluhur Aku adalah Aryama
diantara penegak-hukum Aku adalah yama
ananta adalah naga kepunyaan wisnu, Aryama adalah leluhur pertama dari kaum waisia (pengusaha-pedagang) yama disamping sebagai penegak-hukum juga dikenal sebagai dewa kematian, yang mengadili mahkluk setelah ajal sampai sesuai dengan pahala karma dimasa yang lalu.
(30) prahladas cha 'smi daityanam
kalah kalayatam aham
mriganam cha mrigendro 'ham
vainateyas cha pakshinam
artinya :
Aku adalah Prahlada diantara Daitya
Aku adalah waktu diantara dasar perhitungan
Aku adalah singa diantara segala binatang
Aku adalah Garuda diantara segala burung
Prahlada adalah pemimpin mahkluk Daitya, yaitu bangsa raksasa, yang merupakan musuh para dewata. Garuda disebut pula nama Winata, adalah burung sakti kepunyaan wisnu
(31) pavanah pavatam asmi
ramah sastrabhritam aham
jhashanam makaras ch 'smi
srotasam asmi jahnavi
artinya :
Aku adalah angin diantara yang membersihkan
Aku adalah rama diantara pahlawan kebenaran
Aku adalah Makara diantara segala ikan
Aku adalah Gangga diantara semua begawan
Rama adalah dari epos Ramayana yang merupakan inkarnasi ketujuh dari wisnu, yaitu wujud kosmos aditya yang paling bercahaya-cahaya (lihat sloka 21 Bab ini). Makara adalah ikan yang paling menakjubkan (capriconus dalam penanggalam hindu), yang kepala dan depannya sebagai biri-biri serta badan dan ekornya menyerupai ikan. Sungai gangga juga disebut jahnawi, sungai yang mendatangkan kemakmuran.
(32) sarganam adir antas cha
madhyam chai 'va 'ham arjuna
adhyatmavidya vidyanam
vadah pravadatam aham
artinya :
dari segala ciptaan Aku ini, oh arjuna
adalah permulaan, akhir dan juga pertengahan
diantara segala ilmu-pengetahuan Aku falsafah Atman
dan diantara semua diskusi Aku adalah dialektika
sloka diatas ini khusus membicarakan soal-soal kesusastraan dan ilmu-pengetahuan, dan yang dimaksudkan dengan segala ciptaan ialah karya-karya sastra, deklamasi, pidato dan ilmiah. Adapun ilmu-pengetahuan yang tertinggi adalah ilmu-pengetahuan tentang hidup, jiwa, atman dan Brahman Yang Maha Esa. Dalam suatu diskusi ada klarifikasi cara untuk mencapai kesimpilan yaitu : pertama vada, cara itu menujukkan untuk mencapai kebenaran yang dihormati oleh semau pihak dan disebut dialektika, kedua Vitanda, cara yang dipergunakan adalah mencari-cari kesalahan argumentasi orang lain tanpa memberikan pendapat sebagai bahan pertimbangan dan ketiga jalpa, cara yang hanya membenarkan pikiran sendiri dengan menolak pendapat orang lain, bila perlu dengan teriak dan caci-maki.
(33) aksharanam akaro 'ami
dvandvah samasikasyah cha
aham eva 'kshayah kalo
dhata 'ham visvamukhah
artinya :
Aku adalah huruf A dari semua aksara
Aku adalah katamajemuk dari semua kata-kata berpadu
Aku adalah kala-waktu yang tak ada hentinya
Aku adalah pengemban bermuka segala penjuru
Yang dimaksud dengan katamajemuk adalah dvandva, dimana tiap kata bagian mempunyai nilai dan fungsi sama, bukan yang satu menjadi keterangan atau pelengkap yang lain.
(34) mrityuh sarvaharas cha 'ham
udbhavas cha bhavishyatam
kirtih srir vak cha narinam
smritir medha dhritih kshama
artinya :
Aku ini kematian yang menelan segalanya
Aku ini asalmula yang akan ada nanti
Dan dari sifat-sifat wanita Aku ini
Adalah kemasyuran dan kemakmuran,
Kehalusan budi-pekerti dan kenangan
Kecerdasan keteguhan hati dan kesabaran.
(35) brihatsama tatha samnam
gayatri chandasam aham
masanam margasirsho 'ham
ritunam kusumakarah
artinya :
diantara lagu pujaan Aku adalah Brihatsama
diantara syair suci Aku adalah Gayatri
diantara bulan-bulan Aku adalah Margasirsha
diantara musim-musim Aku adalah musimsemi
Brihatsama yaitu lagu pujaan terdapat dalam Samaveda yang dipandang sangat dalam isinya, sedangkan Gayatri adalah syair suci terdapat dalam rigveda yang diucapkan untuk sembahyang diwaktu fajar dan senjakala. Margasrisha adalah bulan habis panen dan musim orang berlibur dab kerja berat setahunnya.
(36) dyutam ahhalayatam asmi
tejas tejasvinam aham
jayo 'smi vyavasayo 'smi
sattvam sttvavatam aham
artinya :
Aku ini penjudi diantara bangsa penipu
Aku adalah keindahan dari semua yang jelita
Aku ini kejayaan dan Aku ini daya-upaya
Aku adalah kebaikkan dari segala yang baik
Perkataan penjudi sebenarnya dimaksudkan 'pengambil resiko dengan mempertaruhkan apa yang dimiliki, jadi untuk menaklukan bangsa penjahat dan penipu orang harus berani mengambil resiko, bila perlu jiwa raga.
(37) vrishninam vasudevo 'smi
muninam apy aham vyasah
kavinam usana kavih
artinya ;
dari keturunan Wrisni Aku ini wasudewa
dari panca Pandawa Aku ini Dananjaya
dari murni semprna Aku ini Vyasa
dari biduan-penyair Aku ini Usana
Vyasa adalah pencipta epos Mahabarata dimana Bhagavadgita termasuk didalamnya. Usana juga dipanggil Sukra pengerang Dharmasastra, yaitu buku undang-undang kewajiban hidup.
(38) dando damayatam asmi
nitir asmi jighatam
maunam chai 'va 'smi guhyanam
jnanam jnanavatam aham
artinya :
Akulah kekuatan hukum dari semua penguasa
Akulah negarawan diantara yang mengejar kejayaan
Akulah tempat menyimpan segala rahasia
Akulah yang mengetahui segala ilmu pengetahuan
Perkataan danda berarti : cambuk atau cemeti, yang dipergunakan untuk menghukum orang yang bersalah oleh yang berkuasa.
Tetapi dalam hubungan sloka ini perkataan danda harus diartikan kekuatan hukum untuk menjatuhkan hukuman yang adil, sebab Brahman adalah Yang Maha Adil, tidak berat sebelah (lihat pula sloka IX.29 dan 30)
(39) yach cha 'pi sarvabhutanam
bijam tad aham arjuna
na tad asti vina syan
maya bhutam characharam
artinya :
dan selanjutnya apapun, oh arjuna
benih segala mahkluk ini adalah Aku
tidak ada sesuatu bisa ada
bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku
(40) na 'nto 'sti mama divyanam
vibhutinam paramtapa
esha tu 'ddesatah prokto
vibhuter vistaro maya
artinya :
perwujudan suci-Ku tiada akhirnya
apa yang telah Ku-katakan, oh Parantapa
hanyalah merupakan ilustrasi belaka
daripada keagungan-Ku yang tiada batasnya
dari uraian diatas, ternyata arjuna telah menunjukkan penegrtian yang sangat baik, yang menyebabkan Krisna merasa bahwa keterangannya sudah cukup jelas
(41) yad-yad vibhutimat sattvam
srimad urjitam eva va
tad-tad eva 'vagachchhatvam
mama tejomsa sambhavam
artinya :
segala apa saja yang ada
memiliki keagungan, keindahan
dan kekuatan, ketahuilah semua itu
menjelma daripada bagian fragmen-Ku
(41) athava bahunai 'tena
kim jnatena tava 'rjuna
vishtabhya 'ham idam kristnam
ekamsena sthito jagat
artinya :
tetapi apakah gunanya bagimu, Arjuna
pengetahuan yang sekecil-kecilnya ini
kupelihara dan kuliputi jagat ini
hanya dengan sekelumit kecil-Ku yang ada
segala sesuatu yang indah dan agung, segala perbuatan yang menunjukkan heroisme, segala kehidupan yang penuh pengorbanan, segala kerja yang penuh ketekunan daya upaya dan segala jiwa yang penuh dengan keseimbangan dan kesesuaian adalah sekelumit bagian alit daripada Brahman.
Ya, sedangkan kosmos kita ini juga hanya merupakan sebagian kecil dari Brahman yang ada diseluruh kosmos, diseluruh waktu dan diseluruh ruang.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam
Yogasastre srikarishnarjunasamvade
Vibhutiyogo nama dasamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kesebelas Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul VIBHUTIYOGA
BAB XII
XI. PERCAKAPAN KESEBELAS
VISVA RUPA DARSANA YOGA
Arjuna kini mengerti dan memiliki ilmu-pengetahuan tentang manisfestasi Brahman berkat uraian Krisna kepadanya dengan penuh kasi-sayang.
Dalam bab keduabelas ini Krisna sebagai manisfestasi Brahman memperlihatkan wujud-Nya dan arjuna setelah menerima mata penglihatan-dewata dapat menyaksikan visi Brahman yang luar biasa, sangat agung, ajaib, universiil, tidak-terbatas, luas memenuhi ruang angkasa dan paling utama
Bagaikan sinar seribu matahari, bercahaya, cemerlang diruang angkasa berpusat menjadi satu dalam keseluruhannya, beraneka warna dengan segala bagiannya.
Brahman adalah waktu, penghancur musuh dunia yang tiba pada masanya yang telah ditetapkan. Maka itu Krisna mengharap agar arjuna maju dan bertempur melawan musuh-musuhnya.
Arjuna merasa sangat bahagia dapat kesempatan melihat visi brahman, dan ia pun sujud dihadapan Krisna serta mengucapkan kata : Swasti, swasti, swasti!
Sungguh agung ajaib visi Brahman!
XI. Percakapan Kesebelas
(1) arjuna uvacha:
madanughrahaya paramam
ghuyam adhyatmasamjnitam
yat tvayo 'ktam vachas tena
artinya :
Arjuna berkata:
Kini sirnalah keraguan-bimbanganku
Berkat rahasia yang tertinggi ajaran
Tentang Adhyatman yang Engkau uraikan
Dengan kasih sayang kepada-Ku
Walaupun dalam kedua Bab terdahulu Arjuna telah menunjukkan pengertian yang baik sekali terhadap ajaran Krisna, namun hatinya belum merasa puas juga, lebih-lebih pandangan mengenai Brahman secara memastikan. Oelh karenanya ia mengambil inisiatif dalam Bab ini untuk bertanya lebih jauh.
Sa,pai disini arjuna mengerti bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini tidak tumbuh dan hidup olehnya sendiri, dan bahwa segala sesuatunya itu tidak terpisah dengan brahman.sampai disini ilusi atau keragu-bimbangan tentang dunia ini lenyap, tetapi ia masih ingin mengajukan pertanyaan tentang manisfestasi Brahman sesungguhnya (Adhyatman adalah wujud Brahman yang terutama; lihat juga keterangan sloka VIII.3 dan sloka X.20)
(2) bhavapyayau hi bhutanam
srutau vistaraso maya
tvattah kamalapattraksha
mahatmyam api cha 'vyayam
artinya :
kelahiran dan kemusnahan mahkluk apa saja
telah didengar olehku secara terperinci
dari Engkau, wahai Ka,alapatraksa
san juga keagungan-Mu yang kekal abadi
perrkataan kamalaptraksha sebenarnya berarti dia yang matanya indah bagaikan daun kembang tetatai (hitam, lembut dan besar). Oleh karena Krisna memiliki mata yang indah, maka Arjuna memanggil krisna dengan nama julukan demikian. Permulaan dan akhir atau kelahiran dan kemusnahan, segala mahkluk adalah Brahman (lihat juga sloka X.20).
(3) evam etad yatha 'ttha tvam
atmanam paramesvara
drashtum ichchhami te rupam
aisvaram purushottama
artinya :
benarlah demikian oh Yang Maha Pertama
seperti Engkau telah lukiskan tentang diri-Mu
namun aku ingin menyeksikan
rupa suci-Mu, wahai Manusia Utama
perkataanparamewsvara (dari parama + iswara) berarti : Tuhan Yang Maha Pertama. Perkataan paremewsvara atau iswara saja kedua-duanya berarti Tuhan, yaitu yang maha perkasa, ada dimana-mana, budipekerti yang kekal abadi, yang maha agung, yang merupakan kekuatan tertinggi dan kebajikkan suci.(Puruhottama = manusia utama = Krisna)
(4) manyase yadi tach chhakyam
maya drashtum iti prabho
yogesvara tato me tvam
darsaya 'tmanam avyayam
artinya :
kalau engkau berpendapat, oh Yang Maha Kuasa
itu mungkin bisa disaksikan olehku,
maka tunjukkanlah jiwa-Mu
yang kekal abadi, wahai Yogeswara
Krisna juga dipanggil dengan nama Yogeswara, yang berarti "Tuhan Yoga".
(5) sribhagavan uvacha
pasyame partha rupani
sataso 'tha sahasrasah
nanavarnakritini cha
artinya :
Sri Bagawan berkata :
Saksikanlah kini rupa-Ku, oh Parta
Beratus-ratus, beribu-ribu
Suci, bermacam-ragam wujud-Ku
Beraneka bentuk dan berbagai warna
Melihat manisfestasi Brahman bukanlah suatu mythos atau suatu dongeng, melainkan adalah pengelaman spiritual. Dalam sejarah suatu agama visi atau penglihatan Tuhan pada suatu jaman adalah merupakan peristiwa monumental yang diakui kebenarannya. Visi serupa inilah yang dihadapi oleh Arjuna, seperti terlukis dalam sloka ini.
(6) pasya 'dityan vasun rudran
asvinau marutas tatha
bahuny adrishtapurvani
pasya scharyani bharata
artinya :
lihat para Aditya, Wasu, Rudra
Aswin kembar dan para Marut, oh Barata
Saksikanlah banyak keajaiban
Yangtidak pernah terlihat sebelumnya
Aditya = yang paling bercahaya-cahaya, yaitu matahari (lihat sloka X.21), Wasu = yang cemerlang, yang suci, yang lebih baik dan sebagainya (lihat sloka X.23) Rudra = kehancuran-kemusnahan (lihat sloka X.23). aswin = fajar, Marut = angin (lihat sloka X.21) dan Barata = Arjuna)
(7) ihai 'kastham jagat kritsnam
pasya 'dya sachracharam
mama dehe gudakesa
yach 'nyad drashtum ichchhasi
artinya :
lihatlah seluruh alam-semesta kini
yang bergerak dan yang tak bergerak apa saja
yang engkau ingin lihat wahai Gudakesa
semuanya berpusat dalam badan-Ku ini
(8) na tu mam sakyase drashtum
aneuai 'va cvachakshusha
divyama dadami te chakshuh
pasya me yogam aisvaram
artinya :
tetapi engkau tak mungkin kiranya biasa
melihat Aku dengan matamu sendiri ini;
Aku berikan engkau penglihatan dewasa
Saksikanlah kekuatan-Ku yang suci-sakti
Perkataan daivya-chakshus berarti : penglihatan dewata, atau penglihatan sakti. Disini dimaksudkan bahwa mata-manusia biasa hanya dapat melihat yang kelihatan nyata diluar saja, sedangkan jiwa harus dilihat dengan mata-hati. Ada ilmu-pengetahuan yang dicapai dengan kekuatan pancaindria dan intelek kita, tetapi ada pula ilmu-pengetahuan yang hanya dicapai dengan jalan inspirasi dan wahyu Yang Maha Kuasa.
Penglihatan dewata bikanlah suatu konstruksi berdasarkan kemampuan intelek itu, melainkan suatu pengungkapan kebenaran yang langsung diluar batas kemampuan pikiran manusia biasa. Penglihatan inilah yang dimaksudkan oleh Krisna.
(9) samjaya uvacha:
evam uktva tato rajan
mahayogesvaro harih
darsayam asa parthaya
paramam rupam aisvaram
artinya :
Sanjaya berkata:
setelah berkata demikian, oh tuanku raja
Hari Yogeswara Yang Maha Tinggi
Kemudian menyatakan kepada Parta
Rupa-Nya Yang Termulia dan Tersuci
Dalam sloka ini sampai dengan sloka 14 Sanjaya kemlbali melaporkan kepada Maharaja Dritarastra apa yang telah terjadi takkala Sri Bagawan Krisna sebagai manisfestasi Brahman memeperlihatkan rupa-Nya kepada arjuna. Yang dimaksudkan dengan hari adalah Krisna = Yogeswara (Tuhannya yoga), sedangkan yang dimaksud dengan Tuanku Raja adalah Maharaja Drita rastra, saudara pandu dan ayah kaurawa yang berjumlah seratus orang (tentang Sanjaya dan Maha raja Dritarstra baca keterangan sloka I.1 dan 2)
(10) aneka vaktra nayanam
anekadbhuta darsanam
aneka divyabharanam
divyanekodyatayudham
artinya :
dengan beraneka mulut dab mata
dengan beraneka wujud-gaib luar biasa
dengan beraneka perhiasan dewata
dengan senjata terhunus
dengan senjata terhunus, suci aneka warna
(11) dvya malyambara dharam
divya gandhanulepanam
sarvascharyamayam devam
anantam visvatomukkham
artinya :
dengan kalung bunga dan pakaian kayangan
minyak dan wangi-wangian suci dari kayangan
tidak terbatas cemerlang kilau-kemilau
dengan muka menghadap kesemua jurusan
(12) divi suryasahasrasya
bhaved yugapad utthita
yadi bhah sadrisi sa syad
bhasas tasya mahatmanah
artinya :
bagaikan sinar seribu matahari
semua bercahaya cemerlang diangkasa
demikian kiranya keagungan rupa
jiwa mulia itu, yang maha tinggi
(13) tatrai 'kastham jagat kritsnam
pravibhaktam anekadha
apasyad devadevasya
sarire pandavas
artinya :
demikianlah Pandawa melihat alam semesta
berpusat menjadi satu dalam keseluruhannya
dengan berbagai aneka warna bagian-
bagiannya dalam wujud Tuhan diatas segala dewata
(14) tatah sa vismayavishto
hrishtaroma dhanamjayah
pranamya sirasa devam
kritanjalir abhashata
artinya :
kemudian dia-dananjaya-dengan perasaan
penuh kagum dan bulu roma tegak berdiri
sujud menundukkan kepala dihadapan Tuhan
mencakupkan tangan seraya berkata begini
sloka 10 diatas berusaha melikskan betapa banyak mahkluk (mulut dan mata), betapa indah segala benda materi (perhiasan) dan betapa bermacam alat hidup (senjata) dalam wujud Brahman ini. Selanjutnya sloka 11 menyatakan betapa kemegahan (kalung bunga dan pakaian kayangan) dan keindahan (minyak dan wangi-wangian suci) serta tidak terbatas (kesemua penjuru) keagungan brahman itu. Kecermelangan cahaya seribu matahari digambarkan dalam sloka 12 adalah suatu smili cemerlangnya ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang ada pada Brahman.
Dan sloka 13 menyatakan betapa arjuna melihat semua dalam Yang satu menyaksikan Yang Satu dalam semua. Semuanya berane-warna, namun semuanya satu. Kemudian setelah menyaksikan visi manisfestasi Brahman, maka dengan penuh kekaguman Arjuna sujud menyembah dengan seluruh jiwanya. Demikianlah laporan Sanjaya kepada Maharaja Dritarstra yang berusaha memberi gambaran apa yang telah dilihat oleh Arjuna kepada Maharaja tersebut?
(15) arjuna uvacha:
pasyami devams tava deva dehe
sarvams tatha bhutavisesha samghan
brahmanam isam kamalasanastham
rishims cha sarvam uragams cha divyan
artinya :
arjuna berkata :
dalam wujud-Mu, aku melihat, oh Tuhan
para dewata dan berbagai tingkat mahkluk lainnya
Brahman duduk diats singgasana kembang teratai
Serta para rsi suci dan naga kayangan
Selanjutnya dari sloka 15 diatas sampai dengan sloka 31. Arjuna sendiri mencoba mengeuarikan pap yang telah disaksikannya selama visi Brahman menyatakan diri-Nya dihadapannya, adalah tidak mudah bagi arjuna dengan kata-kata manusia yang tak terbatas jumlahnya, dengan pikiran-pikirannya yang tidak sempurna untuk melukiskan segala sesuatunya tentang pengelaman spirituil ini.
Naga dalam hubungan ini dibartakan sebagai jangka waktu yang tidak terbatas, atau kelanggengan. Oleh karena itu naga dianggap suci dan ada didunia lain, dikayangan.
(16) aneka bahudara vaktra netram
pasyami tvam sarvanto nantarupam
na 'ntam na madhyam na punas tava 'dim
pasyami visvesvara visvarupa
artinya :
kulihat Engkau dalam bentuk tak terbatas disumua penjuru
dengan tangan, perut, muka dan mata tak terhitung jumlahnya
tetapi aku tak melihat akhir, pertengahan dan permulaan-Mu
oh Tuhan Seru-Sekalian-Alam, oh rupa Alam-Semesta
(17) kiritinam gadinam chakrinam cha
tejorasim sarvato diptimantam
pasyami tvam durniriskshyam samantad
diptanalarkadyutim aprrameyam
artinya :
kulihat Engkau dengan mahkota, gada dan
cakra berkilau-kilau dimana-mana tiada kuasa
mata memandang cahaya cemerlang disegala
jurusan bagaikan banyak api dan matahari, tiada bandingan
(18) tvam aksharam paranam veditavyam
tvam asya visvasya param nidhanam
tvam avyayah sasvata dharma gopta
sanatanastvam purusho mato me
artinya :
kupikir : Engkau langgeng, agung, harus diketahui
Engkau adalah tumpuan terakhir alam-semesta
Engkau adalah pengawal dharma yang kekal-abadi
Engkau adalah Mahkluk Yang Paling Pertama
(19) anadimadhyantam anantaviryam
anantabahum sasisuryanetram
pasyami tvam diptahutasavaktram
svatejasa visvam idam tapantam
artinya :
kulihat Engkau tanpa permulaan, pertengahan dan kesudahan
kekuatan tak terbatas tangan tek-terhitung banyaknya
bulan dan matahari sebagai Mata-Mu, api pemujaan
sebagai muka-Mu, cemerlang mengahangati alam-semesta
(20) dyavaprithivyor idam antaram hi
vyaptam tvayai 'kena disas cha sarvah
drishtva 'dbhutam rupam ugram tave 'dam
lokatrayam pravyathitam mahatman
artinya :
ruang antara sorga dan dunia diliputi oleh-
Mu belaka pula semua penjuru alam
Semesta, oh Mahatma dan dikala keajaiban,
Kehebatan rupa-Mu kelihatan maka ketiga-
Tiga dunia ini bergetar ngeri ketakutan
Seperti apa yang dilaporkan oleh Sanjaya kepada Mahatma raja Dristarastra tentang visi Arjuna ketika menyaksikan Brahman, maka dari sloka 16 sampai dengan sloka 20 diatas ini dapat kiranya dibayangkan betapa Arjuna sangat kagum, takjub, terharu, bersyukur dan berbagai perasaan kudus meliputi sanubarinya, menyaksikan keagugan Brahman itu. Begitu banyak, beraneka ragam yang dilihat Arjuna dalam waktu yang begitu singkat, kiranya dapat dibandingkan dengan seseorang yang menyaksikan gambar hidup diatas layar-putih : Sungguh sukar menceritakan kembali semuanya! Sloka diatas mengingatkan kita kepada personifikasi Brahman dalam wujud Wisnu (lihat juga keterangan sloka X.21), sedangkan sloka 18 melukiskan Brahman sebagai pengawal kebenaran yang kekal abadi, pegangan hidup atau kepercayaan = agama). Yang dimaksudkan dengan Ketiga-tiga dunia adalah sorga, dunia kita dan neraka (baca juga sloka I.35). maharma = jiwa yang agung.
(21) ami hi twam surarasa,gha visanti
kechid bhitah pranjalayo grinanti
svasti 'ty uktve maharshisiddhasamghah
stavanti tvam stutibbih pushkalabbih
artinya :
disini para dewata masuk kedalam-Mu, diantaranya
ketakutan mencakup tangan sujud pada-Mu
dan bergelombang para rsi dan orang-orang sempurna
menyerukan "Swasti" dan menyanyi lagu kudus bagi-Mu
(22) rudraditya vasavo ye sadhya
visve 'svinau marutas cho 'shmapas cha
ghandarva yakshasura siddha samgha
vikshante tvam vismitas chai 'va sarve
artinya :
para Rudra,Aditya, Sandhya, Wasu
Wiswadewa, Aswin kembar, Marut, Usmapa
Gandharwa, Yaksa, Asura dan Siddha
Semua dengan takjub memandang kepada-Mu
Mengenai para dewataseperi Rudra, Aditya, Wasu, Yaksa dan Gandharwa lihat sloka-sloka X.21,23 dan 26. Sendhya adalah dewata saji-sajian dan mantra Wiswadewa ialah para dewata yang tingkatanya lebih rendah, Aswin kembar (lihat sloka 6 Bab ini), Usmapa = Pitri = leluhur, Asura = iblis, Siddha = para setengah dewa (semi-dewata).
Dengan menyerukan perkataan "swasti", berarti menyampaikan salam : "semoga selamat" atau "Brahman melindungi engkau" atau "hidup"! kalau dihubungkan dengan hidup dalam dunia ini.
(23) rupam mahat te bahuvaktranctram
mahabaho bahubahupadam
bahudaram bahudamshtrakaralam
drishtva lokah pravyathitas tatha 'ham
artinya :
melihat kebesaran rupa-Mu dengan banyak mulut, mata
dengan banyak tangan, paha dan kaki, wahai Mahabahu
dengan banyak perut besar dan taring-taring mengerikan
seluruh jagat gemetar, demikian pula aku ketakutan
inilah suatu contoh lukisan yang puitis berlebih-lebihan tentang kebesaran Brahman yang sesungguhnya meliputi alam semesta seluruhnya, dimana-mana dan sepanjang jaman.
(24) nadhahspisam diptam anekavernam
vyattananam diptavisalanetram
drishtva hi tvam pravyathitantaratma
dhritim na vindami saman cha vishno
artinya :
kulihat Engkau menyentuh langit dengan berbagai warna
cemerlang, mulut menganga mata membelak terbuka,
hati kecilku gemetar ketaj\kutan, terasa benar olehku
tiada kekuatan, tiada keseimbangan lagi, oh Wisnu
(25) damshtrakaralani cha te mukhani
drishtvai 'va kalanalasamnibhani
diso na jane na labhe cha sarma
prasida devesa jagannivasa
artinya :
dikala kulihat mulut-Mu dengan taring
taring mengerikan seperti api kiamat
membakar, aku tiada tahu mana arah
dan tiada tempat bernaung, wahai Tuhan lindungilah
Dewa segala-dewata, tumpuan alam semesta-sekalian
Dalam kedua sloka tersebut diatas Arjuna mencoba terus melukiskan aspek visuil Brahman dalam wujud dan rupa kosmos yang maha luas tidak terbatas ini.
Disini Brahman disebut dengan berbagai perkataan seperti devesa yang berarti "Dewa dari segala-dewata" dan jagamnivasa yang berarti : "Tumpuan alam-semesta-sekalian". Dan dalam sloka 24, Brahman disebut Wisnu sedangkan dalam sloka 15 terdahulu Brahman disebut dengan nama 'Barahman'. Adapun brahman dan Wisnu terdahuluadalah dua bagian dari trimurti yang merupakan manisfestasi kosmos Brahman, bagian yang ketiga dari Trimurti adalah Siwa. Trimurti atau ketiga manisfestasi kosmos Brahman, yaitu Brahman, Wisnu dan Siwa, adalah merupakan personifikasi daripada Penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan (atau permulaan, pertengahan dan akhir). Untuk maksud dan tujuan yang tertentu sring Brahman (Tuhan Yang Maha Esa)hanya dilihat dari satu aspek saja, misalnya dari aspek penciptaan maka Dia disebut Brahman atau dari aspek pemeliharaan maka Dia dinamakan Wisnu, dan bila dari aspek pemusnahan maka Dia dipuja sebagai Siwa.
Arjuna merasa tidak mempunyai kekuatan hilang keseimbangan, tidak tahu arah (Barat, Timur, Utara dan Selatan)dan tidak ada pegangan atau tempat berlindung; seluruh hatinya diliputi oleh perasaan-perasaan takjub dan kagum, ngeri dan teror serta gembira dan bahagia.
(26) ami cha tvam dhritarastrasya putrah
sarva sahai 'va vanipalasamghaih
bhismo dronah sutaputras tatha 'sau
saha 'smadiyair api yodhamukhyaih
artinya :
disini putera-putera Dristarastra disini
para raja lainya dan juga Bisma, Drona
serta karna sekalia dengan perwira-perwira
angkatan [erang dipihak kami juga
(27) vaktrani te tvaramana visanti
damshtrakaralani bhayanakani
kechid vilahna dasanantreshu
samdrisyante churnitair uttamangaih
artinya :
semuanya berduyun-duyun masuk kedalam mulut-Mu
penuh dengan taring-taring sangat mengerikan
ada yang tersangkut diantara taring ini, dan kepala mereka
remuk menjadi abu
dengan penglihatan dewata yang diberikan oleh Krisna kepadanya, Arjuna tidak saja menyaksikan apa yang ada diangkasa luar, diantara bumi dan langit, tetapi juga segala sesuatu yang jauh, dekat, didalam dan diluar. Contohnya adalah apa yang disebut dalam kedua sloka diatas ini, dimana pada saat Arjuna mengadakan percakapan dengan Krisna ini. Arjuna juga ada ditengah-tengah musuhnya, yaitu Kaurawa, dan balatentaranya sendiri dimedan perang Kuruksetra.
(perkataan sutaputra berarti : anak tukang-kereta-kuda. Disini dimaksudkan Karna, lihat s;oka 1.8)
(28) yatha nadinam bahavo 'mbuvegah
samudram eva 'bhimukha dravanti
tatha tava 'mi naralokavira
visanti vaktrany abhivijvalanti
artinya :
bagaikan sungai-sungai banjir berlomba
mengalir menuju samudera, demikian pula
para pahlawan dunia-manusia ini berlomba
masuk kedalam mulut-Mu yang menyala-nyala
(29) yatha praditam jvalanam patanga
visanti nasaya samridddhavegah
tathai 'va nasaya visanti lokas
tava 'pi vaktrani samriddhavegah
artinya :
ibarat anai-anai berlarian terbang kelidah-api
untuk mati disana, demikian pula manusia ini
berlarian kedalam mulut-Mu dengan amat
kencangnya berjatuhan menemui kehancuran mereka
dalam kedua smili tersebut diatas, nyatalah berapa Arjuna menyaksikan manusia karena ketidaktahuan dan hasil karmanya dimasa lampau berlomba-lomba berlarian menuju kehancuran mereka sendiri dengan disaksikan oleh mulut brahman. Sebab ketidaktahuan dan hasil karma inilah menyebabkan manusia menemui kehancuran mereka, yang dilukiskan secara meraphora-puitis masuk kedalam mulut Brahman.
(30) Lelihyase grasamanah samantal
Lokan samagran vadahair jvaladbhih
Tejobhir apurya jagat samagram
Bhasas tavo 'grah pratapanti vishno
Artinya :
Engkau penjilat dengan lidah api-Mu
Disemua penjuru dan menelan mereka semua:
Sinar-Mu mengelora memenuhi ruang-angkasa
Membakar alam semesta dengan panas membara
Oh Wisnu
(31) akhyahi me ko bhavan ugrarupo
namo 'stu devavara parasida
vijnatum ichchhami bhavantam addyam
na hi prajanami tava pravrittim
artinya :
nyatakanlah padaku dengan rupa seram, siapakah Engkau
oh Tuhan segala dewata, segala puji kepada-Mu
kasihilah, aku ingin mengetahui siapa Engkau
Yang Maha Tunggal, aku tidak mengerti Tindakan-Mu
Dalam sloka 30 diatas, Wisnu sebagai personifikasi pemeliharan daripada Brahman menonjol sebab ia adalah wujud kosmos Brahman yang paling bercahaya, diibaratkan sebagai lidah api menjilat-jilat seluruh penjuru dan menelan segala-galanya dengan sinar-cahaya-Nya yang gilang-gemilang. Dalam hubungan cemerlangnya cahaya inilah Wisnu seharusnya dipahami dimana ia menelan segala kegelepan dan ketidaktahuannya difahami dimana ia menelan segala kegelapan dan ketidaktahuan seluruh alam-semesta, termasuk mahkluk manusia sebagai kita ini.
(32) sribgagavan uvacha:
kalo 'smi lokakshayakrit pravriddho
lokan samahartum iha pravittah
rite 'pi tvam na bhavishyanti sarve
ye 'vasthitah pratyanikeshu yodhah
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Aku adalah waktu, penghancur dunia yang dewasa
Datang disii untuk memusnahkan dunia manusia
Walaupun tanpa engkau semua pahlawan ini
Dalam pasukan berlawan takkan tinggal hidup nanti
(33) tasmat tvam uttishtha yaso labhasva
jitva satrun bhunkshva rajyam samriddham
mayai 'vai 'te nihatah purvam eva
nimittamatram bhava savyasachin
artinya :
karena itu, bangkitlah engkau dan jayalah
taklukan musuh, nikmati kerajaan sejahtera
oleh-Ku sebenarnya mereka telah hancur musnah
jadilah engkau hanya alat belaka, oh Arjuna
(34) dronam cha bhishman cha jayadratham cha
karnam tatha'nyan api yodhaviran
maya hatams tvam jahi ma vyathishtha
yudhyasva jetasi rane sapatnan
artinya :
bunuhlah Drona, Bisma, Jayadrata, Karna
dan Pahlawan lainya yang semuanya telah kumusnahkan
janganlah gentar berjoanglah engkau dan
taklukan musuh-mushmu dalam pertempuran
didalam ketiga-tiga sloka diatas Sri Bagawan krisna menjelaskan kepada Arjuna, bahwasanya apa yang dilihat dan apa yang sedang berlaku dihadapanya adalah dalam keseluruhannya merupakan manisfestasi Brahman yang dikerjakan oleh Krisna sendiri.
(35) samjaya uvacha:
etach chhurutva vachanam kesavsya
kritanjalir vepapanamah kriti
namaskritva bhuya eva 'ha krishnam
sagadgadam bhitabbhitah pranamya
artinya :
Sanjaya berkata:
Setelah mendengar kata-kata Kesawa
Dengan cemas Arjuna mencakup tangan
Menyembah lagi dengan sujud ketakutan
Dan dengan suara gemetar berkata kepada Krisna:
Kembali lagi Sanjaya memberi laporan kepada Maharaja Dritarastra betapa Arjuna gemetas ketakutan setelah melihat visi Brahman, dan setelah Krisna menjelaskan apa yang telah dilihatnya serta menganjurkan kepadanya supaya ia bertempur, menghancurkan kaurawa. Dimana ia sendiri hanyalah alat insidentil belaka daripada kalayuga ini.
(36) arjuna uvacha:
sthane brishikesa tava prakirtya
jagat prahhrishyaty anurajyate cha
rakshamsi bhitani diso dravanti
sarve namasyanti cha siddhasamghah
artinya :
Arjuna berkata:
Patutlah dunia merasa senang dan bahagia
Dalam memuja Engkau, wahai Hrisikesa
Para raksasa lari ketakutan kesegala penjuru
Orang sempurna bersujud menyembah dihadapan-Mu
Perkataan sidhha berarti ; semi-dewata atau orang sempurna (lihat juga sloka 22 Bab ini). Adapun raksasa yang dimaksudkan dalam sloka diatas adalah orang-orang jahat, kafir, ingkar dan munafik
Dalam sloka 36 ini sampai dengan sloka 46 Arjuna menyatakan perasaan yang penuh emosi kekaguman dan kesujudan kepada Brahman Yang Maha Esa.
(37) kasmach cha te na nameran mahatman
gariyase brahmano 'py adikartre
ananta devesa jagannivasa
tvam aksharam sad asat tatparam yat
artinya :
tetapi mengapa mereka tak memuja-Mu, oh Mahatma
yang lebih agung dari Brahma, pencipta yang pertama
tak-terbatas, dewa segala dewata, tumpuan semesta
abadi, ada dan tiada, melampaui segala yang ada
seperti dalam sloka 15 terdahulu, disini Brahman adalah merupakan salah satu aspek (yaitu penciptaan) daripada Brahman Yang Maha Esa, seperti halnya dalam sloka 24 dalam Bab ini juga ia sebut dengan aspek pemeliharaan, yaitu Wisnu.
(38) tvam adidevah purushah puranas
tvam asya visvasya param nidhanam
vetta 'si vedyam cha param cha dhama
tvaya tatam visvam anantarupa
artinya :
Engkau adalah Dewa pertama, manusia terdahulu
Engkau Tumpuan Tertinggi Semesta, Yang Maha Tahu
Engkau Yang Harus diketahui, Tujuan Yang Tertinggi
Rupa-Mu tak terbatas, oleh-Mu semesta ini diliputi
(39) vajur yamo 'gnir varunah sasankah
prajapatis tvam prapitamahas cha
namo namaste 'stu sahasrakritvah
punas cha bhuyo 'pi namo namaste
artinya :
Engkau adalah dewa angin, kematian dan api
Engkau adalh dewa laut, rembulan dan prajapati
Leluhur semua mahkluk, bagi-Mu "swasti" seribu kali
"swasti","swasti", "swasti" sekali lagi dan lagi
(40) namah purastad atha prishthatas te
namo 'stu te sarvata eva sarva
ananta virryamita vikramas tvam
sarvam samapnoshi tato 'si sarvah
artinya :
sujud dihadapan-Mu, dibelakang-Mu dan dimana-mana
Engkau tidak terbatas dalam kekuatan oh semua
Tak terbandingkan dalam kekuasaan meliputi
Segala dan karenanya Engkau adalah segalanya
(41) sakhe 'ti matva prasabham yad uktam
he krishna he yadava he sakhe 'ti
ajanata mahimanam tave 'dam
maya pramadat pranayena va 'pi
artinya :
apapun yang telah kukatakan secara ceroboh
kepada-Mu karena berpikir kau temanku
tak sadar keagungan-Mu
"oh Krisna", "oh Yadawa","oh kawan" semuanya
itu hanya karena kealpaan atau mungkin sebab keakrabanku
(42) yach cha 'vahasartham asatkrito 'si
vihara sayyasana bhojaneshu
eko 'thava 'py achyuta tatsamaksham
tat kshamaye tvam aham aprameyam
artinya :
dan apapun yang kurang sopan dalam bergurau pada-Mu
waktu bermain, tidur, duduk-duduk atau waktu makan
sendirian atau dengan yang lain, aku bermohon pada-Mu
maaf, oh Yang Maha Teguh, yang tidak terdugakan
(43) pita 'si lokasya characharasya
tvam asya pujyas cha gurur gariyan
na tvatsamo 'sty abhyadhika kuto 'nyo
lokatraye 'py apratimaprabhava
artinya :
Engkau adalah bapa dari yang bergerak dan yang ada
Tiada, tujuan memuja, Guru yang mulia, tak ada
Samanya, bagimana mungkin ada yang lebih agung
Daripada-Mu diketiga dunia dimana tak terbanding
Kan kebesaran-Mu?
(43) tasmat pranamya pranidhaya kayam
prasadaye tvam aham isam idyam
pite 'va putrasya sakhe 'va sakhyuh
priyah priyaya 'rhasi deva sodhum
artinya :
karenanya dengan menundukkan kepala sujud
pada-Mu oh Tuhan, Maha Penyayang aku bermohon restu-Mu
Engkau harus memandangku ba' bapa terhadap putra
Teman dengan teman, terkasih dengan yang dikasihinya
(44) adrishtapurvam hrishito 'smidrishtva
bhayena cha pravyathitam mano me
tad eva me darsaya jangannivasa
prasida devesa janganisvasa
artinya :
aku melihat apa yang belum pernah kulihat
sebelumya, aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar
ketakutan, tunjukkanlah rupa-Mu yang semula dulu,
oh Tuhan lindungilah, Dewa segala dewata
Tumpuan Alam Semesta
(45) kiritnam gadinam chakrahastam
ichchhami tvam drashtum aham tathai 'va
tenai 'va rupena chaturbhujena
sahasrabaho bhava visvamurte
artinya :
aku ingin melihat-Mu kembali seperti semula
sebelumnya, aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar
ketakutan, tunjukkanlah rupa-Mu yang semula dulu
oh Tuhan lindungilah, Dewa segala Dewata
(46) kiritinam gadinam chahrahastam
ichchhami tvam drashtum aham tathai 'va
tenai 'va rupena chaturbhujena
sahasrabaho bhava visvamurte
artinya :
aku ingin melihat-Mu kembali seperti semula
dengan mahkota,. Gada dan cakra ditangan
dalam rupa-Mu yang mempunyai empat lengat
oh Tangan seribu Yang Berwajah Alam Semesta
(47) sribhagavan uvacha:
maya prasannena tava 'rjune 'dam
rupam param darsitam atmayogat
tejomayam visvam anantam adyam
yan me tvadanyena na drishtapurvam
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Berkat restu-ku, melalui kekuatan sakti yoga-Ku
Oh arjuna telah siperlihatkan padamu rupa-Ku
Agung, cemerlang, universil, tak-terbatas, terutama
Yang kecuali olehmu belum pernah dilihat siapa jua
(48) na vedayajnadhyayanair na danair
na cha kriyabhir na tapobhir ugraih
evamrupah sakya aham nriloke
drashtum tvadayena kuruprahvira
artinya :
tidak dengan kitab suci weda, pengetahuan, kerja
sedekah, upacara persembahyangan atau tapa barata
Aku dapat dilihat dalam rupa ini didunia manusia
Oleh siapapun kecuali engkau, wahai Kuruprawira
(49) ma te vyatha ma cha vimudhabhavo
drishtva rupam ghoram idrin mame 'dam
vyapetabhih pritamanah punas tvam
tad eva me rupam idam prapasya
artinya :
melihat rupaku yang mah hebat ini
engkau jangan takut dan bingung dihati
terbebas dari takut dan merasa lega didada
lihatlah kembali rupa-Ku yang semula
(50) samjaya uvacha:
ity arjunam vasudevas tatho ktva
svakam rupam darsayam asa bhuyah
asvasayam asa cha bhitam enam
bhutva punah saumyavapur
artinya :
Sanjaya berkata:
Setelah berkata demikian kepada Arjuna
Dan memperlihatkan kepadanya rupa-Nya semula
Setelah Mahatma kembali dalam bentuk lemah lembut
Wasudewa menenagkan hatinya yang kalang kabut
(51) arjuna uvacha:
drishtve 'dam manusham rupam
tava saumyam janardana
idanim asmi samvrittah
sachetah prakritim gatah
artinya :
arjuna berkata :
melihat rupa manusia-Mu kembali
yang lemah lembut, wahai Janardana
aku kini menjadi tenang lagi
(52) sribhagavan uvacha:
sudurdarsam idam rupam
drishtavan asi yan mama
deva apy asya rupasya
niyam darsanakankshinah
artinya :
Sri bagawan berkata:
Sungguh sukar dilihat rupa-Ku ini
Yang engkau telah dapat saksikan
Sedang para dewatapun selalu mengharapakan
(53) na 'ham vedair na tapasa
na danena na che 'jyaya
sakya emamvidho drashtum
drishtavan asi mam yatha
artinya :
Aku tidak bisa dilihat dalam rupa
Seperti yang engkau telah saksikan pula
Biarpun dengan kitab suci weda, tapabrata
Maupun dengan sedekah atau upacara-upacara
(54) bhatya tv ananyaya sakya
aham evamvidho 'rjuna
jnatum drashtum cha tattvena
praveshtum cha paramtapa
artinya :
tetapi dengan pengabdian jua
yang hanya terpusatkan, oh Arjuna
Aku dapat diketahui juga
Sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa
(55) matkarmamakrin matparamo
madbhaktah sangaverjitah
nirvairah sarvabhuteshu
yah sa mam eti pandava
artinya :
yang bekerja bagi-Ku, menjadikan Aku tujuannya
berbakti kepad-Ku tanpa kepentingan
pribadi tiada bermusuhan terhadap segala insana
dialah yang datang kepada-Ku, oh Pandawa
sloka inilah yang sesungguhnya merupakan intisari ajaran Bhagavadgita : melakukan kewajiban kita, mengarahkan kewajiban tersebut kepada Brahman, melepaskan jiwa kita dari segala nafsu kepentingan pribadi, bebas dari rasa bermusuhan dengan semua mahkluk hidup dan berbakti kepada-Nya, apapun tugas pekerjaan kita dalam hidup ini.
Melihat visi Brahman, seperti yang dialami oleh Arjuna, bukanlah merupakan sesuatu yang harus dicapai terakhir, melainkan harus terus berusaha sehingga menjadi satu dengan Brahman, itulah kebenaran terakhir.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
Brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjunasamvade
Visvarupadarsanayogo namai kadaso
Visvarupadarsanayogo namai kadaso dhyayah
Maka berakhirlah bab ini Upanishad
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
Tentang Yang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna yang berjudul
VISVARUPADARSANAYOGA
BAB XIII
XIII. PERCAKAPAN KEDUABELAS
BHAKTI YOGA
Arjuna bertanya, orang yang berbakti menyembah wujud Brahman dan orang yang berbakti menyembah Brahman Yang Abstrak, mana yang mahir dalam yoga
Dalam bab ini Krisna menjawab bahwa orang yang menyatukan pikiran, memiliki kepercayaan tawakal berbakti menyembah wujud Brahman adalah terbaik. Tetapi sesungguhnya kedua-duanya menuju brahman.
Banyak cara berusaha untuk berbakti menyembah wujud brahman : dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu-pengetahuan, dengan jalan meditasi, dengan jalan kerja tanpa mengharapkan hasil keuntungan dan dengan jalan kedamaian hati.
Sama terhadap kawan dan lawan, sama terhadap suka dan duka, sama terhadap panas dan dingin, sama terhadap puji dan maki, pendiam prihatin dan berbaktilah menyembah Brahman.
XII. Percakapan Keduabelas
(1) arjuna uvacha:
evam satatayukta ye
bhaktas tvam paryupasate
ye cha 'py aksharam avyaktam
tesham ke yogavittamah
artinya :
Arjuna berkata:
Jadi, penganut yang tawakal senantiasa
Menyembah Engkau dan yang lain lagi
Menyembah yang Abstrak, yang kekal abadi
Yang manakah lebih mahir dalam yoga?
Disini arjuna mengajukan pertanyaan kepada Krisna, perihal tujuan berbakti itu, sebab, dalam kenyataan hidup sehari-hari ada orang yang berbakti dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Abstrak, Yang Tidak Tersonifikasikan dan ingin bersatu dengan-Nya, sedangkan yang lain lagi bebakti dan menyembah Tuhan Yang Maha Easa, Yang Tersonifikasikan Dalam Dunia Manusia dan Alam Semesta, seperti Rasul atau Nabi atau Avatara atau Dewata, dan ingin bersatu dengan-Nya.
Manisfestasi atau personifikasi Tuhan Yang Maha Esa Yang Tidak termanisfestasikan, Yang Abstrak, yang Absolut ataukah Tuhan Yang Maha Esa, Yang termanisfestasikan Mahatma, Purushottama, Brahman, Wisnu, siwa? Inilah pertanyaan Arjuna!
(2) sribhagavan uvacha:
mayy avesya mano ye mam
nityayukta upasate
sraddhaya parayo 'petas
te me yuktatama matah
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Yang menyatukan pikiran berbakti kepada-Ku
Menyembah aku dan tawakal selalu
Memiliki kepercayaan yang sempurna
Merekalah Ku-pandang terbaik dalam yoga
Dalam sloka ini dengan jelas Krisna menjawab bahwasanya ia yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa, yang Termanisfestasikan dengan Awatara-Nya adalah pengenut yang terbaik, seorang Bhakta yang saleh
(3) ye tv aksharam anirdesyam
avyaktam paryupasate
sarvatragam achityam cha
kutastham acchalam dhruvam
artinya :
tetapi mereka yang memuja
Yang Kekal-abadi, Yang Tak Terjerumuskan,
Yang Tak-nyata Yang melingkupi segala,
Yang tak terpikirkan
Yang Tak-berobah, Yang Tak-bergerak
Yang Konstan
(4) samniyamye 'ndriyagramam
sarvatra samabuddhayah
te prapnuvanti mam eva
sarvabhutahite ratah
artinya :
dengan menahan pancainria hawa nafsu
selalu seimbang dalam segala situasi
berusaha guna kesejahteraan insani
mereka juga datang kepada-Ku
selain daripada menahan hawa nafsu, maka berusaha untuk kesejahteraan semua mahkluk adalah juga merupakan syarat mutlak bagi mereka yang memuja dengan meditasi (upasana) Tuhan Yang Maha Esa. Yang Tak-termansifestasikan
(5) klesho 'dhikataras tesham
avyaktasakta chetasam
avyakta hi gatir dunkham
dehavadbhir avapyate
artinya :
kesukaran pada orang yang pikirannnya
terpusat pada Yang Tak termanisfestasikan
lebih besar, Sebab Yang Tak termanisfestasikan
sukar dicapai orang yang dikuasai jasmaninya
adalah sangat sukar untuk menyetukan jiwa dan memusatkan pikiran pada Tuhan Yang Maha Esa, Y ang Tak-termanisfestasikan, Yang Tak-terpikirkan, lebih-lebih kalau orang masih dikuasai oleh badan jasmaninya dengan segala macam kebutuhan duniawi selama orang masih hidup dalam dunia ini.
Namun betapapun sukarnya, barang-siapa yang dengan pendidikan dan latihan-latihan berusaha dengan sungguh-sungguh memuja dan merernungkan secara menyeluruh Yng Tak-termanisfestasikan, pada waktunya pasti juga mencapai Brahman.
(6) ye tu sarvani karmani
mayi samnyasya matparaah
ananyenai 'va yogena
mam dhyayanta upasate
artinya :
tetapi sesungguhnya mereka yang menumpahkan
segala kegiatan hidup mereka kepada-Ku
memikirkan bermeditasi hanya pada-Ku
dengan kebaktian yang terpusatkan
(7) terham aham samuddharta
mrityu samsara sagarat
bhavami nachirat partha
mayy avcsita chetasam
artinya :
yang pikiran mereka tertuju kepada-Ku
dengan segera dan langsung Aku
oh parta, bebaskan mereka dari
lautan sengsara hidup lahir dan mati
dalam kedua sloka diatas dengan jelas Krisna menekankan bahwasanya kebaktian kepada Tuhan yang Maha Esa dengan melalui Awataranya (Rasul-Nya) adalah merupakan pengabdian yang terbaik untuk membebaskan diri dari gelombang lautan sengsara yang pasang-surut.
(8) mayy eva mana adhatsva
mayi buddhim nivesaya
nivasishyasi mayy eva
ata urdhvam samsayah
artinya :
pusatkan pikiran hanya pada-Ku
biarlahg intelekmu berdiam pada-Ku
hanya didalam-Ku engkau hidup mati
dan ini tidak bisa disangsikan lagi
(9) atha chittam samadhatum
na sakhnosi mayi sthiram
abhyasayogena tatp
mani ichchha 'ptum dhanamjaya
artinya :
namun apabila engkau tiada kuasa
memusatkan pikiranmu dengan teratur kepada-Ku
maka usahakanlah mencapai Aku
dengan jalan yoga biasa wahai dananjaya
(10) abhyase 'py asamartho 'si
matkarma paramo bhava
madartham api karmani
kurvan siddhim avapsyasi
artinya :
bila engkau tak-sanggup melakukan yoga
maka pusatkanlah semua pengabdian kepada-Ku
dengan segala kegiatan kerjamu demi untuk-Ku
engkau pasti akan mencapai kesempurnaan
(11) athai 'tad apy asakto 'rsi
kartum madyogam asritah
sarva karma phala tyagam
tatah kuru yatatmavan
artinya :
apabila ini juga tiada bisa engkau lakukan
maka berlindunglah dalam keajaiban
kekuatan-Ku
dan tanggalkan semua keuntungan pahala kerjamu
dengan jiwamu teguh terkendalikan
(12) sreyo hi jnananm abhyasaaj
jnanad dhyanam visishyate
dhyanat karma phala tyagas
tyagach chhantir anantaram
artinya :
dari melakukan yoga bisa lebih baik pengertian
daripada (hanya) pengertian lebih baik meditasi
dari meditasi lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan
dari kerja lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan
(13) adveshta sarva bhutanam
maitrah karuna eva cha
nirmano nirahamkarah
sama dunkha sukhah kshami
artinya :
dia yang mempunyai itikad kebajikkan
sikap bersahabat dan ramah tamah
bebas dari rasa egosime dan keangkuhan
sama dan suka dan duka rela memaafkan
(14) samtushtah satatam yogi
yatatama driddhaninischayah
mayy arpita mano buddhir
yo madbhaktah sa me priyah
artinya :
yang selalu prihatin, menguasai diri
bertekad teguh, mendeasikan pikiran
dan pebgertian kepadaku, dialah inilah
yogi penganut-Ku, yang Ku-kasihi
(15) yasman no 'dvijate loka
lokan no 'dvijate cha yah
harshamarsha bhayodvegair
muktho yah sa cha me priyah
artinya :
dia oleh siapa dunia ini tidak diganggu
dan tidak terganggu oleh dunia ini
yang bebas dari kesenangan, kemurkaan
ketakutan dan agitasi, dia inilah Ku-kasihi
(16) anapekshah suchir daksha
udasino gatavyathah
sarvarambha parityagi
yo madbhaktah sa me priyah
artinya :
dia yang tidak mengaharap-harap suci
ahli dalam kebaktian, tak hirau apa-apa
tak-terganggu, bebas dari segala usaha
dialah penganut-Ku yang Ku-kasihi
(17) yo na hrishyati na dveshti
na sochati na kankshati
subhasubha parityagi
bhaktimah yah sa me priyah
artinya :
dia yang tiada bersenang dan membenci
tiada berduka dan bernafsu apa-apa
membebaskan diri dari kebaikkan dan kebatilan
penuh dengan kebaktian dialah yang kukasihi
(18) samah satrau cha mitre cha
tatha manapamanayoh
sitoshna sukhaduhkheshu
samah sangavivarjitah
artinya :
dia yang sama terhadap kawan dan lawan
juga sama dalam kehormatan dan kecemaran
sama dalam panas dan dingin, suka dan duka
bebas dari belenggu keinginan semua
(19) tulyanindastutir mauni
amtushto yena kenachit
naiketah sthiramatir
bhaktiman me priyo narah
artinya :
sama terhadap puji dan maki
pendiam, prihatin pada apa seadanya
tiada tempat tinggal, teguh imani
yang berbakti begini inilah yang kukasihi
apa yang dilukiskan dalam sloka 13 sampai sloka 19 diatas adalah benar-benar merupakan gambaran seorang penganut (bhakta) yang ideal
(20) ye tu dharmyamritam idam
yathokan paryupasate
sraddhadhana matparama
bhaktas te 'tiva me priyah
artinya :
tetapi mereka yang dengan kepercayaan mengikuti
ajaran dharma yang kekalabadi seperti tersebut tadi
dan menjadikan Aku sebagai tujuan mereka tertinggi
pengenut begini inilah yang paling ku-kasihi
Bab ini, disebut Bhaktiyoga yang memberi tekanan kepada penganut-penganut ajaran Dharma untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Termanisfestasikan melalui Avatara-Nya atau Rasul-Nya.
Ity srimad bhagavadgtasupanishatsu
Brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnarjunasamvade
Bhaktiyogo nama dvadaso 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ketigabelas Upanishad
Bhagavadgita
Menganai ilmu-pengetahuan tentang Yang Maha Esa
Kitab suci Yoga dan dialog antara Sri Krisna
Dan Arjuna yang berjudul BHAKTIYOGA
BAB XIV
XIII. PERCAKAPAN KETIGABELAS
KSHETRA KSHETRAJNA VIBHAGAYOGA
Ilmu-pengetahuan yang sesungguhnya dalam bab ini oleh Krisna dijelaskan, yaitu ilmu-pengetahuan tentang jiwa dan alam tentang badan dan yang mengetahui badan ini.
Yang mengetahui badan ini ialah Jiwa (perusha) yang ada dlam alam semesta dan meliputi semuanya
Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan ini, rendah-hati, tanpa kekerasan, sabar, adil, suci, beriman, tanpa egoisme, membebaskan diri dari segala pahala kerja dan berbakti, mengetahui jiwa itu dengan jiwa yang ada dalam jiwanya dan jiwa semua insani lainnya.
Ia melihat perbedaan antara jiwa dan badan ini (antara kshetrajna dan kshetra)
Ia pergi kepada Brahman, Yang Maha Esa
XII. Percakapan ketigabelas
Arjuna uvacha:
Prakritim puruham chaiva kshtram
Kshetrajnam eva cha
Etad veditum ichchhami jnanam jneyam cha
Kesava
Arjuna bertanya:
Prakriti dan Purusha, Kshetra dan Kshetrajna
Jnana dan Jneya, inilah ingin kipahami
Oh Kesawa
Dalam bab ini Arjuna mengejukan pertanyaan mengenai tiga pasang konsep persolan, yaitu mengenai pasang konsep persoalan, yaitu pertama (Prakriti) (Purusha, kedua Kshetra) (Kshetrajna dan ketiga Jnana) dan (jneya) istilah-istilah ini kiranya dapat dibahasa indonesiakan sebagai berikut :
Prakriti : alam, benda-benda, badan-jasmani, yang memiliki kegiatan-kegiatan tak sadar, bukan jiwa, bukan rokh.
Purusha : rokh, jiwa yang memilki kesadaran tanpa kegiatan
Kabentra : medan, lapangan yaitu badan kita dimana segala peristiwa berlangsung, seperti tumbuh, bertambah tua dan kemudian mati
Ksbentrajna: yang mengetahui lapangan sebagai saksi tetapi diluar segala kegiatan, sebab ksentrajna sendiri tanpa kegiatan dan tanpa ikatan, tenang dan langgeng. Walapun sebagai saksi, kshentrajna bukanlah kesadaran individu melainkan kesadaran kosmos (semesta, tanpa pancaindria dan tanpa pikiran.
Jnana : pengetahuan, ilmu-pengetahuan
Jneya : objek ilmu-pengetahuan yang harus diketahui
(1) sribhagavan uvacha:
idam sariram kauteya
kshetram ity abhidhiyate
etad yo vetti tamprahuh
kshetrajna iti tadvidah
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Badan ini dinamakan Khsetra
Dan dia yang mengetahui ini
Demikian mereka yang mengetahui
Disebut Kshetrajna. Oh Kuntiputra
Keistimewaanya bukanlah oleh kerena ia memilki dua mata dan dua tangan, melainkan karena memilki prinsip-prinsip didalam jiwanya yang mendorong ia untuk mengangkat dirinya pada nilai-nilai Kshentrajna universiil. Mengetahui ini adalah merupakan manusia ideal yang diidam-idamkan oleh ajaran Bhagavadgita ini.
(2) kshetrajnam cha 'pi mam viddhi
sarvakshetreshu bharata
kshetra kshetrjnayor or jaanam
yat taj jnanam matam mama
artinya :
ketahuilah, Aku adalah Kshetrajna dari semua Kshetra
wahai Barata, demikian pula ilmu
pengetahuan mengenai Kshetra dan
Kshetrajna menurut pendapatku
Adalah ilmu-pengetahuan yang sesungguhnyA
(3) tat ksheram yach cha yadrik cha
yadvikari yatas cha
sa cha yo yatprabhavas cha
tat samasena me srinu
artinya :
dengarkanlah kini dari Aku secara singkat
apa Kshetra itu, bagaimana pula sifat-sifat
dan perobahan-perobahanya, darimana
asalnya
siapa Kshetrajna itu dan apa kekuatan-kekuatanya
(4) rishibhir bahudha gitam
chhandobhir vivivhaih prithak
brahmasutrapadais chai 'va
hetumadbhi : vinischitaih
artinya :
oleh rsi ini telah dinyanyikan
dengan berbagai cara lagu pujaan istimewa
dan dalam ungkapan mendalam dam pemikiran
kritis dalam ajaran-ajaran Brahmasutra
(5) mahabhutany ahamkaro
buddhir avyaktam eva cha
indriyani dasai 'kam cha
pancha che 'indriyagocharah
artinya :
unsur-unsur dasar, ego, intelek-budi
yang tak-termanisfestasikan prakriti
sepuluh indria dan pikiran serta
lima unsur halus dari indria ini
(6) ichchha devashah sukham dunkham
samghatas chetama dhritih
etat kshetram samasena
savikaram udahritam
artinya :
nafsu, amarah, suka, duka
asosiasi, kesadaran, kohesi, semuanya
secara singkat merupakan bagian
daripada Kshetra dengan transformasinya
keterangan :
buddhindriya atau lima alat intelek-budi : penglihatan, pendengaran, penciuman, pencicipan dan penyentuhan. Karmendriyah atau lima alat pancaindria : yaitu alat untuk berbuat yang terletak pada mulut, tangan, kaki anus dan kemaluan
tanmatra atau lima unsur halus : warna, bunyi, bau, rasa dan sentuhan
Mahabhuta atau lima unsur dasar : api, angin, udara, tanah, air dan ether.
Semua unsur atau bagian yang tersebut dalam sloka 5 dan 6 dengan segala macam transformasi atau modifikasi terdapat dan terjadi dalam badan kita ini.
(7) amanitvam adambhitvam
ahimsa kshantir arjavam
acharyapasanam saucham
sthairyam atmavinigrahah
artinya :
rendah hati, integritas, tanpa kekerasan
kesabaran, keadilan, serta mengabdi
kepada guru, kesucian
keteguhan iman dan mawas diri
(8) indriyartheshu vairgyam
anahamkara eva cha
janmamritya jaravyadhi
dunkhadoshanudarsanam
artinya :
tak hirau akan keduniawian
menjauh ke-aku-an dan bayangan
akan kburukan, kelahiran, kematian
usia tua, sakit dan kesengsaraan
(9) asktir anabhishvangah
putra dara grihadishu
nityam cha samachittatvam
ishtanishtoppapattishu
artinya :
tanpa-ketergantungan bebas dari
ikatan anak-istri, rumah tangga
dan sebagainya, selalu netral menghadapi
peristiwa yang dinginkan atau yang tak dinginkan
(10) mayi cha 'nanyayogena
bhaktir avyabhicharini
viviktadesa sevityam
aratir janasansadi
artinya :
puja Aku dengan keteguhan hati
tanpa tujuan lain melalui yoga
pergi ketempat-tempat sunyi
hindari hiruk-pikuk keramaian manusia
pergi ketempat-tempat yang sunyi untuk dapat menenangkan pikiran dan memusatkan jiwa dengan jalan bermeditasi.
(11) adhyatmajnana nityatvam
tattnajnanartha darsanam
ataj jnanam iti proktam
ajnanam yad ato 'nyatha
artinya :
terus-menerus dalam ilmu-pengetahuan jiwa
dan memahami sampai akhir falsafah kebenaran
inilah disebut ilmu-pengetahuan yang sebenarnya
dan semua yang berbada lainnya adalah ketidaktahuan
(12) jneyam yat tat pravakshyami
yaj jnatva ;mritam asnute
anadimat param brahma
na sat tan na 'sad uchyate
artinya :
hendak Ku-uraikan apa yang harus diketahui
dan mengetahui-Nya, hidup abadi akan tercapai
dialah yang disebut Brahman, Yang Maha Esa
tiada permulaan, yang ada dan yang tiada
(13) sarvatah panipadam tat
sarvatokshi siromukham
sarvatah srutimal loke
sarvam avritya tishthati
artinya :
dengan tangan, kaki dimana-mana
mata, kepala , mulut dimana-mana
dan pendengaran disemua penjuru, ia ada
dalam alam-semesta meliputi semaunya
(14) sarveudriya gunabhasam
sarvecndriya vivarjitam
asaktana sarvabhrich chai 'va
nirgunam gunabhoktri cha
artinya :
agaknya seakan-akan memiliki
sifat-sifat indria namun tanpa indria
tiada berhubungan namun mendukung
tanpa antribut namun menikmati
(15) bahir antas cha bhutanam
acharam charam eva cha
sukshmatvat tad avijneyam
duurastham cha 'ntike cha tat
artinya :
ada diluar dan ada didalam semua insani
tiada bergerak tetapi bergerak senantiasa
terlalu amat halus untuk diketahui
jauh nian, namun juga dekat sekali
(16) avibhaktam cha bhuteshu
vibhaktam iva cha sthitam
bhutabhartri cha jneyam
garsishnu pranbhavishnu cha
artinya :
tidak dapat dibagi-bagi
namun terbagi diantara insani
diketahui sebagai pemelihara mahkluk semua
memusnahkan dan menciptakan meraka
(17) iyostisham api taj jyotis
tamasah param uchyate
jnanam jneyam jnanagamyam
hridi sarvasya dhisthitam
artinya :
dia adlah cahaya dari semua cahaya
dikatakan diatas kegelapan, ilmu-pengetahuan
yang harus diketahui dan tujuan ilmu pengetahuan
dia berada dalam hati- sanubari semua
secara sepintas lalu dalam sloka-sloka 13-17 diatas terdapat kalimat-kalimat yang paradoksal, tetapi keparadoksal-annya bukanlah karena sesuatu yang dibuat-buat, melainkan oleh sebab Brahman Yang Maha Esa adalah segala sesuatunya, tidak terbatas!
(18) iti kshetramtatha jnanam
jneyam cho 'ktam samsatah
madbhakta etad vijnaya
madbhavayo 'papadyate
artinya :
jadi, Kshetra-jnana dan jneya
secara sederhana telah teruraikan
para penganut-Ku yang mengetahuinya
memang patut mencapai tempat-Ku
(19) prakritim prusrusham chai 'va
viddhy anadi ubhav api
vikarams cha gunams chai 'va
viddhi prakritisambhavan
artinya :
ketahuilah olehmu bahwa prakriti
dan purusha kedua-duanya tanpa mula
dan ketahui pulalah bahwa modifikasi
dan antribut terlahir dari prakriti jua
(20) karya karana kartritve
hetuh prakritir uchayate
purusha sukhadukhanam
bhoktrive hetur uchayate
artinya :
prakriti disebut sebagai sebab
terciptanya alat, sebab dan akibat
dan purusha dikatakan sebagai sebab
adanya pengalaman suka dan duka
(21) purushah prakritistho hi
bhunkte prakritijan gunan
karanam gunasango 'sya
sd asad yoni 'anmasu
artinya :
purusha duduk didalam prakriti mengalami
atribut yang terlahir dari prakriti sendiri
dan ikatan dengan atribut menimbulkan
sebab kelahiran dan baik buruknya kandungan
(22) upadrashta 'numanta cha
bharta bhokta mahesvarah
paramatme 'ti cha 'py ukto
dehe 'smin purushah parah
artinya :
Purusha Yang Maha agung
Dalam badan disebut saksi
Pengawas, Pendukung yang mengalami
Pengusa Tertinggi, Jiwa Yang Agung
(23) ya evam vetti purusham
prakritim cha gunaih saha
sarvatha vartamano 'pi
na sa bhuyo 'bhjayate
artinya :
jadi, ini yang mengetahui purusha
prakriti bersama-sama segala sifatnya
walaupun bagaimana cara hidupnya
ia tiada lagi kembali menjelma
(24) dhyanena 'tmani pasyanti
kechid atmanam atmana
anye samkhyena yogena
karmayogena cha 'pare
artinya :
dengan meditasi yang satu melihat jiwa
dengan jiwa dalam jiwanya
yang lain dengan jalan ilmu-pengetahuan
dan yang lain lagi dengan jalan kerja
bhagavadgita membenarkan orang untuk memilih jalanya sendiri mencapai kelepasan, apakah itu merupakan meditasi, ilmu-pengetahuan, falsafah ataukah kerja, berbakti dan upacara persembahyangan (samkhya = jnana)
(25) anye tv evam ajanantah
srutva 'nyebhya upasate
te 'pi cha 'titaranty eva
mrityun srutiparayanah
artinya :
namun yang lain lagi karena ketidaktahuan
mendengar dari orang lain dan menuju
mereka juga melewati kematian dengan
mengabdikan diri pada apa yang telah mendengar
rakyat biasa, yang tidak mengetahui ilmu-pengetahuan atau falsafah atau yoga dan sebagainya, dengan jalan menyerahkan diri mereka kepada guru atau acharya untuk memperolwh tuntutan, kemudian menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Merekapun mencapai kelepasan.
(26) yavat samjayante kimchit
sattvam sthavara jangaman
kshetra kshetrajna samyogat
tad viddhi bratasabha
artinya :
mahkluk apapun terlahir, oh Baratasaba
yang bergerak atau yang tidak bergerak
ketahuilah bahwa itu datang dari
bersatunya kshetra dengan kshetrajna
bersatunya kshetra (badan) dengan kshetrajna (jiwa) secara campur aduk disebabkan oleh tidak adanya perbedaan pengetahuan tentang masing-masing sifatnya. Bila ilmu-pengetahuan telah memisahkan kecampuradukkan ini, maka kshetra dapat dipisahkan dari kshetrajna dan kelepasan bisa dicapa.
(27) saman sarveshu bhuteshu
tishthantam paramesparam
vinasyatsv avinasantam
yah pasyati sa pasyati
artinya :
dia yang melihat Yang Maha Esa
bersemayam merata dalam mahkluk semua
tiada musnah walaupun mereka musnah
ialah yang melihat sesungguhnya
parameswara = parama + Iswara = Tuhan yang Paling Utama, disini juga dimaksudkan Jiwa Yang Paling Utama = Brahman. Merata dalam semua mahkluk, tiada saja horizontal melainkan vertikal dan menyeluruh.
(28) saman pasyan hi sarvatra
samavasthitam isvaram
na hinasty atmana 'tmanam
tato yati param gatim
artinya :
dikala ia melihat yang maha kuasa
bersemayam merata dimana-mana
ia tidak menyakiti jiwa dengan jiwa
dan iapun mencapai tujuan utama
seseorang dikatakan "menyakiti Jiwa" karena ketidaktahuannya yang mengira bahwa jiwa dan bukan jiwa bercampur aduk menjadi satu dan menyangka bahwa jiwa (Brahman) tidak bersemayam merata dalam mahkluk semua dimana-mana (lihat juga sloka VI.6). tetapi dia yang melihat Brahman dimana-mana sama "tidak menyakiti jiwa" dengan jiwanya bersatu dengan Barhman ia mencapai kelepasan.
(29) prakrityai 'va cha karmani
kriyamanani sarvasah
yah pasyati tatha 'tmanam
akartaram sa pasyati
artinya :
dia yang melihat segala kerja
hanya dilakukan oleh prakriti
dan jiwa tidak melaksankannya
ialah yang melihatnya sejati
seperti dikatakan dalam sloka 22, jiwa hanyalah sebagai saksi, pengawas san bukan yang melaksanakan kerja dan kegiatan dalam hidup ini (lihat juga sloka IV.18). orang yang melihat hal ini dengan mata-hatinya yang sejati, tidak akan dipengaruhi oleh segala macamkesusahan hidup sehari-hari terbebas dari suka dan duka, sebab ia mengetahui benar bahwa kerja dan segala kegiatan lainnya hanya mempengaruhi pikiran dan pengertian, dan bukan jiwa.
(30) yuda bhu taprithagbhavam
ekastham anupasyati
tat eva cha vistaram
brahma sampadyate
artinya :
bila ia melihat berbagai insani
berpusat pada yang tunggal ini
dan daripada-Nya memencar kemana-mana
maka ia mencapai Brahman Yang Maha Kuasa
bila orang telah melihat semua dan segalanya, yang bergerak dan yang tidak bergerak, berpusat dalam dan berasal dari Brahman, maka ia sendiri juga menjadi Brahman Yang Maha Esa.
(31) anaditvan nirgunatvat
paramatma 'yam avyayah
sarirastho 'pi kaunteya
na karoti lipyate
artinya :
karena Jiwa Yang Agung ini kekal Abadi
tanpa permulaan, tanpa sifat-sifat
oh Kuntiputra, walau bersemayam dibadan ini
Dia tidak berbuat dan tidak terkena akibat
(32) yatha sarvagatam saukshmyad
akasam no 'palipyate
sarvatra 'vasthito dehe
tatha 'tma no 'palipyate
artinya :
seperti ether yang meliputi segalanya
tidak terkotori karena kehalusannya
jiva disekujur badan demikian pula
tiada dilumuri akibat apa-apa
karena jiwa tidak melaksanakan apa-apa, maka jiwa tidak memetik pahala-kerja apa-apa juga, jadi jiwa tetap bersih.
(33) yatna prakasayaty ekah
kritnam lokam imam ravih
kshetram kshetri tatha kristnam
prakasayati bharata
artinya :
seperti matahari yang tunggal ini
menyinari seluruh bumi demikian pula
Yang Empunya Badan ini menerangi
Seluruh badan jasmani, wahai Barata
Yang empunya badan =Brahman, dan yang dimaksudkan dengan "seluruh badan-jasmani" adalah seluruh alam semesta.
(34) kshetra kshetrajnayor evam
antaram jnanachakshusha
bhutaprakritimoksham cha
ye vidur yanti te param
artinya :
mereka yang melihat dengan mata budi-pekerti
perbedaan antara kshetra dan kshetrajna
serta terbebasnya mahkluk prakriti
merekalah yang pergi ke Yang Maha Esa
apa dikatakan Krisna dalam sloka 2 sebagai ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, yaitu mengetahui perbedaan antara Kshetra (badan) dan Kshetrajna (yang mengetahui badan, antara prakriti dan Purusha, adalah merupakan pokok persoalan dalan Bab ini, dan mereka yang mengetahui ilmu-pengetahuan ini, seperti dikatakan dalam sloka 34 diatas ini, mencapai kelepasan (moksha) dan bersatu dengan Brahman.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
Brahmavidyayam
Yogasastre srikrishnajunasanvade
Kshetrakshetrajnavibhagayogo nama trayodaso dhyaya
Maka berakhirlah Bab keempatbelas Upanishad
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan
TentangYang Maha Esa, kitab suci Yoga
Dan dialog antara Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul KSHETRAKSHETRAJNA
VIBHAGA YOGA
BAB XV
XIV. PERCAKAPAN KELIMABELAS
GUNA TRAYA VIBHAGA YOGA
Krisna masih menguraikan tentang ilmu-pengetahuan utama yang terbaik. Dalam bab ini dijelaskan bahwa dari Brahman terlahir Prakriti, dan dari prakriti terlahir Guna yang terdiri dari sifat-sifat : baik mulia (sattva), aktif bernafsu (rajas) gelap bodoh (tamas).
Sattva adalah sifat baikyang membantu orang mencapai emansipasi dalam kehidupan spirituilnya. Rajas adalah sifat aktif yang membawa seseorang kejalan keinginan dan haus akan hasil perbuatannya yang mengantar ia berulang-ulang kedunia inkarnasi, sedangkan tamas adalah sifat bodoh yang menyeret seseorang terus kebawah ketingkat yang lebih rendah dalam kehidupan spirituilnya.
Arjuna bertanya bagaimana caranya mengetahui orang yang dapat mengatasi ketiga sifat guna.
Orang yang demikian, kata Krisna ialah memiliki watak tidak membenci, tenang, tidak melibatkan diri dalam pertentangan dualisme (panas dingin, kawan lawan, puji caci dan sebagainya). Tiada goyah, berdiri sendiri dan mengabdi kepada Brahman mengatasi ketiga sifat guna ini.
XIII. Percakapan Kelimabelas
(1) sribhagavan uvacha:
param bhuyah pravakshyami
jnananam jnanam uttamam
yaj jnatva munayah sarve
param siddhi ito gatah
artinya :
Sri Bagawan berkata:
Hendak Ku-uraikan lagi ilmu-pengetahuan utama
Yang terbaik daripada ilmu pengetahuan semua
Dengan mengetahuinya, semua muni bebas dari
Dunia ini menuju kesempurnaan tertinggi
Muni adalah pertapa, orang yang bersamadi, mengasingkan diri dengan jalan bertapa untuk mencapai kehidupan spritual yang lebih tinggi.
(2) idam jnanam upasritya
mama sadharmyam agatah
serge 'pi no 'pajayante
pralaye na vyathanti cha
artinya :
mereka yang mengabdikan diri pada
ilmu-pengetahuan, dan bersimili dengan sifat-Ku sendiri
mereka tidak menjelma lagi dikala dunia tercipta
dan tidak terganggu dikala kiamatnya dunia
(3) mama yonir mahad brahma
tasmin garbham dadhamy aham
sambhavah sarvabhutanam
tato bhavati bharata
artinya :
kandungan-Ku adalah Brahman Yang Maha Esa
didalamnya Aku letakkan benih
dan dari sanalah aku terlahir
brahma sebagai aspek penciptaan daripada Brahman adalah merupakan kosmos yang meliputi alam semesta ini. Dalam aliran falsafah sankhya Brahma ini sama dengan Prakriti. Adapun benih yang diletakkan oleh Brahman (kandungan kosmos) ini adalah benih Hirayagarbha (binih kosmos). Dari benih kosmos inilah semua mahkluk terlahir, termasuk kita manusia didunia ini.
(4) Sarvayonishu kaunteya
murtayah sanbhavanti yah
tasam brahma mahad yonir
aham bijapradah pita
artinya :
wujud apapun yang terlahir
dari semua kandungan, oh Kuntiputra
Brahman Yang Esa adalah kandungan Brahman
Dan Aku adalah Bapa yang memberi benih
Jaid Brahma atau Prakriti adalah Ibu segala mahkluk dialam-semesta ini dan Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa bapa segala mahkluk ini. Oleh karena Brahman adalah kandungan universiil dan juga benih universil, maka Tuhan Yang Maha Esa adalah ibu universiil dan juga Bapa universiil dan juga Bapa universiil dari alam semesta ini.
(5) sattvam rajas iti
gunah prakritisambhavah
nibadhnanti mahabaho
dehe dehinan avyayam
artinya :
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas
terlahir daripada prakriti membelenggu
penghuni badan yang tidak termusnahkan
dalam jasad ini, wahai Mahabahu
sattva dilukiskan sebagai : kecerdasan, kesadaran, bercahaya, terang, bersih, suci, bahagia, tenang, baik, milia dan sebagainya. Rajas dilukiskan sebagai : lincah, aktif, bernafsu, gelisah, susah bercampur baur, tegang dan sebagainya. Sedangkan Tamas dilukiskan sebagai : totlol, dungu, gelap, kotor, ternoda, pulas, mati, stagnasi, dan sebagainya.
(6) tatra sattvam nirmalatvat
prakasakam anamayam
sukhasangena badhnati
jnanasangena cha 'nagha
artinya :
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas
terlahir daripada prakriti membelenggu
penghuni badan yang tidak termusnahkan
dalam jasad ini, wahai Mahabahu
kebahagian dan ilmu-pengetahuan dalam sloka diatas ini dimaksudkan dengan kebahagian dan ilmu pengetahuan yang bersifat materiil belaka dan bukan spirituil.
(7) rajo ragatmakan viddhi
trishnasanga samudbhavam
tan nibadhnati kaunteya
karmasangena dehinam
artinya :
sifat rajas yang bernafsu, ketahuilah
menjadi sumber kehausan dan keinginan
akan hidup, membelenggu penghuni-badan
dengan ikatan kerja, wahai kuntiputra
penghuni-badan terikat kerja, sebab merasa: 'Akulah yang melakukan"
(8) tamas tv ajnanajam viddhi
mohanam sarvedehinam
pramadalasya nidrabhis
tan nibadhnati bharata
artinya :
sifat tamas, ketahuilah olehmu
terlahir dari kedaktahuan membelenggu
penghuni badan ini, wahai Barata
dengan ketololan kemalasandan kepalsuan
ketololan dan kepulasan ini meyebabkan orang tidak lagi bisa membedakan baik-buruk, puji cela, berat ringan dan sebagainya, dan oleh karenanya berbuat hal-hal negatif.
(9) sattvam sukhe sanjayati
rajah karmani bharata
jnanam avritya tu tamah
praruade sanjayaty uta
artinya ;
sattva mengikat seseorang dengan
kebahagian, rajas dan kegiatan
tetapi tamas, menutupi budi pekerti
oh Batara, mengikat dengan kebingungan
sifat tamas ini memang mempunyai kekuatan membelenggu (menutupi) = avarana sakti.
(10) rajas tamas cha 'bhibhuya
sattvam bhavabti bharata
rajah sattvam tamas chai 'va
tamah sattvam rajas tatha
artinya :
bila sattva muncul, ia berkuasa
diatas rajas dan tamas, wahai Barata
dan bila rajas, diatas sattva dan tamas
demikian pula tamas diatas sattva dan rajas
(11) sarvadvareshu dehe 'smin
prakasa upajayate
jnanam yada tada vidyah
vivriddham sattvam ity uta
artinya :
jadi apabila cahaya ilmu-pengetahuan
menembusi semua pintu gerbang badan
maka dapatlah dikatakan bahwa
sattvalah yang bertambah berkuasa
apabila kecerdasan kita disinari cahaya ilmu-pengetahuan, maka alat pancaindria kita menjadi aktif bekerja. Ini disebut sattvika yang berkuasa.
(12) lobhah pravrittir arambhah
karmanam asamnah spritha
rajasy etani jayate
vivriddhe bharatashabha
artinya :
serakah giat dalam berusaha
kegelisahan dan hawa nafsu merajalela
apabila rajas tambah berkuasa
wahai banteng diantara keturunan Barata
(13) aprakaso 'pravittis cha
pramado moha eva cha
tamasya etani jayate
vivriddhe kurunandana
artinya :
kegelapan, kelesuan, ketololan
dan kekacauan timbul apabila
tamas yang bertambah berkuasa
wahai kesayangn diantara Kuru
bila seseorang pikirannya gelap, perasaannya mati, maka ia tidak lagi bisa mengetahui perbedaan antara yang baik dan buruk, antara kebajikan dan kebatilan dan sebagainya.
Inilah dinamakan tamasa
(14) yada sattve pravriddhe tu
pralayan: yati dehabhrit
tado 'ttamavidham lokan
amalan pratipadyate
artinya :
apabila sattva berkuasa dikala
penghuni-badan bertemu dengan kematian
maka ia mencapai dunia suci
tempat mereka, para yang mengetahui
dunia suci tempat mereka yang mengetahui adalah dunia kebajikkan dimana hidup orang-orang arif bijaksana dan berbudipekerti luhur
(15) rajasi pralayam gatva
karmasangishu jayate
tatha pralinas tamasi
mudhayonishu jayate
artinya :
apabila ketika mati dikuasai oleh rajas
ia lahir diantara mereka yang terikat kerja
apabila ketika mati dikuasai oleh tamas
ia lahir dalam kandungan mereka yang dungu
(16) karmanah sukritasya 'huh
sattvikam nirmalam phalam
rajasas tu phalam dunkham
ajnanan tamasah phalam
artinya :
hasil perbuatan sattvika dikatakan
kebajikan yang suci nirmala
sedangkan hasil dari rajasa adalah duka
dan hasil dari tamasa adalah ketidaktahuan
(17) sattvat samjayate jnanam
rajaso lobha eva cha
pramadamohau tamaso
artinya :
dari sattva timbul kebajikkan
dari rajas timbul kerakusan
dari tamas timbul kemalasan
juga kekacauan dan ketololan
demikianlah pengaruh triguna (sattva, rajas dan tamas) yang membawa akibat psykologis kepada kita sebagai diurauikan dalam sloka-sloka diatas.
(18) urdhvam gachchhanti sattvastha
madhye tishthanti vrittisha
jaghanyaguna vrittisha
adho gachchhanti tamasah
artinya :
mereka yang berdiam dalam sattva
pergi ketingkat yang lebih mulia
yang berdiam dalam rajas tinggal ditengah
yang dalam tamas, sifat terendah, terus kebawah
(19) na 'nyam gunebhyah kartaram
yada drashta 'nupasyati
gunebhyas cha param vetti
madbhavam so 'dhigachchhati
artinya :
bila yang mengetahui melihat tiada
asal sifat selain daripadaguna
dan mengetahui yang lebih tinggi daripadanya
maka dialah yang mencapai sifat keadaan-Ku
(20) gunan etan atitya trin
dehi deha samudbhavan
janma mrityu jara duhkair
vimuktho 'mritam asnute
artinya :
bila penghuni-badan sadar mengetahui
ketiga sifat yang terlahir dari badan
maka ia terbebas dari kelahiran, kematian
usia tua dan duka lalu mencapai hidup abadi
triguna berasal dari badan kita ini dan segala sifat beserta modifikasinya terlahir daripasanya. Jiwa yang sadar dan mengetahui hal ini akan terbebas dari lingkaran dan kematian, mencapai miksha, hidup kekal-abadi bersama Brahman.
(21) arjuna uvacha:
kair lingais trin gunan etan
atito bhavanti prabho
kimacharah katham chai 'tams
trin gunan ativartate
artinya :
Arjuna bertanya:
Apakah ciri-cirinya, wahai prabu
Orang yang mengatasi kerja guna ini?
Bagaimana pula tingkah laku
Dan caranya melampaui ketiga guna ini ?
Walaupun arjuna sesungguhnya telah mendengar penjelasan-penjelasan mengenai topik-topik yang tidak jauh berbeda degan pertanyaan yang dimajukannya dalam sloka ini, namun demi untuk keperluan pembicaraan falsafah tentang triguman maka perlu kiranya diungkapkanlebih mendalam lagi.
(22.) sribhagavan uvacha:
prakasam cha pravrittim cha
moham eva cha pandava
na dveshti sampravrittani
na nivrittani kankshati
artinya :
Sri bagawan menjawab:
Dia wahai Pandawa, yang tidak membenci
Kegermelapan, kegiatan dan ketoloaln
Demikian juga tidak merindukan
Apabila mereka tidak ada lagi
Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan yang sejati akan membenci atau merindukan akibat yang ditimbulkan oleh triguna, sebab ia telah memilki keseimbangan jiwa.
(23) udasinavad sino
gunair yo na vichalyate
guna vartanta ity eva
yo 'vatishthati ne 'ngate
artinya :
dia yang duduk bagaikan orang netral
tiada terganggu oleh guna ini
menghindari diri, tiada giyah karena
mengetahui yang berbuat hanyalah guna
ia mengetahui triguna ini memberikan effek kebadan jasmani ini, karena itu ia menghindarkan jiwanya dari pengaruh-pengaruh triguna ini.
(24) samaduhkhaskhah svasthah
samaloshtaasmakanchanah
tulyapriyapriyo dhiras
tulyanindatmasamstutih
artinya :
dia yang memandang suka dan duka sama
berdiri sendiri memandang segumpal bumi
meninggalkan semua kegiatan berusaha
dialah disebut berada diatas (ketiga) guna
(25) mam cha yo 'nyabhivharena
tulyo mitraripakshayoh
sarvarambha parityagi
gunatitah sa uchayate
artinya :
sama pada kecemaran dan kehormatan
sama pula terhadap semua kegiatan berusaha
meninggalkan semua kegiatan berusaha
dialah disebut berada diatas guna
(26) mam cha yo 'vyabhicharena
bhaktiyogena sevata
sa gunan samatitya 'tan
bhrahmabhuyaya kalpate
artinya :
dia yang mengabdi kepada-Ku
sujud dengan kebaktian yoga
naik keatas melampaui guna
ialah wajar masuk dalam Brahman
yang dimaksudkan 'wajar dalam Brahman' adalah wajar untuk mencapai kelepasan. Ia adalah seorang jivamukta, seorang bhaktiman
(27) brahmano hi pratishtha 'him
amritasya 'vyayasya cha
sasvatasya cha dharmasya
sukhasyai 'kantikasya cha
artinya :
sebab Aku adalah sesungguhnya
fondasi Brahman Yang Kekal Abadi
Yang Tak-Termusnahkan, Hukum Dharma
Yang langgeng dan Restu Yang Tertinggi
Krisna sebagai personifikasi Brahman, dalam dunia manusia disebut fondasi atau tempat Brahman, dalam dunia manusia disebut fondasi atau tempat Brahman untuk memuja supaya mengenal hukum kehidupan kebajikkan dan memperoleh restu yang tertinggi yang tidak mengenal kematian.
Demikian bab ini membahas pokok persoalan tentang teori triguna dimana tidak seorang manusiapun bisa terhindar dari pengaruhnya yang menyebabkan adanya siklus kalhiran, kematian usia tua dan kesengsaraan.
Demikian pula bab ini membahas bagaimana seseorang harus mencapai emansipasi spiritual mengatasi ketiga pengaruh guna dalam dunia ini.
Ity trimad bhagavadgitasupanihatsu
Brahmavidyayamm yogasastre srikrishnarjuna
Samvade
Gunatrayavibhagayogo nama chaturdso
'dhyayah
maka berakhirlah bab kelimabelas
Upanishad Bhagavadgita
Mengenai ilmu-pengetahuan Yang Maha Esa
Kitab suci yoga dan dialog antar Sri Krisna dan Arjuna
Yang berjudul
GUNATRAYAVIBHAGAYOGA
Asatomaa Sad Gamayam
Tamaso Maa Jyotir Gamayam
Mrityor Maa Amritham Gamayam
Loka Samasta Sukino Bawantu
Dikutip dari: www.parisada-hindu.org.
Pebruari,2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar